Konsultan AS BCG Akui Bantu Genosida Israel Merusak Citranya - Sindonews
Dunia internasional,konflik Timur Tengah,
Konsultan AS BCG Akui Bantu Genosida Israel Merusak Citranya | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Sabtu, 12 Juli 2025 - 00:01 WIB
Warga Palestina memeriksa bangunan-bangunan yang rusak akibat serangan Israel di Khan Yunis, Gaza, pada 9 Juli 2025. Foto/Abed Rahim Khatib/Anadolu Agency
- Perusahaan Amerika Serikat (AS), Boston Consulting Group (BCG), yang terlibat dalam pemodelan rencana pembersihan etnis di Gaza, mencopot jabatan kepemimpinan para eksekutifnya. BCG meratapi kasus tersebut sebagai "sangat merusak reputasi".
Dua eksekutif puncak di BCG, salah satu konsultan manajemen paling berpengaruh di dunia, telah dicopot dari jabatan kepemimpinan mereka menyusul terungkapnya fakta bahwa perusahaan tersebut membantu pemodelan pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza.
Skema itu dikecam luas sebagai cetak biru pembersihan etnis di Gaza.
Langkah ini diambil di tengah kecaman luas atas partisipasi BCG dalam proyek "rekonstruksi" kontroversial yang didukung Israel, yang secara luas dipandang sebagai rencana Israel mengusir paksa warga Palestina dari wilayah tersebut.
Adam Farber, kepala bagian risiko BCG, dan Rich Hutchinson, kepala praktik dampak sosial perusahaan, akan mengundurkan diri dari peran tersebut tetapi tetap berada di posisi yang berhadapan langsung dengan klien, perusahaan tersebut mengonfirmasi kepada staf.
Keputusan ini menyusul laporan Financial Times (FT) yang mengungkap keterlibatan mendalam perusahaan tersebut dalam skema yang bertujuan membangun kembali Gaza sebagai pusat ekonomi regional, tanpa populasi Palestina.
Surel internal dan dokumen perencanaan yang diperoleh The Financial Times (FT) menunjukkan staf BCG membantu memperkirakan biaya relokasi paksa warga Palestina dari Gaza, proyek yang didukung tokoh-tokoh Israel dan AS dan dilaksanakan dengan kedok rekonstruksi kemanusiaan.
BCG juga memainkan peran yang lebih besar daripada yang diakui sebelumnya dalam pembentukan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang kontroversial.
GHF adalah badan bantuan baru yang dimaksudkan untuk menggantikan dukungan yang dikelola PBB dan dipandang banyak orang sebagai alat untuk mengesampingkan hukum dan lembaga internasional.
Dalam pesan kepada staf, CEO BCG Christoph Schweizer menyatakan Farber tidak bermaksud menyesatkan tetapi "ia sendiri telah disesatkan."
Meskipun demikian, ia mengakui dampak dari proyek tersebut "sangat merusak reputasi," menghubungkan skandal tersebut dengan "kesalahan individu yang disengaja," kegagalan pengawasan, dan "tidak memperhatikan tanda-tanda peringatan."
Schweizer mengakui proses BCG telah gagal dan berjanji melakukan reformasi internal.
Banyak pihak di dalam dan luar BCG mempertanyakan bagaimana manajemen puncak bisa tidak menyadari cakupan dan implikasi proyek tersebut.
Hutchinson, yang memimpin praktik dampak sosial BCG, dilaporkan mengesahkan dan mendanai fase-fase awal proyek yang mengarah pada pembentukan GHF.
Skandal tersebut sampai ke Parlemen Inggris, di mana satu komite sedang menyelidiki apakah BCG dan perusahaan-perusahaan Barat lainnya memfasilitasi kebijakan yang dianggap sebagai pembersihan etnis yang melanggar hukum internasional.
Pengungkapan lebih lanjut telah melibatkan Tony Blair Institute (TBI), yang dilaporkan FT berpartisipasi dalam perencanaan rekonstruksi yang sama di bawah bendera "Gaza Riviera."
Para pejabat TBI dilaporkan bergabung dengan pejabat Israel dan AS dalam menyusun rencana untuk masa depan Gaza yang mengasumsikan pengusiran warga Palestina.
Para pakar hak asasi manusia telah mengecam inisiatif semacam itu sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi populasi Gaza secara permanen.
Korban tewas akibat kampanye militer Israel di wilayah kantong tersebut kini telah melampaui 57.000 jiwa, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Sejumlah pakar hukum dan genosida telah menyimpulkan tindakan Israel memenuhi ambang batas genosida menurut hukum internasional.
Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang menjadi pusat keterlibatan BCG, telah menuai kritik tajam. Meskipun dipasarkan sebagai wahana bantuan baru, peluncuran GHF bertepatan dengan pembantaian massal warga Palestina dan pembongkaran infrastruktur kemanusiaan yang ada.
Para pendukungnya termasuk pejabat Israel dan AS, dengan tujuan yang dilaporkan untuk mengalihkan kendali bantuan dari lembaga-lembaga PBB kepada mitra-mitra lokal yang "bersahabat".
Baca juga: Citra Satelit Ungkap Kemungkinan Kerusakan Pangkalan AS di Qatar yang Diserang Iran
(sya)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Perbandingan Universitas Terbaik Iran vs Israel, Siapa Unggul?