Potensi Tsunami Akibat Gempa Rusia, Begini Mitigasi Penyandang Disabilitas | tempo
Lintas Peristiwa ,
Potensi Tsunami Akibat Gempa Rusia, Begini Mitigasi Penyandang Disabilitas | tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Gempa Rusia sebesar Magnitudo 8,7 pada Rabu, 30 Juli 2025, berpotensi menimbulkan tsunami di 10 wilayah Indonesia. Lantaran itu diperlukan kewaspadaan serta mitigasi yang baik bagi semua kelompok masyarakat, terutama kelompok masyarakat rentan seperti penyandang disabilitas.
“Mitigasi bencana tsunami pada penyandang disabilitas memerlukan perhatian khusus karena mereka memiliki risiko lebih tinggi saat terjadi bencana. Upaya mitigasi harus melibatkan perencanaan yang inklusif, pelatihan, dan penyediaan informasi yang mudah diakses,” tulis panduan yang dikutip Tempo Rabu 30 Juli 2025, dari buku saku ‘mitigasi tsunami bagi penyandang disabilitas’ yang diterbitkan oleh BMKG.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mitigasi tsunami bagi disabilitas menjadi sangat penting karena disabilitas mengalami keterbatasan akses fisik untuk menyelamatkan diri, sehingga kelompok masyarakat disabilitas acap kali menjadi korban jiwa pada bencana alam seperti tsunami.
Bencana alam juga kerap mencederai kondisi fisik dan mental korban dari kelompok masyarakat nondisabilitas. Bahkan tak jarang menyebabkan kondisi disabilitas pada kelompok masyarakat nondisabilitas.
Karena itu terdapat komitmen Global Sendai Framework For Disaster Risk Reduction oleh PBB pada 2015 tentang pelibatan penyandang disabilitas dalam mitigasi bencana. Komitmen ini bertujuan untuk penanggulangan, pemulihan rehabilitasi dan rekonsntruksi dalam mengurangi resiko bencana.
Langkah mitigasi bencana alam yang dapat diterapkan kepada penyandang disabilitas menurut situs resmi BPBD yang dirangkum dari United Nations melibatkan beberapa upaya, yaitu pada saat pra-bencana, saat bencana dan pasca-bencana .
Adapun langkah pra-bencana yang dapat dilakukan terhadap penyandang disabilitas adalah mengelompokkan penyandang disabilitas berdasarkan kondisi dan jenis. "Kemudian menginformasikan resiko yang akan dihadapi dan cara mengatasinya, dan menginfromasikan sistem peringatan dini sesuai dengan jenis ragam disabilitasnya,” tulis situs BPBD Pangkal Pinang.
Kemudian, saat bencana berlangsung, langkah yang dapat diambil harus mengikutsertakan peran masyarakat di sekitar disabilitas. Langkah pertama saat evakuasi, penyandang disabilitas harus dijauhkan dari titik lokasi bencana.
Menurut BMKG melalui channel Youtube-nya, bila peringatan bencana yang terjadi adalah tsunami, sementara itu tidak terkejar mengungsi ke pegunungan atau perbukitan, penyandang disabilitas dapat dibawa ke tempat yang tinggi.
Lantaran itu diperlukan jalur evakuasi yang telah disepakati saat proses sosialisasi atau simulasi bencana.
Langkah mitigasi berikutnya yang dapat diterapkan pada saat bencana, menurut BPBD adalah fokus pada korban yang belum mendapatkan pertolongan. Kemudian, apabila disabilitas membutuhkan perawatan lanjutan, segera bawa ke rumah sakit atau pengungsian.
Setelah itu, lakukan pendataan dan penilaian. Masyarakat di sekitar penyandang disabilitas juga dapat Memberikan konseling dan terapi melalui profesional yang berkompeten.
Langkah terakhir yang dapat ditempuh adalah setelah bencana, antara lain dengan mengoptimalkan peran penyandang disabilitas dalam posko layanan bencana, dalam pelatihan penyelamatan diri khusus bagi penyandang disabilitas, dan melibatkan peran penyandang disabilitas dalam pemberian konseling atas trauma yang terjadi.
Seperti dikerahui, gempa tektonik dengan magnitudo sebesar M8,7 mengguncang pesisir timur Kamchatka, Rusia, pada hari Rabu, 30 Juli 2025, pukul 06:24:50 WIB. BMKG telah mengekuarkan peringatan potensi tsunami di 10 wilayah akibat gempa Rusia tersebut.
Pilihan Editor: PSI: Partai Politik untuk Trah Jokowi