Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Tambang

    Pahlawan Ekspor Baru Indonesia Bukan Lagi Tambang, Ini Buktinya | SINDOnews

    5 min read

     

    Pahlawan Ekspor Baru Indonesia Bukan Lagi Tambang, Ini Buktinya | Halaman Lengkap

    logo-apps-sindo

    Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

    Senin, 04 Agustus 2025 - 16:29 WIB

    Pahlawan Ekspor Baru...

    Kegiatan hulu migas di laut lepas bagian utara Jawa Barat. FOTO/dok.SindoNews

    JAKARTA 

    - Kinerja ekspor Indonesia pada semester I-2025 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 7,70 persen (year-on-year/yoy), melampaui target nasional yang dipatok sebesar 7,10 persen. Pencapaian ini menjadi penanda penting bahwa sektor nonmigas kini menjadi tulang punggung ekspor nasional, menggantikan dominasi sektor tambang.

    Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan bahwa kinerja ekspor yang solid ini menjadi sinyal kuat menuju target ekspor tahunan. "Kinerja ekspor nasional semester I-2025 telah menunjukkan pertumbuhan positif yang menjadi sinyal kuat bagi pencapaian target ekspor tahunan," ujar Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (4/8).

    Baca Juga: Menperin Lepas Ekspor 10.000 Ton Baja Lapis ke AS, Nilainya Capai Rp205,4 Milliar

    Surplus neraca perdagangan pun terus berlanjut. Pada Juni 2025, Indonesia mencatat surplus sebesar USD4,10 miliar atau setara Rp65,7 triliun. Ini memperpanjang tren surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

    Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD19,48 miliar pada semester pertama 2025. Angka ini naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD15,58 miliar. Surplus tersebut didorong oleh performa kuat sektor nonmigas.

    "Surplus ini berasal dari perdagangan nonmigas yang mencapai USD28,31 miliar, meskipun sektor migas masih mencatat defisit sebesar USD8,83 miliar," jelas Budi.

    Secara total, ekspor Indonesia pada semester I-2025 tercatat mencapai USD135,41 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor nonmigas berkontribusi dominan dengan nilai USD128,39 miliar, naik 8,96 persen dibanding tahun lalu. Sebaliknya, ekspor migas mengalami kontraksi 11,04 persen menjadi hanya USD7,03 miliar.

    Amerika Serikat menjadi negara mitra dagang dengan surplus tertinggi bagi Indonesia, yakni sebesar USD9,92 miliar. Disusul India dengan USD6,64 miliar, Filipina USD4,36 miliar, Malaysia USD3,07 miliar, dan Vietnam USD2,21 miliar.

    Di kawasan ASEAN, total surplus perdagangan Indonesia mencapai USD9,6 miliar, sementara dari Uni Eropa sebesar USD3,8 miliar. "Padahal surplus dengan Uni Eropa ini terjadi sebelum diberlakukannya EU CEPA. Artinya, ekspor kita sudah menguat bahkan sebelum adanya kemudahan tarif baru," kata Budi.

    Baca Juga: Dapat Perlakuan Khusus, Tarif CPO dan Nikel Masuk AS Kurang dari 19%

    Ia berharap surplus tersebut akan meningkat seiring implementasi perjanjian dagang. "Ke depan, kita harap surplus ini bisa naik lebih tinggi," tambahnya.

    Meski Indonesia masih mencatat defisit perdagangan dengan sejumlah negara, termasuk Tiongkok, Budi menegaskan bahwa negara tersebut tetap menjadi tujuan ekspor terbesar dengan nilai mencapai USD29,31 miliar. Amerika Serikat menyusul di posisi kedua dengan USD14,79 miliar, diikuti India, Jepang, dan Malaysia.

    "China tetap pasar utama ekspor Indonesia. Meski kita masih defisit secara perdagangan, hal ini menunjukkan posisi penting mereka sebagai mitra dagang," tutup Budi.

    (nng)

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    wa-channel

    Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

    Follow

    Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

     Klik Disini 

    untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

    Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya

    Infografis

    Bukan Indonesia, Trump...

    Bukan Indonesia, Trump Minta Pindahkan Warga Gaza ke Negara ini

    Komentar
    Additional JS