Media Iran Serukan Eksekusi Kepala IAEA karena Jadi Agen Mossad, Inggris-Prancis-Jerman Marah | Sindonews
Dunia internasional,
Media Iran Serukan Eksekusi Kepala IAEA karena Jadi Agen Mossad, Inggris-Prancis-Jerman Marah | Halaman Lengkap


Media Iran serukan eksekusi Kepala IAEA Rafael Mariano Grossi atas tuduhan bekerja untuk Mossad. Inggris, Prancis, dan Jerman marah atas ancaman terhadap Grossi. Foto/IAEA
- Media
Iran, Kayhan, telah menyerukan Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi ditangkap dan dieksekusi atas tuduhan menjadi agen badan intelijen Israel;
Mossad.Seruan ini memicu kemarahan trio Eropa; Inggris, Prancis, dan Jerman.
Kementerian Luar Negeri Prancis, Jerman, dan Inggris mengecam ancaman terhadap Grossi setelah Teheran menuduh bos IAEA itu "mengkhianati tugasnya" karena tidak mengecam serangan Israel dan AS terhadap situs-situs nuklir Iran.
"Prancis, Jerman, dan Inggris mengutuk ancaman terhadap Direktur Jenderal (Dirjen) IAEA Rafael Grossi dan menegaskan kembali dukungan penuh kami kepada Badan dan Dirjen dalam melaksanakan mandat mereka," bunyi pernyataan dari ketiga kementerian luar negeri negara tersebut, yang dilansir AFP, Selasa (1/7/2025).
Baca Juga: Pemred Media Iran Sebut Kepala IAEA Layak Dieksekusi karena Bekerja untuk Mossad
"Kami menyerukan kepada otoritas Iran untuk menahan diri dari langkah apa pun untuk menghentikan kerja sama dengan IAEA. Kami mendesak Iran untuk segera melanjutkan kerja sama penuh sesuai dengan kewajiban yang mengikat secara hukum, dan untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna memastikan keselamatan dan keamanan personel IAEA," imbuh mereka.
Pernyataan tersebut tidak menyebutkan secara rinci ancaman apa yang telah dibuat terhadap Grossi. Namun pernyataan tersebut muncul setelah artikel di surat kabar garis keras Iran, Kayhan, yang terkait erat dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, menuduh Grossi bekerja untuk Mossad. Menurut artikel itu, jika Grossi memasuki Iran, dia harus dihukum mati dan dieksekusi.
Grossi belum menanggapi secara langsung tuduhan surat kabar tersebut. Dia mengatakan prioritas utamanya adalah memastikan inspektur IAEA dapat kembali ke lokasi nuklir di Iran sesegera mungkin.
Pejabat Iran belum secara terbuka mendukung seruan artikel surat kabar tersebut. Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, membantah adanya ancaman terhadap Grossi.
Namun Iran semakin mengkritik Grossi dan mengancam akan menghentikan kerja sama dengan IAEA, yang menurut Teheran memberikan pembenaran atas pengeboman Israel, yang dimulai sehari setelah dewan IAEA memberikan suara untuk menyatakan Iran melanggar kewajiban berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) PBB.
Iran Kritik Standar Ganda IAEA
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui panggilan telepon pada hari Senin bahwa standar ganda IAEA telah menciptakan masalah bagi keamanan regional dan global, menurut laporan media pemerintah Iran.
"Pandangan pemerintah, parlemen, dan rakyat Iran adalah bahwa direktur IAEA tak bertindak secara tidak memihak terkait dengan berkas nuklir negara kami, terlepas dari semua kerja sama dan interaksi yang telah terjadi, dan perilaku ini sama sekali tidak dapat kami terima," kata Pezeshkian.
Sebagai penandatangan NPT, Iran diharuskan menerima inspeksi IAEA. Israel dikecualikan dari inspeksi nuklir karena merupakan satu dari lima negara yang tidak menjadi pihak dalam NPT.
Meskipun Israel tidak membenarkan atau menyangkal bahwa mereka memiliki senjata nuklir, negara tersebut diperkirakan memiliki sedikitnya 80-90 senjata nuklir, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).
Situasi ini telah lama menjadi sumber keluhan di kalangan garis keras di Republik Islam Iran, dan telah meningkat di Teheran setelah serangan Israel dan AS awal bulan ini.
Iran pada hari Senin menaikkan jumlah korban tewas resmi akibat serangan Israel-AS menjadi 935 orang, termasuk 38 anak-anak dan 132 wanita, menurut kantor berita pemerintah; IRNA.
Serangan balasan Iran terhadap Israel selama konflik 12 hari menewaskan 28 orang, menurut otoritas Israel.
Selama panggilan teleponnya dengan Macron, Pezeshkian mengatakan Teheran menghentikan kerja sama dengan pengawas nuklir PBB karena apa yang disebutnya sebagai perilaku "destruktif" kepala badan tersebut terhadap republik Islam Iran, menurut pernyataan kantor Pezeshkian pada hari Senin.
"Tindakan yang diambil oleh anggota parlemen...merupakan respons alami terhadap perilaku yang tidak dapat dibenarkan, tidak konstruktif, dan destruktif dari Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional," kata Pezeshkian kepada Macron.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan Grossi tidak diterima di Iran, karena telah melakukan "tindakan jahat" dan memainkan "peran yang disesalkan".
Iran juga mengatakan pada hari Senin bahwa mereka belum dapat diharapkan untuk menjamin keselamatan inspektur IAEA.
"Bagaimana mereka dapat mengharapkan kita untuk memastikan keselamatan dan keamanan inspektur badan tersebut ketika fasilitas nuklir damai Iran diserang beberapa hari yang lalu?" kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Esmaeil Baghaei dalam konferensi pers.
Baghaei mengatakan bahwa rancangan undang-undang (RUU) parlemen Iran yang menyerukan pemerintah untuk menarik kerja sama dengan IAEA telah disetujui oleh Dewan Wali, badan keamanan yang dikendalikan oleh orang-orang yang ditunjuk oleh pemimpin tertinggi, dan sekarang menjadi kewajiban.
"Iran seharusnya tidak diharapkan untuk menerima kewajibannya berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir ketika pengawas nuklir PBB tidak mengutuk serangan terhadap situs nuklir Iran," kata Baghaei.
(mas)