Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Gaza Hizbullah Israel Konflik Timur Tengah

    Hizbullah Sumpah Tak akan Serahkan Senjata Selama Israel Masih Ada | SINDONEWS

    4 min read

     Dunia Internasional ,Konflik Timur Tengah ,

    Hizbullah Sumpah Tak akan Serahkan Senjata Selama Israel Masih Ada | Halaman Lengkap

    logo-apps-sindo

    Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

    Jum'at, 15 Agustus 2025 - 21:15 WIB

    Hizbullah Sumpah Tak...

    Para pendukung Hizbullah dan sekutunya, Gerakan Amal, berunjuk rasa menentang keputusan pemerintah menempatkan semua senjata di bawah kendali negara di Beirut, Lebanon, pada 8 Agustus 2025. Foto/Houssam Shbaro/Anadolu Agency

    BEIRUT 

    - Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Naim Qassem, menyatakan pada hari Jumat (15/8/2025) bahwa partainya tidak akan menyerahkan senjata selama Israel masih ada. Qassem menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato yang disiarkan televisi pada peringatan 40 hari kematian Imam Hussein di kota Baalbek, Lebanon timur.

    Peringatan ini menandai berakhirnya masa berkabung 40 hari untuk cucu Nabi Muhammad, Imam Hussein, yang gugur dalam pertempuran pada tahun 680.

    Setiap tahun, ribuan peziarah Syiah berjalan kaki ke kota Karbala di Irak untuk memperingati ritual tersebut, salah satu peristiwa keagamaan terbesar di dunia Syiah.

    "Perlawanan tidak akan menyerahkan senjatanya selama pendudukan (Israel) masih berlangsung. Kami siap bertempur seperti di Karbala, jika perlu, melawan proyek Israel-Amerika, berapa pun harganya," tegas Qassem.

    Ia juga mengkritik pemerintah Lebanon, dengan mengatakan, “Pemerintah bertanggung jawab penuh atas setiap pertikaian internal dan karena mengabaikan tugasnya untuk mempertahankan tanah air."

    Menyebut pemerintah secara langsung, Qassem mendesak, "Hentikan agresi dan usir Israel dari Lebanon."

    "Kami akan bekerja sama sepenuhnya selama diskusi mengenai keamanan nasional dan strategis," ujar Qassem merujuk pada sikap pemerintah dalam melucuti senjata Hizbullah dan mengkonsolidasikan senjata di bawah kendali negara.

    Qassem lebih lanjut memperingatkan protes jalanan terhadap perlucutan senjata dapat meningkat, berpotensi mencapai Kedutaan Besar AS di Beirut.

    Dalam langkah yang dianggap secara langsung menargetkan Hizbullah untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, Kabinet Lebanon pekan lalu menugaskan militer menyusun rencana pelucutan senjata penuh dan mendukung tujuan proposal yang didukung AS yang menyerukan kendali eksklusif negara atas semua senjata di seluruh negeri.

    Langkah kontroversial ini disambut dengan pertentangan keras dari Hizbullah, yang mengecam rencana tersebut sebagai "kesalahan besar" dan menegaskan mereka tidak akan mematuhinya.

    Israel melancarkan serangan militer di Lebanon pada 8 Oktober 2023, yang meningkat menjadi perang skala penuh pada September 2024, menewaskan lebih dari 4.000 orang dan melukai sekitar 17.000 orang.

    Gencatan senjata dicapai pada bulan November, tetapi pasukan Israel sejak itu telah melakukan serangan hampir setiap hari di Lebanon selatan, yang diklaim menargetkan aktivitas kelompok Hizbullah Lebanon.

    Berdasarkan gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga 18 Februari setelah Tel Aviv menolak mematuhinya. Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.

    Baca juga: 5 Fakta yang Jarang Diketahui soal Pertemuan Putin-Trump di Alaska

    (sya)

    wa-channel

    Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

    Follow

    Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

     Klik Disini 

    untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

    Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya

    Infografis

    7 Alasan Vladimir Putin...

    7 Alasan Vladimir Putin Tak Bantu Iran Lawan Israel

    Komentar
    Additional JS