Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Dmitry Medvedev Dunia Internasional Featured Rusia

    Profil Dmitry Medvedev, Pejabat Rusia yang Ancam Trump dengan Serangan Nuklir 'Dead Hand' | Sindonews

    4 min read

     Dunia Internasional, 

    Profil Dmitry Medvedev, Pejabat Rusia yang Ancam Trump dengan Serangan Nuklir 'Dead Hand' | Halaman Lengkap

    Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia yang ancam Presiden AS Donald Trump dengan serangan nuklir Dead Hand. Foto/Yekaterina Shtukina /TASS

    JAKARTA 

    - Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev terlibat perang kata-kata dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump seiring memanasnya perseteruan kedua negara. Anak buah Presiden Vladimir Putin itu memperingatkan pemimpin Amerika bahwa Moskow memiliki kemampuan

     "serangan nuklir kiamat" 

    sebagai pilihan terakhir.

    Peringatan bernada ancaman itu disampaikan setelah Trump meminta Medvedev untuk "berhati-hati dengan ucapannya".

    Trump, dalam sebuah unggahan di Truth Social miliknya pada Kamis dini hari, mengkritik tajam Medvedev—yang merupakan mantan presiden Rusia—setelah Medvedev mengatakan bahwa ancaman Trump untuk menjatuhkan hukuman tarif kepada Rusia dan para pembeli minyaknya adalah "permainan ultimatum" dan selangkah lebih dekat menuju perang antara Rusia dan Amerika Serikat.

    Baca Juga: Perang Kata-kata, Medvedev Peringatkan Trump Ngerinya Serangan Nuklir Kiamat Rusia

    "Beri tahu Medvedev, mantan Presiden Rusia yang gagal, yang merasa dirinya masih Presiden, untuk berhati-hati dengan ucapannya. Dia memasuki wilayah yang sangat berbahaya!," tulis Trump.

    Dalam postingannya, Trump mengatakan dia tidak peduli apa yang dilakukan India—salah satu pembeli minyak terbesar Rusia bersama China—terhadap Rusia.

    "Mereka bisa bersama-sama menghancurkan ekonomi mereka yang mati, terserah saya. Kita hanya berbisnis sedikit dengan India, tarif mereka terlalu tinggi, termasuk yang tertinggi di dunia. Demikian pula, Rusia dan AS hampir tidak berbisnis bersama. Mari kita pertahankan seperti itu," ujarnya.

    Medvedev mengatakan bahwa pernyataan Trump menunjukkan bahwa Rusia harus melanjutkan kebijakannya saat ini.

    "Jika beberapa kata dari mantan presiden Rusia memicu reaksi gugup seperti itu dari presiden Amerika Serikat yang berwibawa, maka Rusia melakukan segalanya dengan benar dan akan terus berjalan di jalurnya sendiri," kata Medvedev dalam sebuah unggahan di Telegram, yang dikutip Reuters, Jumat (1/8/2025).

    "Trump seharusnya ingat," katanya. "Betapa berbahayanya 'Dead Hand [Tangan Mati]' yang legendaris itu," lanjut dia, mengacu pada sistem komando semi-otomatis rahasia Rusia yang dirancang untuk meluncurkan rudal nuklir Moskow jika kepemimpinannya telah dilumpuhkan dalam serangan pemenggalan kepala oleh musuh.

    ♦Nama lengkap: Dmitry Anatolyevich Medvedev.

     

    ♦Lahir: 14 September 1965 di Leningrad, Uni Soviet (sekarang Rusia).

     

    ♦Pendidikan: Universitas Negeri Leningrad, jurusan hukum; sebelumnya aktif di partai CPSU dan kemudian Partai Rusia Bersatu.

    •Karier politik:

    ♦Presiden Rusia (2008–2012).

     

    ♦Perdana Menteri Rusia (2012–2020).

     

    ♦Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia sejak Januari 2020 hingga sekarang.

    Selama menjabat presiden, Medvedev meluncurkan program modernisasi ekonomi dan teknologi, berusaha mengurangi ketergantungan Rusia pada minyak dan gas. Dia juga menandatangani perjanjian New-START untuk pengurangan senjata nuklir dengan AS.

    Pembenci Barat yang Umbar Ancaman Nuklir

    Pada dekade 2010-an, Medvedev dianggap lebih moderat dan pro-Barat. Namun sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, posisi kebijakan dan retoriknya berubah 180 derajat menjadi semakin keras dan konfrontatif dengan Barat.

    Sekarang, Medvedev telah menjadi figur terdepan dalam “saber-rattling” nuklir Kremlin.

    Medvedev mengecam ultimatum Donald Trump kepada Kremlin terkait perang Ukraina, dan malah membalas dengan mengingatkan sistem nuklir rahasia Soviet: "Dead Hand"—sistem serangan nuklir semi-otomatis jika kepemimpinan Rusia lumpuh.

    Medvedev sebelumnya mengeklaim beberapa negara bisa "menyediakan hulu ledak nuklir ke Iran" setelah serangan AS terhadap situs nuklir Iran pada Juni lalu.

    Selain itu, pada Februari 2024, dia pernah menyatakan bahwa jika Rusia dipaksa kembali ke perbatasan 1991, dampaknya bisa memicu perang nuklir besar terhadap Washington, London, Berlin, dan Kyiv.

    Medvedev sering menggunakan retorika serangan nuklir sebagai alat "deterrence" dengan maksud agar Barat tidak memperluas dukungan militernya kepada Ukraina.

    (mas)

    Komentar
    Additional JS