Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Gaza Israel Konflik Timur Tengah

    10 Peraih Nobel dan Ekonom Terkemuka Desak Netanyahu Setop Pendudukan Gaza - SINDONEWS

    3 min read

     Dunia Internasional ,Konflik Timur Tengah ,

    10 Peraih Nobel dan Ekonom Terkemuka Desak Netanyahu Setop Pendudukan Gaza | Halaman Lengkap

    Anak-anak Palestina memasak di tenda saat serangan brutal Israel terus berlanjut di Gaza. Foto/anadolu

    GAZA 

    - Sepuluh peraih Nobel termasuk di antara 23 ekonom paling dihormati di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang menulis surat kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Mereka meminta Netanyahu membatalkan rencana pendudukan militer di Kota Gaza.

    Mereka juga mendesaknya untuk mengizinkan bantuan pangan tanpa batas ke wilayah tersebut.

    Penandatangan pertama surat tersebut adalah peraih Nobel, ekonom MIT, dan salah satu penulis buku terlaris internasional Why Nations Fail, Daron Acemoglu. Ia membagikan surat tersebut di X pada hari Jumat (15/8/2025).

    "Kami menulis dengan keprihatinan yang mendesak tentang meluasnya kelaparan di Gaza dan rencana pemerintah Israel mengkonsentrasikan warga sipil di apa yang disebut 'kota kemanusiaan'," ungkap bunyi surat tersebut.

    Surat itu menegaskan, "Sebagai manusia, ekonom, dan ilmuwan, kami menyerukan penghentian segera kebijakan apa pun yang memperparah kelaparan yang meluas."

    Paragraf kedua mengecam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan, tetapi menambahkan, "Hal itu tidak membebaskan pemerintah Israel, yang mengendalikan aliran dan distribusi bantuan, dari tanggung jawab".

    Para ekonom mengutip data Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menunjukkan hampir sepertiga dari 2,1 juta penduduk Gaza telah mengalami beberapa hari tanpa makanan, dan harga-harga kebutuhan pokok di pasar di Gaza sekarang sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan harga tiga bulan lalu.

    Mereka juga menggambarkan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang dilanda skandal, didukung AS, dan "dikoordinasi Israel" sebagai "mematikan".

    Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sejak Mei, lebih dari 1.700 orang telah meninggal saat mencari bantuan dari lokasi-lokasi GHF. Palestina menyebutnya sebagai "jebakan maut".

    "Dengan dalih bantuan, 'kota kemanusiaan' yang diusulkan akan merelokasi ratusan ribu warga Gaza ke zona terbatas, merampas kebebasan bergerak dan martabat dasar mereka," papar bunyi surat itu. "Israel tidak bermoral memperlakukan warga sipil sebagai beban."

    Surat itu merujuk pada satu "kota kemanusiaan" yang diusulkan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, untuk dibangun di Rafah, yang menurut mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert akan menjadi "kamp konsentrasi".

    Peringatan untuk Israel

    Tentara Israel telah menguasai setidaknya 75% wilayah tersebut. Pekan lalu, Netanyahu mengumumkan niatnya melakukan pendudukan militer di Kota Gaza, yang berarti Israel akan mengambil alih sepenuhnya.

    Pemerintah di seluruh dunia, termasuk sekutu seperti Inggris, Prancis, Kanada, dan Jerman, telah mengecam langkah tersebut.

    Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan mereka menyerahkan keputusan kepada Israel. "Mengingat semakin banyaknya bukti kelaparan massal dan pelanggaran hak asasi manusia, pemerintah-pemerintah Eropa kemungkinan besar akan menjatuhkan sanksi yang terarah, yang mengakibatkan kerusakan parah pada sains, perdagangan, dan lapangan kerja. Tanda-tanda awal hal itu sudah ada," ujar para ekonom.

    Mereka memperingatkan lembaga pemeringkat kemungkinan akan terus menurunkan peringkat utang negara Israel, yang akan meningkatkan biaya pinjaman, sementara negara tersebut menghadapi tagihan rekonstruksi dan pertahanan yang besar.

    “Pekerja terampil, terutama di sektor teknologi, juga kemungkinan akan meninggalkan Israel,” tambah mereka.

    Selain membatalkan rencana pengambilalihan Gaza dan membuka perbatasan untuk truk bantuan, surat tersebut menyerukan, “Israel untuk segera mengeluarkan deklarasi resmi yang menegaskan kembali komitmen Israel terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional dan mengupayakan perjanjian gencatan senjata dengan itikad baik."

    Para ekonom mengatakan mereka ingin "para pemimpin Barat secara aktif bekerja memastikan kebijakan-kebijakan ini dilaksanakan", dan hanya dengan melakukan hal itu Israel dapat "mempertahankan karakter demokratisnya".

    Surat tersebut tidak menyebutkan genosida atau pembersihan etnis. Lebih dari 61.000 orang telah tewas di Gaza sejak perang genosida oleh Israel dimulai.

    Bersama Acemoglu, para ekonom peraih Nobel dari 23 negara penandatangan tersebut antara lain Angus Deaton; Peter A Diamond; Esther Duflo; Claudia Goldin; Eric S Maskin; Roger B Myerson; Edmund S Phelps; Christopher A Pissarides; dan Joseph E Stiglitz.

    Bersama-sama, penelitian dan konsultasi mereka telah membantu membentuk lintasan ekonomi sebagian besar dunia Barat, termasuk lembaga-lembaga seperti Dana Moneter Internasional.

    Baca juga: Putin pada Trump: Lain Kali di Moskow

    (sya)

    Komentar
    Additional JS