Tarif Trump 19 Persen, HIPMI: RI Harus Waspadai Strategi Dagang AS - Kompas
Tarif Trump 19 Persen, HIPMI: RI Harus Waspadai Strategi Dagang AS
/data/photo/2025/05/26/6834587aeb179.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) menyoroti dampak dari kesepakatan tarif perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif impor sebesar 19 persen untuk produk asal Indonesia.
Sekretaris Jenderal BPP HIPMI, Anggawira, menilai bahwa meskipun tarif tersebut menjadi yang terendah di antara negara-negara Asia, kesepakatan itu tetap berisiko menekan daya saing ekspor nasional.
“Kita tidak boleh melihat ini sekadar sebagai pengumuman teknis, tapi sebagai sinyal bahwa hubungan dagang kita sedang memasuki fase negosiasi yang tidak seimbang. Indonesia perlu berhati-hati agar tidak menjadi korban dari strategi dagang agresif negara besar,” ujar Anggawira di Jakarta, Rabu (16/7/2025), dikutip dari Antara.
Baca juga: Segera Bertemu Trump di AS, Prabowo Kepingin Kursus Golf Dulu...
AS dan Eropa Ultimatum Iran soal Kesepakatan Nuklir
Dampak terhadap Industri dan UMKM
Menurut Anggawira, tarif 19 persen berpotensi menurunkan volume ekspor ke AS, mengganggu efisiensi biaya produksi, dan bahkan dapat menyebabkan pengurangan tenaga kerja.
Kondisi ini dinilai akan semakin berat bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), khususnya eksportir pemula.
“Tarif ini tentu akan menambah beban pelaku usaha Indonesia, khususnya mereka yang mengekspor ke Amerika Serikat. Produk-produk seperti tekstil, alas kaki, elektronik rumah tangga, dan furnitur sangat rentan karena margin keuntungan mereka sudah tipis,” jelasnya.
Anggawira menekankan pentingnya langkah cepat dari pemerintah untuk menjaga daya saing dunia usaha nasional.
Menurut dia, pemerintah perlu menyusun strategi diversifikasi pasar ekspor agar pelaku usaha tidak hanya bergantung pada pasar AS.
Baca juga: Tarif Trump Jadi 19 Persen, Pertamina Bersiap Impor Minyak dan LPG AS
Selain itu, perluasan insentif dan pembiayaan ekspor juga penting, terutama bagi sektor-sektor yang terdampak dan pelaku UMKM.
Indonesia juga didorong untuk menegosiasikan ulang kesepakatan dagang yang lebih adil, tidak hanya menjadi pembeli produk energi atau pesawat dari AS, tetapi mengedepankan prinsip timbal balik dan kemandirian ekonomi.
Di sisi lain, kesepakatan tarif ini juga bisa menjadi momentum untuk memperkuat ekosistem produksi dalam negeri, agar Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah, melainkan produk bernilai tambah tinggi.
Trump: AS Tak Bayar Tarif ke Indonesia
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa AS akan memberlakukan tarif impor sebesar 19 persen terhadap produk Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump melalui unggahan di platform media sosialnya, Truth Social, Selasa (15/7/2025) waktu setempat.
Baca juga: Strategi Prabowo Nego Tarif Trump: Sampaikan Tawaran, Tegaskan Tak Bisa Memberi Lebih
“Indonesia akan membayar tarif 19 persen kepada Amerika Serikat untuk semua barang impor mereka dari negara kita,” tulis Trump, dikutip dari Reuters.
Sebaliknya, Trump menyebut produk asal AS akan masuk ke pasar Indonesia tanpa dikenai tarif sama sekali.
"Mereka (Indonesia) akan membayar 19 persen dan kami (AS) tidak akan membayar apa pun," ujar dia.
"Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia, dan kami memiliki beberapa kesepakatan yang akan diumumkan," lanjut Trump.
Pernyataan serupa disampaikan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick. Ia menegaskan bahwa kesepakatan baru tersebut akan menguntungkan pihak AS karena mengubah hubungan dagang yang sebelumnya asimetris.
“Tidak ada tarif di sana. Mereka (Indonesia) membayar tarif di sini, mengubah asimetri ke arah kita. Mari kita bangkitkan kembali industri, dan itu akan membebaskan petani, peternak, nelayan, dan industri kita,” kata Lutnick.
Kesepakatan tarif ini merupakan revisi dari tarif impor 32 persen yang sebelumnya diumumkan Trump pada April 2025, dan kini ditekan menjadi 19 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Aktivitas Militer China, Rusia, dan Korut Picu Kekhawatiran Keamanan Jepang