Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dewan Keamanan PBB DK PBB Dunia Internasional Featured Kamboja PM Kamboja

    PM Kamboja Desak DK PBB Campur Tangan atas Serangan Thailand | tempo

    4 min read

     Dunia Internasional ,

    PM Kamboja Desak DK PBB Campur Tangan atas Serangan Thailand | tempo

    TEMPO.COJakarta - Perdana Menteri Kamboja Hun Manet secara resmi meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk segera menangani apa yang ia sebut sebagai "agresi militer terencana" oleh angkatan bersenjata Thailand di sepanjang perbatasan Kamboja-Thailand pada Kamis 24 Juli 2025.

    Dalam surat yang ditujukan kepada Duta Besar Asim Iftikhar Ahmad, Perwakilan Tetap Pakistan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menjabat sebagai Presiden Dewan Keamanan untuk Juli 2025, Perdana Menteri Hun Manet merinci serangkaian dugaan serangan bersenjata oleh Thailand yang dimulai pagi ini.

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Hun Manet meminta Dewan Keamanan untuk mengadakan pertemuan mendesak guna menghentikan apa yang ia sebut sebagai agresi Thailand dan meminta agar surat tersebut diedarkan sebagai dokumen resmi Dewan Keamanan PBB.

    Serangan tersebut dilaporkan menargetkan beberapa posisi Kamboja, termasuk Kuil Tamoan Thom, Kuil Ta Krabei, dan wilayah Mom Bei, di provinsi Preah Vihear dan Oddar Meanchey.

    "Kamboja mengutuk sekeras-kerasnya dan menyatakan kemarahannya yang mendalam atas agresi militer yang tidak beralasan dan terencana," tulis Perdana Menteri Kamboja seperti dilansir Khmer Times.

    Hun Manet mengecam tindakan Thailand tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Piagam PBB dan ASEAN.

    Ia menekankan bahwa pasukan Kamboja terpaksa merespons dengan membela diri untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah negara.

    Surat tersebut menyerukan Thailand untuk "segera menghentikan semua permusuhan, menarik pasukannya ke sisi perbatasannya, dan menahan diri dari tindakan provokatif lebih lanjut."

    Hun Manet juga menyinggung ketegangan yang telah berlangsung lama di sepanjang perbatasan, dengan mengutip Konvensi Prancis-Siam pada 1904, Perjanjian 1907, dan Nota Kesepahaman 2000 (MOU-2000) sebagai dasar hukum klaim teritorial Kamboja.

    Ia menuduh Thailand secara sepihak menggambar ulang peta yang bertentangan dengan kerangka hukum tersebut dan menggunakan peta tersebut untuk membenarkan apa yang disebutnya tuduhan tak berdasar terkait insiden ranjau darat baru-baru ini.

    "Sangat tercela bahwa tindakan agresi ini terjadi sementara Kamboja secara aktif mengupayakan jalur hukum yang damai dan tidak memihak untuk menyelesaikan masalah perbatasan yang belum terselesaikan," Hun Manet menegaskan.

    Putra politikus senior Hun Sen itu juga mengingatkan bahwa pada 2 Juni 2025, pemerintah Kamboja memutuskan untuk merujuk empat wilayah perbatasan yang disengketakan—wilayah Mom Bei, Kuil Tamoan Thom, Kuil Tamoan Touch, dan Kuil Ta Krabey—ke Mahkamah Internasional (ICJ) untuk diadili.

    Meskipun demikian, Hun Manet mengatakan, Thailand terus meningkatkan ketegangan, mengabaikan seruan regional dan internasional untuk menahan diri, termasuk yang disuarakan menjelang pertemuan Komisi Perbatasan Bersama (JBC) yang diselenggarakan oleh Kamboja pada 14-15 Juni.

    Beberapa jam sebelumnya, sebuah jet tempur F-16 Thailand mengebom sejumlah target di Kamboja pada Kamis 24 Juli 2025, seperti dilansir CNASerangan ini di tengah ketegangan yang telah berlangsung selama berminggu-minggu akibat sengketa perbatasan yang meningkat menjadi bentrokan yang menewaskan sedikitnya dua warga sipil.

    Dari enam jet tempur F-16 yang disiapkan Thailand untuk dikerahkan di sepanjang perbatasan yang disengketakan, salah satunya menembaki Kamboja dan menghancurkan sebuah target militer, ungkap militer Thailand.

    Kedua negara saling tuduh memulai bentrokan pada Kamis dini hari.

    "Kami telah menggunakan kekuatan udara terhadap target militer sesuai rencana," kata Wakil Juru Bicara Angkatan Darat Thailand, Richa Suksuwanon, kepada para wartawan. Thailand juga menutup perbatasannya dengan Kamboja.

    Bentrokan dimulai Kamis pagi di dekat kuil Ta Moan Thom yang disengketakan di sepanjang perbatasan timur antara Kamboja dan Thailand, sekitar 360 km dari ibu kota Thailand, Bangkok.

    "Peluru artileri jatuh di rumah-rumah penduduk," kata Sutthirot Charoenthanasak, kepala distrik Kabcheing di provinsi Surin, menggambarkan penembakan oleh pihak Kamboja.

    "Dua orang tewas," katanya, seraya menambahkan bahwa otoritas distrik telah mengevakuasi 40.000 warga sipil dari 86 desa di dekat perbatasan ke lokasi yang lebih aman.

    Militer Thailand mengatakan Kamboja mengerahkan drone pengintai sebelum mengirim pasukan bersenjata berat ke daerah dekat kuil.

    Pasukan Kamboja melepaskan tembakan dan dua tentara Thailand terluka, kata seorang juru bicara militer Thailand, seraya menambahkan bahwa Kamboja telah menggunakan berbagai senjata, termasuk peluncur roket.

    Namun, seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan telah terjadi serangan tak beralasan oleh pasukan Thailand dan pasukan Kamboja merespons dengan membela diri.

    Pejabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, mengatakan situasinya genting. "Kita harus berhati-hati," katanya kepada para wartawan. "Kami akan mengikuti hukum internasional."

    Selama lebih dari satu abad, Thailand dan Kamboja telah memperebutkan kedaulatan di berbagai titik yang tidak dibatasi batasnya di sepanjang perbatasan darat mereka sepanjang 817 kilometer, yang telah menyebabkan pertempuran kecil selama beberapa tahun dan setidaknya belasan kematian, termasuk dalam baku tembak artileri selama seminggu pada 2011.

    Ketegangan kembali memanas pada Mei setelah terbunuhnya seorang tentara Kamboja dalam baku tembak singkat, yang kemudian meningkat menjadi krisis diplomatik besar-besaran dan kini telah memicu bentrokan bersenjata.

    Pilihan Editor: BREAKING NEWS: Jet Tempur F-16 Thailand Bombardir Kamboja, Perang Pecah?

    Komentar
    Additional JS