Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Afrika Dunia Internasional Featured

    Peta Dunia Dinilai Tak Akurat, Ukuran Afrika Harusnya Jauh Lebih Besar - Kompas

    6 min read

     Dunia Internasional ,

    Peta Dunia Dinilai Tak Akurat, Ukuran Afrika Harusnya Jauh Lebih Besar




    ADDIS ABABA, KOMPAS.com – Uni Afrika menyatakan dukungan terhadap kampanye untuk menghapus penggunaan peta dunia Mercator yang berasal dari abad ke-16. Peta ini dinilai tidak akurat dalam menampilkan ukuran Afrika dan benua lain di wilayah ekuator.

    Proyeksi Mercator, yang dikembangkan oleh kartografer Gerardus Mercator untuk keperluan navigasi laut, memperbesar wilayah-wilayah di dekat kutub, seperti Eropa, Amerika Utara, dan Greenland.

    Sebaliknya, benua Afrika dan Amerika Selatan tampak jauh lebih kecil dari ukuran aslinya.

    Baca juga: Jenderal Afrika Selatan Dikritik Usai Janjikan Dukungan Militer ke Iran

    "Ini mungkin tampak seperti peta biasa, tetapi kenyataannya tidak," ujar Wakil Ketua Komisi Uni Afrika, Selma Malika Haddadi, dalam wawancara dengan Reuters, dikutip dari CNN, Jumat (15/8/2025).

    Bertemu Zelensky dan Pemimpin Eropa, Apa yang Dibahas Trump?

    Haddadi menegaskan bahwa peta Mercator menciptakan kesan seolah Afrika “marjinal”, padahal benua ini merupakan yang terbesar kedua di dunia berdasarkan luas wilayah dan memiliki lebih dari satu miliar penduduk.

    Adapun Uni Afrika saat ini memiliki 55 negara anggota.

    Baca juga: Pemerintah Inggris Minta Warga Rutin Hapus Email

    Menurutnya, representasi yang keliru ini berdampak luas terhadap cara dunia melihat Afrika, termasuk dalam media, pendidikan, dan kebijakan publik.

    Kritik terhadap peta Mercator bukanlah hal baru. Namun, kampanye bertajuk Correct The Map yang diinisiasi oleh organisasi Africa No Filter dan Speak Up Africa, kembali menggugah kesadaran global akan pentingnya representasi geografis yang adil dan akurat.

    Kampanye ini menyerukan penggunaan proyeksi Equal Earth yang dirilis pada 2018. Proyeksi ini dirancang untuk menunjukkan ukuran wilayah secara lebih proporsional, terutama di sekitar garis khatulistiwa.

    Baca juga: Tarif Trump untuk Afrika Justru Untungkan China, Posisi AS Tergeser?

    “Ukuran peta Afrika saat ini salah,” kata Moky Makura, Direktur Eksekutif Africa No Filter.

    “Ini adalah kampanye misinformasi dan disinformasi terpanjang di dunia, dan ini harus dihentikan,” ujarnya tegas.

    Senada dengan itu, Fara Ndiaye, salah satu pendiri Speak Up Africa, menilai proyeksi Mercator turut membentuk identitas dan harga diri generasi muda Afrika.

    Baca juga: Pertamina Bina UMKM DDistillers, Ubah Lahan Kritis Jadi Lapangan Kerja untuk Lebih dari 2.000 Warga Desa

    “Anak-anak melihat peta ini sejak usia dini di sekolah. Ini memengaruhi cara mereka melihat diri mereka dan benua mereka,” ujar Ndiaye.

    Ia menambahkan, kampanye Correct The Map tengah mendorong agar proyeksi Equal Earth diadopsi sebagai standar dalam kurikulum pendidikan di seluruh Afrika.

    “Harapannya, peta ini juga akan digunakan oleh lembaga-lembaga internasional, termasuk yang berkantor di Afrika,” ujarnya.

    Baca juga: Fore Coffee Dukung Industri Kopi Indonesia lewat Inovasi dan Ekspansi

    Ilustrasi peta dunia.

    Lihat Foto

    Dukungan Uni Afrika terhadap kampanye ini dinilai sejalan dengan upaya organisasi tersebut dalam “merebut kembali posisi layak Afrika di panggung global”, kata Haddadi.

    Ia menegaskan, Uni Afrika akan mendorong adopsi peta Equal Earth secara lebih luas dan akan membahas langkah-langkah kolektif bersama negara-negara anggotanya.

    Meski telah banyak menuai kritik, proyeksi Mercator masih lazim digunakan di berbagai institusi pendidikan dan perusahaan teknologi.

    Baca juga: Pentingnya Pengelolaan Pangan Berkelanjutan di Tengah Gejolak Global

    Google Maps, misalnya, beralih dari proyeksi Mercator ke tampilan bola dunia 3D untuk versi desktop pada 2018, tetapi proyeksi Mercator tetap menjadi pilihan default di aplikasi ponsel.

    Kampanye Correct The Map juga mendorong organisasi global seperti Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk sepenuhnya meninggalkan Mercator.

    Seorang juru bicara Bank Dunia menyatakan, lembaganya telah menggunakan proyeksi Winkel-Tripel dan Equal Earth untuk peta statis, dan secara bertahap mengganti Mercator dari peta daringnya.

    Baca juga: Zagy Berian, Sociopreneur Indonesia Jadi Penasihat Muda PBB untuk Perubahan Iklim

    Sementara itu, pihak kampanye mengaku telah mengajukan permintaan resmi kepada badan geospasial PBB, UN-GGIM.

    Juru bicara PBB menyampaikan bahwa dokumen tersebut akan ditinjau dan dibahas oleh komite ahli setelah diterima.

    Dukungan terhadap inisiatif ini juga datang dari kawasan lain. Wakil Ketua Komisi Reparasi Komunitas Karibia (CARICOM), Dorbrene O’Marde, menyebut penggantian peta Mercator sebagai penolakan terhadap “ideologi kekuasaan dan dominasi”.

    Baca juga: Diancam Trump Dideportasi ke Afrika Selatan, Elon Musk Bereaksi

    Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!
    Komentar
    Additional JS