Panglima Israel Angkat Tangan Taklukkan Hamas, Desak Netanyahu Serukan Gencatan Senjata di Gaza - Halaman all - TribunNews
Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah ,
Panglima Israel Angkat Tangan Taklukkan Hamas, Desak Netanyahu Serukan Gencatan Senjata di Gaza - Halaman all - TribunNews
TRIBUNNEWS.COM – Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Jenderal Eyal Zamir, secara terbuka mengakui bahwa militer Israel belum berhasil menaklukkan kelompok Hamas meskipun perang telah berlangsung lebih dari 21 bulan.
Dalam pertemuan strategis di pangkalan militer Gililot, ia menyerukan agar Netanyahu segera melakukan gencatan senjata jangka panjang di Jalur Gaza.
Ia menyoroti bahwa militer Israel saat ini membutuhkan “jeda operasional” setelah hampir dua tahun terlibat dalam konflik tanpa henti.
Menurutnya “jeda operasional” dibutuhkan untuk merevitalisasi kekuatan, memperbarui sistem, dan memulihkan kesiapan logistik serta mental prajurit.
“Kampanye berkepanjangan ini mengganggu proses rekonstruksi dan modernisasi IDF,” ujar Zamir dalam pidatonya, sebagaimana dilansir dari Middle East Monitor.
“Tahun 2026 akan kami dedikasikan sebagai tahun pembangunan kembali kemampuan tempur,” tambahnya.
Kesiapan Tempur IDF Menurun
Permintaan gencatan senjata jangka panjang oleh Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Jenderal Eyal Zamir, bukanlah sekadar langkah diplomatik atau bentuk kelemahan.
Jenderal Zamir mengaku prihatin atas penurunan kesiapan pasukan, terutama di garis depan utara Israel.
Ia menyebutkan bahwa selama dua tahun berturut-turut, Angkatan Darat tidak melakukan latihan tembak langsung skala besar, yang dapat berdampak serius terhadap kemampuan tempur jangka panjang.
Baca juga: Mental Tentara Israel di Ambang Kehancuran, 15 Prajurit Akhiri Hidup Sejak Awal 2025
Jenderal Zamir memperingatkan bahwa melanjutkan pertempuran di Gaza tanpa arah strategi yang jelas dan kesiapan tempur yang kuat hanya akan memperburuk keadaan.
Adapun kesiapan tempur bukan hanya soal kekuatan senjata, tetapi juga kecepatan mobilisasi, kesiapan logistik, dan moral pasukan.
“Operasi militer tidak bisa terus dilakukan hanya karena alasan politis. Harus ada tujuan, kejelasan, dan batas kemampuan,” ujarnya.
Alasan itu yang mendorong Zamir menyerukan evaluasi ulang terhadap taktik militer yang digunakan dan sasaran jangka panjang guna menangkal ancaman eksternal lainnya.
Mengingat belakangan ini kemampuan dan strategi griliya Hamas sukses melumpuhkan pertahanan militer besar seperti IDF.
Tentara Israel Bunuh Diri Gegara Trauma Perang
Terpisah, akibat perang berkepanjangan yang tak kunjung rampung sejumlah tentara Israel dilaporkan mengalami stress dan gangguan mental.
Data dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Sejak 2023, jumlah kasus bunuh diri terus meningkat secara signifikan.
Dari awal perang hanya 7 tentara bunuh diri, meningkat jadi 21 orang di tahun 2024. Kemudian di tahun 2025 setidaknya ada 20, termasuk lima kasus terbaru.
Dalam kasus terbaru yang dikonfirmasi pada Minggu, 20 Juli 2025, salah satu korban adalah remaja 19 tahun asal Norwegia, seorang imigran baru yang bergabung dengan IDF kurang dari satu tahun lalu.
Ia ditemukan tak bernyawa saat masih dalam masa pelatihan dasar. Trauma berat akibat perang di tujuh front pertempuran jadi pemicu utama bunuh diri masal ini.
Merespon isu ini, kepemimpinan militer Israel mulai mengakui bahwa beban psikologis pertempuran modern telah menimbulkan krisis internal yang serius.
IDF menyatakan bahwa sejumlah prajurit cadangan menarik diri dari medan perang karena mengalami gangguan stres berat dan kecemasan pasca tugas.
Krisis ini diperparah oleh kurangnya dukungan psikologis di tengah situasi perang yang tidak kunjung usai.
Menurut beberapa laporan internal, prajurit yang pulang tidak mendapatkan cukup ruang pemulihan sebelum dikirim kembali ke zona konflik.
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyoroti angka ini sebagai sinyal kegagalan pemerintah dan militer dalam melindungi kesehatan mental pasukan.
“Kita tidak bisa bernapas lega menghadapi statistik ini. Perang ini membunuh secara diam-diam membunuh mental,” kata Lapid dalam pernyataan resmi.
Ia mendesak agar pemerintah dan IDF segera membentuk satuan tugas khusus untuk menangani krisis kesehatan jiwa di kalangan militer dan menciptakan sistem dukungan pemulihan yang lebih manusiawi.
(Tribunnews.com / Namira)
