Moskow Balas Ultimatum Trump: Rusia Bukanlah Israel atau Iran! | SINDOnews
Dunia Internasional,
Moskow Balas Ultimatum Trump: Rusia Bukanlah Israel atau Iran! | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Selasa, 29 Juli 2025 - 08:53 WIB
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev balas ultimatum Presiden AS Donald Trump. Dia menyatakan setiap ancaman akan menjadi langkah menuju konflik AS-Rusia. Foto/Kremlin.ru
- Moskow telah membalas
ultimatumPresiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada
Rusiaagar mengakhiri perangnya melawan Ukraina dalam waktu 10 hingga 12 hari ke depan. Ultimatum Trump itu, jika diabaikan, akan memicu ancaman sanksi besar Washington terhadap Moskow.
Respons Moskow disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev. Menurutnya, Rusia bukanlah Israel atau Iran, dan setiap ancaman terhadap Rusia merupakan langkah lain menuju potensi konflik.
Ultimatum Trump disampaikan pada hari Senin saat mengunjungi Skotlandia. "Saya akan menetapkan batas waktu baru sekitar 10 atau 12 hari dari hari ini. Tidak ada alasan untuk menunggu. Saya ingin bermurah hati, tetapi kita tidak melihat kemajuan apa pun," kata Trump, yang duduk bersama Perdana Menteri Inggris Keir Starmer saat menyampaikan ultimatum terbaru tersebut.
Baca Juga: Trump Ultimatum Rusia Lagi: Akhiri Perang Ukraina dalam 10-12 Hari, atau...
Itu adalah ultimatum kedua Trump terhadap Rusia. Pada ultimatum awal, pemimpin Amerika itu memberi Rusia waktu 50 hari untuk bernegosiasi guna mengakhiri perang melawan Ukraina. Jika menolak, dia mengancam akan mengenakan tarif 100% atas impor Rusia dan sanksi sekunder terhadap negara dan perusahaan yang terus berdagang dengan Rusia.
Batas waktu awal tersebut seharusnya berakhir pada awal September mendatang. Namun, Trump sekarang memperpendek batas waktunya.
Medvedev, yang pernah menjabat sebagai presiden Rusia, mengatakan: "Trump bermain ultimatum dengan Rusia: 50 hari atau 10 hari."
Dalam sebuah unggahan di X, orang dekat Presiden Vladimir Putin ini menyarankan agar Trump mengingat dua hal. "Pertama, bahwa Rusia bukanlah Israel atau bahkan Iran, dan, kedua, bahwa setiap ultimatum baru merupakan ancaman dan langkah menuju permusuhan antara Rusia dan AS," tulis Medvedev, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (29/7/2025).
"Jangan ikuti jalan Sleepy Joe [Biden]!" imbuh Medvedev.
Selama kampanye pemilu-nya tahun lalu, Trump berulang kali mengkritik penanganan pendahulunya, mantan presiden Joe Biden, terhadap konflik Ukraina, memperingatkan bahwa kebijakan AS di bawah pemerintahan sebelumnya telah membawa dunia ke ambang Perang Dunia III.
Meskipun Trump telah kembali melibatkan Rusia secara diplomatis dan mendorong Kyiv untuk memasuki perundingan damai langsung dengan Moskow, dia semakin menunjukkan ketidaksabarannya dengan kecepatan negosiasi.
Awal bulan ini, setelah mengeluarkan ultimatum awalnya, presiden AS itu melanjutkan bantuan militer AS ke Ukraina melalui NATO.
Rusia telah lama mengecam pasokan senjata blok militer pimpinan AS ke Ukraina, dengan alasan mereka menjadikan sponsor Barat-nya Kyiv sebagai pihak dalam konflik tersebut, yang dianggap Moskow sebagai perang proksi.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa meskipun Rusia pada dasarnya berperang melawan seluruh Barat sendirian, dan Rusia tidak akan mundur dari tuntutan keamanan utamanya dalam konflik tersebut.
"Jangan menyeret Ukraina ke NATO, jangan ekspansi NATO sama sekali," kata diplomat tinggi itu pada hari Senin. "Itu sudah meluas hingga ke perbatasan kami."
(mas)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

7 Alasan Vladimir Putin Tak Bantu Iran Lawan Israe