Jejak Riset Situs Gunung Padang Sejak Zaman Kolonial, Pemerintah Kini Siap Lakukan Pemugaran - Kompas
Jejak Riset Situs Gunung Padang Sejak Zaman Kolonial, Pemerintah Kini Siap Lakukan Pemugaran
/data/photo/2025/08/11/68992ff35f4a8.jpg)
CIANJUR, KOMPAS.com – Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan resmi menerbitkan Surat Keputusan (SK) tentang Pemugaran Situs Megalitik Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sebanyak seratus peneliti dilibatkan dalam tim kajian dan pemugaran yang dipimpin Ali Akbar, arkeolog Universitas Indonesia.
Situs ini kembali menarik perhatian setelah hasil penelitian menyebut usianya mencapai sekitar 5.900 tahun sebelum masehi. Klaim tersebut menuai kekaguman maupun keraguan, termasuk dari kalangan internasional. Meski demikian, Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Gunung Padang sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional.
Ali Akbar menyampaikan, penelitian terhadap situs ini sebenarnya telah berlangsung sejak era kolonial Belanda. “Situs Gunung Padang pertama ditemukan pada tahun 1890 oleh De Korte,” ujarnya, Jumat (15/8/2025).
Setahun kemudian, RDM Verbeek menerbitkan buku sejarah purbakala di Jawa yang memuat laporan penemuan empat teras bertingkat di puncak gunung tersebut. Penelitian berlanjut pada 1941 oleh arkeolog NJ Krom yang menulis laporan untuk Dinas Kepurbakalaan Hindia Belanda.
Putin “Jinakkan” Trump di Kandang AS, Kini Terserah Zelensky?
Pada 1979, warga menemukan tumpukan batu di atas bukit yang kemudian membuka kembali tabir keberadaan situs megalitikum tersebut. Sejak itu, beberapa tahapan penelitian dilakukan, mulai tahun 1980, 2011, 2012, hingga 2013.
Baca juga: Bakal Dipugar, Gunung Padang Diperkirakan Tiga Kali Lebih Besar dari Borobudur
“Penelitian-penelitian yang dilakukan sejak dulu menunjukkan peninggalan purbakala ini memiliki nilai yang sangat penting bagi sejarah dan kebudayaan bangsa,” kata Ali.
Ia menyebut tim telah memulai kajian teknis sejak awal bulan dan pemugaran direncanakan mulai 1 September 2025.
“Kajian mendalam penting dilakukan sebelum pemugaran agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, akademis, dan sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Ali menambahkan, tim tidak hanya terdiri atas arkeolog, tetapi juga melibatkan ahli dari berbagai disiplin, seperti topografi, geologi, sedimentologi, geofisika, hidrologi, paleoseismologi, arsitektur, dan planologi.
“Fokus utama upaya ini adalah memastikan situs dapat bertahan dan tetap terjaga hingga ratusan tahun ke depan sebagai salah satu bukti tinggalan peradaban dunia,” ucapnya.
Baca juga: Berusia 5.900 SM, Gunung Padang Disebut Lebih Tua dari Piramida Giza
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!Apa Makna Kalung Melati dan Beskap yang Dipakai Prabowo Saat Upacara HUT RI?