Mufti Mesir Murka Grup Imam Masjid Eropa Kunjungi Israel: Politik Murahan Pakai Jubah Ulama Palsu | Sindonews
Dunia Internasional, Konflik Timur tengah,
Mufti Mesir Murka Grup Imam Masjid Eropa Kunjungi Israel: Politik Murahan Pakai Jubah Ulama Palsu | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Jum'at, 11 Juli 2025 - 20:01 WIB
Mufti Besar Mesir Sheikh Nazir Ayad. Foto/wikimedia
- Mufti Mesir, Nazir Ayad, pada hari Kamis (10/7/2025) mengecam kunjungan ke Israel oleh sekelompok orang yang ia gambarkan sebagai "mereka yang mempromosikan diri sebagai tokoh agama". Dia menyebutnya sebagai "investasi politik murahan yang menggunakan jubah ulama palsu untuk memperindah citra entitas pendudukan berdarah".
Dalam pernyataan tegas, Ayad mengutuk kunjungan delegasi Eropa tersebut. Pernyataan itu muncul hanya beberapa hari setelah al-Azhar, badan keagamaan tertinggi Mesir, juga menyuarakan kecaman.
Komentarnya menyusul pengumuman pada hari Senin dari kantor Presiden Israel Isaac Herzog, yang mengatakan ia telah menerima "para imam dan pemimpin dari komunitas Muslim di Prancis, Belgia, Belanda, Italia, dan Inggris" di kantornya di Yerusalem Barat.
Menurut kantor Herzog, delegasi tersebut dipimpin oleh Hassen Chalghoumi dan mencakup "tokoh-tokoh Muslim terkemuka yang datang ke Israel untuk menyebarkan pesan perdamaian, koeksistensi, dan kemitraan antara Muslim dan Yahudi, serta antara Israel dan dunia Islam."
Menanggapi hal tersebut, mufti Mesir mengatakan dalam pernyataannya, "Saya telah mengikuti dengan penyesalan yang mendalam kunjungan tercela ini yang dilakukan oleh satu kelompok yang mempromosikan diri mereka sebagai tokoh agama—orang-orang yang telah menjual hati nurani mereka dengan murah, dan secara keliru membungkus diri mereka dengan jubah agama, hanya untuk berdiri di hadapan para pemimpin entitas Zionis dalam satu adegan yang memalukan."
Ayad kemudian menuduh kelompok tersebut mempromosikan "perdamaian palsu dan dialog yang berlumuran darah orang-orang tak berdosa".
Dia menambahkan, “Mereka berbicara tentang koeksistensi dan dialog dengan mereka yang tidak mengenal filosofi koeksistensi maupun bahasa dialog."
“Mereka mengulang-ulang slogan kosong ini di tengah reruntuhan rumah, mayat anak-anak, dan tangisan para ibu di Gaza. Gaza, yang telah menghadapi pembantaian selama hampir dua tahun—tanpa berkedip sedikit pun,” tegas dia.
Baca juga: Citra Satelit Ungkap Kemungkinan Kerusakan Pangkalan AS di Qatar yang Diserang Iran
(sya)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Israel akan Copot Pengeras Suara untuk Azan di Masjid