Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Berita Dunia Internasional Featured Inggris

    Polisi Inggris Pura-pura WFH Tekan Tombol Z Berjam-jam, Langsung Dipecat - Kompas

    4 min read

     Berita Dunia Internasional ,

    Polisi Inggris Pura-pura WFH Tekan Tombol Z Berjam-jam, Langsung Dipecat

    LONDON, KOMPAS.com - Seorang anggota polisi di Inggris, Liam Reakes dipecat dan dilarang seumur hidup bekerja di bidang penegakan hukum.

    Melansir New York Post pada Selasa (10/6/2025), hal itu diputuskan setelah Reakes terbukti memalsukan lebih dari 100 jam kerja saat bertugas di Yeovil, Inggris.

    Hasil sidang di markas besar Kepolisian Avon dan Somerset menyatakan bahwa Liam Reakes dinyatakan telah melakukan pelanggaran berat.

    Baca juga: Peras Biksu Pakai Video Seks, Perempuan Thailand Ditangkap Polisi

    Ketahuan dari audit keyboard

    Modus Reakes terungkap dalam sidang di markas Kepolisian Avon dan Somerset.

    Cerita Perwira Peraih Gelar Adhi Makayasa, Pernah Gagal Masuk Akmil

    Dalam sidang, panel mendengarkan bukti bahwa Reakes secara sengaja menekan keyboard di laptopnya secara berkala ketika bekerja dari rumah, padahal ia tidak melakukan pekerjaannya.

    “Dia membuka dokumen Word kosong dan menekan tombol ‘Z’ di keyboard selama berjam-jam,” demikian menurut penyelidikan yang dilaporkan BristolLive.

    Audit keyboard pada September 2024 menunjukkan jumlah ketukan Reakes jauh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekannya.

    Tercatat, dari Juni hingga September 2024, ia melakukan aksi ini selama total 103 jam.

    Bahkan dalam beberapa shift, ia melakukan hal itu selama empat jam terus-menerus.

    Audit ini juga menemukan praktik serupa yang dilakukan sejak September 2023.

    Baca juga: Rumah Eks Presiden Brasil Digeledah Polisi, Dituduh Rencanakan Kudeta

    Masalah kesehatan mental

    Meski mengakui tindakannya, Reakes membantah bahwa aksinya itu dilakukan untuk menipu agar terlihat sedang bekerja.

    Reakes mengatakan hal itu ia lakukan karena mengalami masalah kesehatan mental dan merasa kurang nyaman bekerja bersama rekan-rekannya.

    Namun, klaim ini tidak diperkuat bukti, karena menurut kepolisian, Reakes tidak pernah mengungkapkan masalah tersebut dalam percakapan sebelumnya dengan atasan.

    Dalam sidang disebutkan bahwa selama 2024, Reakes sudah beberapa kali dipanggil untuk membahas masalah kinerjanya.

    “Dia tahu dia dibayar untuk pekerjaan yang tidak dia lakukan,” kata Mark Ley-Morgan, pengacara yang mewakili kepolisian Inggris.

    “Kita semua berhak untuk istirahat dan minum teh, tapi ini jauh melampaui itu,” lanjutnya.

    “Tidak ada tempat di kepolisian untuk petugas yang tidak jujur," tandasnya.

    Baca juga: Remaja 17 Tahun Kehilangan Separuh Testis Usai Ditendang Polisi di Selangkangan

    Mantan polisi yang dicap tidak jujur dan mengecewakan publik

    Ketua panel sidang, Craig Holden, menyebut perilaku Reakes sebagai tindakan menipu dan tidak jujur.

    Holden menegaskan bahwa perilaku itu merusak kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.

    “Penggunaan perangkat atau sistem apa pun untuk meniru aktivitas keyboard adalah sepenuhnya salah dan menipu. Masyarakat berhak marah atas perilaku ini,” ujar Komisaris Polisi Larisa Hunt, Kepala Departemen Standar Profesional, dalam pernyataannya usai sidang.

    Hunt juga menyebut bahwa manajemen kepolisian telah berusaha membantu Reakes melalui program pembimbingan karena khawatir soal kinerjanya.

    Atas putusan ini, nama mantan polisi ini sekarang masuk dalam daftar hitam nasional.
    Artinya, ia tidak akan bisa bekerja di lembaga kepolisian maupun penegakan hukum mana pun di Inggris seumur hidup.

    Baca juga: Kenya Rusuh di Seluruh Negeri, Presiden Perintah Polisi Tembak Pedemo

    Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

    Senjata Nuklir AS Dibawa ke Inggris, Ancang-ancang Bantu Ukraina, Rusia Tak Mau Terlena

    Komentar
    Additional JS