Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured India

    Tarif 50% Trump ke India Resmi Berlaku, Hukuman atas Pembelian Minyak Rusia | SINDOnews

    5 min read

     

    Tarif 50% Trump ke India Resmi Berlaku, Hukuman atas Pembelian Minyak Rusia | Halaman Lengkap


    logo-apps-sindo

    Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

    Kamis, 28 Agustus 2025 - 08:49 WIB

    Tarif 50% Trump ke India...

    AS resmi memberlakukan tarif 50% untuk sebagian besar produk impor dari India mulai Rabu (27/8) tengah malam. FOTO/ASEAN Briefing

    JAKARTA 

    - Amerika Serikat (AS) resmi memberlakukan tarif 50% untuk sebagian besar produk impor dari India mulai Rabu (27/8) tengah malam. Kebijakan ini merupakan langkah Presiden Donald Trump untuk menghukum New Delhi atas pembelian minyak Rusia dengan harga diskon, yang menurut Gedung Putih secara tidak langsung membiayai perang Rusia di Ukraina.

    Tarif baru ini menggandakan bea masuk yang sebelumnya berlaku 25%. Langkah tersebut berpotensi mengguncang perekonomian India dan memperburuk rantai pasok global. Dengan kebijakan ini, eksportir India menghadapi tarif tertinggi yang pernah diberlakukan pemerintahan Trump terhadap negara mana pun.

    Baca Juga: Trump Kerek Tarif Impor 50%, Hubungan AS-India di Titik Terburuk

    India merupakan salah satu mitra dagang utama AS, dengan nilai ekspor mencapai USD87,3 miliar pada 2024. Sejumlah produk seperti obat-obatan, elektronik, bahan baku farmasi, dan bahan bakar olahan senilai sekitar USD27,6 miliar masih bebas tarif. Namun, sektor-sektor kunci seperti tekstil, perhiasan, dan produk laut kini menghadapi beban biaya yang memberatkan.

    Di India, reaksi terhadap kebijakan ini relatif keras. Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar menyebut tuntutan AS untuk menghentikan pembelian minyak Rusia sebagai "tidak masuk akal" dan menuding Barat bersikap hipokrit karena Eropa justru berdagang lebih banyak dengan Rusia. Pemerintah India menegaskan tidak akan mengubah kebijakan energinya demi tekanan luar.

    Perdana Menteri Narendra Modi mendorong warganya untuk memperkuat konsumsi produk lokal sebagai bentuk ketahanan ekonomi. "Tekanan mungkin meningkat, tetapi kita akan menanggungnya. Mari membeli produk buatan India," ujarnya dikutip dari The Telegraph, Kamis (28/8).

    Namun, dampak ekonomi mulai terasa. Federasi Organisasi Ekspor India (FIEO) melaporkan bahwa produsen tekstil dan perhiasan di Tirupur, Delhi, dan Surat menghentikan sebagian produksi karena kehilangan daya saing harga. "Barang-barang India menjadi tidak kompetitif dibandingkan produk dari China, Vietnam, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya," kata Presiden FIEO, S.C. Ralhan.

    Baca Juga: 8 Efek Mata Uang Baru BRICS terhadap Dollar AS jika Sudah Berlaku

    Pasar keuangan India juga tertekan. Indeks acuan BSE Sensex turun 1 persen, atau 849 poin, menjadi 80.876 pada perdagangan Selasa. Para analis memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi India bisa turun di bawah 6%, dari proyeksi 6,5%, jika tarif tinggi ini bertahan lama.

    Hubungan dagang dan diplomatik kedua negara pun kian renggang. Seorang pejabat perdagangan senior India yang enggan disebutkan namanya mengatakan, "Kerja keras yang telah dibangun bertahun-tahun kini terancam. Butuh waktu lama untuk memulihkannya, mungkin hingga masa jabatan Trump berakhir."

    Meski ketegangan meningkat, jalur komunikasi tetap terbuka. Jaishankar menegaskan pembicaraan perdagangan antara kedua negara masih berlangsung. "Kami dua negara besar, kami harus terus berdialog. Hubungan kami tidak terputus," ujarnya.

    India juga memperkuat poros kemitraannya dengan Rusia dan China. Jaishankar baru-baru ini mengunjungi Moskow untuk membicarakan kerja sama energi dan perdagangan, sementara Presiden Vladimir Putin dijadwalkan berkunjung ke New Delhi akhir tahun ini. Modi pun dipastikan menghadiri KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di China, sebagai upaya meredakan ketegangan bilateral yang sempat membeku sejak bentrokan perbatasan 2020.

    Pengamat menilai kebijakan tarif Trump berpotensi mengubah peta geopolitik Asia. "Langkah ini bisa menjadi salah satu kesalahan terbesar dalam hubungan bilateral AS-India," kata Michael Kugelman, analis senior Asia Selatan. "India mungkin akan semakin menjauh ke orbit Moskow dan Beijing, yang justru merugikan kepentingan strategis AS di kawasan."

    Sementara itu, Trump melalui platform Truth Social menyatakan tidak peduli dengan sikap India. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa ketegangan dagang antara kedua negara masih jauh dari kata reda. "Mereka bisa membawa ekonomi mereka yang mati bersama-sama, itu bukan urusan saya," tulisnya.

    (nng)

    wa-channel

    Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

    Follow

    Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

     Klik Disini 

    untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

    Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya

    Infografis

    Hindari Tarif Trump,...

    Hindari Tarif Trump, Apple Terbangkan 1,5 Juta iPhone dari India

    Komentar
    Additional JS