Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Berita Demo Featured Istimewa Solo Spesial

    Pengakuan Mahasiswa LPM UMS yang Viral Diintimidasi Polisi saat Demo di Solo: Minta Video Dihapus - Halaman all - Tribunsolo

    5 min read

     

    Pengakuan Mahasiswa LPM UMS yang Viral Diintimidasi Polisi saat Demo di Solo: Minta Video Dihapus - Halaman all - Tribunsolo


    Aksi Solidaritas Ojol

    Pengakuan Mahasiswa LPM UMS yang Viral Diintimidasi Polisi saat Demo di Solo: Minta Video Dihapus

    Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan, yaitu pers mahasiswa independen yang dimiliki dan dikelola oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

    zoom-inPengakuan Mahasiswa LPM UMS yang Viral Diintimidasi Polisi saat Demo di Solo: Minta Video Dihapus

    Tribun Solo / Istimewa

    DUGAAN INTIMIDASI DAN KEKERASAN. Dua mahasiswa anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pabelan menjadi korban intimidasi dan pemukulan oleh polisi saat meliput aksi demonstrasi di Solo, Jumat (29/8/2025). 

    Laporan Wartawan TribunSolo, Erlangga Bima

    TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Dua mahasiswa anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pabelan menjadi korban intimidasi dan pemukulan oleh polisi saat meliput aksi demonstrasi di Solo, Jumat (29/8/2025).

    Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan, yaitu pers mahasiswa independen yang dimiliki dan dikelola oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

    Baca juga: Biasanya Warga Tak Berani Masuk, Gedung DPRD Solo yang Dibakar Kini jadi Tontonan, Jualan Kopi Laris

    Mereka mendapatkan intimidasi saat mengabadikan aksi demonstrasi di depan Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1 Surakarta di Jalan Slamet Riyadi. Bahkan mereka mengaku sempat dipukul oleh sejumlah polisi berseragam.

    "Saya datang ke lokasi sekitar jam 19.10 bersama satu teman saya. Situasinya chaos, saya inisiatif untuk live," kata salah satu anggota LPM Pabelan yang enggan disebut identitasnya.

    Ia berbagi tugas dengan rekannya itu dengan jarak tak terlalu jauh. Belum lama memulai siaran langsung ia kemudian didatangi satu anggota polisi dan langsung mengintimidasinya.

    "Ngapain video, ngapain video. Hapus ndak, hapus ndak," katanya menirukan suara polisi malam itu.

    Saat itu ia langsung menjawab bahwa dirinya adalah pers yang sedang bertugas meliput aksi tersebut. Ia menggunakan identitas seperti id card dan pakaian identitas.

    Namun hal itu tak diindahkan oleh polisi yang terus berteriak memintanya untuk menghapus video yang sempat ia rekam di lokasi.

    Bahkan polisi yang mendekatinya semakin banyak dan juga melakukan intimidasi yang sama yakni memintanya untuk menghapus foto maupun video yang ada di ponselnya.

    "Ada dokumentasi dari orang lain yang memperlihatkan waktu saya ditarik. Ada upaya polisi melepas helm yang saya pakai," katanya.

    Baca juga: Gedung DPRD Solo Dibakar Massa, Dokumen Penting dan Komputer Hangus, Kerugian Ditaksir Ratusan Juta

    Ia mengaku juga mendapatkan pukulan di badan, tendangan menggunakan lutut ke perut dan bahkan ada polisi yang memukul menggunakan baton atau tongkat ke bagian kepala.

    "Lebih ke psikologis sama ada pegal-pegal karena sempat dipukul, ditendang pakai lutut sama kena pentung juga di kepala, tapi untungnya pakai helm," ujarnya.

    Sementara itu, rekannya yang berada di lokasi juga mengalami perlakuan yang sama. Temannya sempat dipiting oleh polisi saat melakukan liputan.

    "Jadi teman saya langsung disamber gitu, dicekik (dari belakang)," kata dia.

    Ia dan temannya baru lepas dari keroyokan polisi saat polisi mengejar massa yang lain. Saat fokus polisi teralihkan ia dan temannya bisa membebaskan diri.

    Ia menduga polisi yang melakukan pengeroyokan itu belum mengetahui bahwa kerja pers dilindungi oleh undang-undang sehingga melakukan hal tersebut.

    "Malah bilang pers ngopo pers ngopo, hapus videone," katanya.

    Saat ini ia mengaku merasakan pegal-pegal di badannya. Selain itu ia juga merasakan sedikit trauma dan tidak tenang.

    (*)

    Komentar
    Additional JS