Konsorsium BUMN RI Rugi Rp 1,62 Triliun Gara-gara Kereta Cepat di 2025 - Kompas
Konsorsium BUMN RI Rugi Rp 1,62 Triliun Gara-gara Kereta Cepat di 2025
/data/photo/2025/06/11/684929e948ba4.jpg)
KOMPAS.com - Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh terus membebani keuangan sejumlah BUMN yang terlibat di dalamnya. Bahkan saat proyek sudah rampung dan beroperasi, Whoosh terus mencatat rugi dengan nilai sangat besar.
Empat BUMN Indonesia yang tergabung dalam konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), harus ikut menanggung beban utang dan bunga tinggi kepada pihak China.
Mayoritas pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara sisanya ditopang oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta modal dari konsorsium perusahaan patungan BUMN Indonesia dan China.
Dikerjakan sejak 2016, proyek KCJB mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun sebesar 1,2 miliar dolar AS, setara sekitar Rp 18,02 triliun.
Era Tiga Kapal Induk, China Bentengi "Kandang" Hadapi AS
Hasil audit bersama yang disepakati kedua negara mencatat, total biaya pembangunan KCJB kini membengkak menjadi 7,27 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 108,14 triliun.
Baca juga: BUMN Kelabakan Bayar Utang Whoosh, Danantara Jadi Juru Selamat
BUMN rugi Rp 1,6 triliun
Dalam Laporan Keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) per 30 Juni 2025 (unaudited), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia atau PT PSBI sebagai entitas asosiasi KAI, mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 4,195 triliun sepanjang tahun 2024.
Kerugian masih berlanjut di tahun 2025. Per Juni 2025, PT PSBI kembali merugi dengan nilai cukup besar, yakni mencapai Rp 1,625 triliun.
Dampak dari kerugian besar yang diderita PT PSBI sebagai pemegang saham mayoritas di PT KCIC, maka perusahaan-perusahaan BUMN yang tergabung dalam konsorium harus ikut menanggung renteng kerugian dari operasional Whoosh.
Misalnya saja, masih merujuk pada laporan keuangannya, PT KAI sebagai pemimpin konsorsium dengan kepemilikan 58,53 saham PT PSBI, sepanjang semester pertama 2025, KAI harus ikut menanggung rugi hampir Rp 1 triliun, yakni sebesar Rp 951,48 miliar.
Sementara pada tahun 2024, KAI harus ikut menanggung rugi sebesar Rp 2,23 triliun. Hal ini membuat keuangan KAI sangat terbebani setelah ditugasi pemerintah menjadi pengendali saham di Whoosh.
Baca juga: Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?
Sebagai informasi, KAI dan tiga BUMNN lainnya membentuk perusahaan patungan PT PSBI sebagai pemegang saham mayoritas di konsorsium KCIC. Seluruh beban utang pembangunan proyek dan kerugian operasional Whoosh dibebankan kepada semua pemegang saham KCIC.
Konsorsium KCIC terdiri dari sembilan perusahaan. Dari pihak Indonesia, terdapat empat BUMN, yakni PT Wijaya Karya, PT Jasa Marga, PT Perkebunan Nusantara VIII, dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang bertindak sebagai pemimpin konsorsium.
Sementara dari pihak China, bergabung lima perusahaan, yaitu China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, serta China Railway Signal and Communication Corp.
Di Indonesia, keempat BUMN tersebut membentuk badan usaha bernama PT PSBI. Adapun pihak China membentuk konsorsium China Railway. Kedua pihak kemudian mendirikan konsorsium bersama dengan nama PT KCIC.
Dalam struktur kepemilikan, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia memegang 60 persen saham KCIC, sedangkan 40 persen sisanya dikuasai konsorsium China.
Baca juga: Ekonom: Proyek Kereta Cepat Masuk Kategori Jebakan Utang China
Danantara turun tangan
Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mengungkapkan rencana untuk melakukan restrukturisasi utang proyek kereta cepat.
CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani, menyatakan bahwa pihaknya saat ini masih dalam tahap evaluasi agar proses restrukturisasi dapat dilakukan secara menyeluruh.
"Kita sedang sedang evaluasi nih. Kita mau memastikan supaya ini bisa, kalau kita melakukan suatu corporate action itu tuntas gitu ya. Jadi bukan hanya sifatnya menunda masalah," ujarnya saat ditemui di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Baca juga: Terdakwa Korupsi LPEI Menyalahgunakan Kredit untuk Bayar Utang dan Deposito
Meski demikian, Rosan belum bersedia mengungkapkan detail langkah yang akan diambil.
"Jadi kita akan lakukan nanti pada saatnya kita akan umumkan langkah-langkah kita dalam langkah kita merestrukturisasi dari KCIC atau Whoosh ini," katanya.
Rencana restrukturisasi ini sebelumnya juga pernah disampaikan oleh Chief Operating Officer (COO) BPI Danantara, Dony Oskaria. Ia mengatakan, pihaknya akan mengusulkan beberapa alternatif penyelesaian kepada pemerintah.
"Memang kereta cepat ini sedang kita pikirkan, dan segera akan kita usulkan. Tapi kan solusinya masih ada beberapa alternatif yang akan kita tawar, kita sampaikan kepada pemerintah mengenai penyelesaian daripada kereta cepat ini," ujar Dony saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, pada 23 Juli 2025.
Menurut Dony, restrukturisasi ini penting dilakukan demi menjaga kinerja BUMN yang terlibat, khususnya PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai pemimpin konsorsium Indonesia.
Baca juga: Usai Hadiri Konvensi, Prabowo Kembali ke Jakarta Naik Kereta Cepat Whoosh
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!