Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured

    2 Negara Tetangga Indonesia Ini Batal Bentuk Pakta Pertahanan - SindoNews

    3 min read

     Dunia Internasional, 

    2 Negara Tetangga Indonesia Ini Batal Bentuk Pakta Pertahanan

    Rabu, 17 September 2025 - 18:30 WIB

    Australia dan Papua Nugini batal bentuk pakta pertahanan. Foto/X/@Currentreport1
    A
    A
    A
    MELBOURNE - Australia gagal mencapai perjanjian pertahanan dengan Papua Nugini (PNG) yang mewajibkan militer kedua negara untuk saling membela jika terjadi serangan bersenjata. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri PNG James Marape menandatangani sebuah "komunike pertahanan" di ibu kota Port Moresby pada hari Rabu, alih-alih perjanjian pertahanan bersama yang telah diantisipasi.

    Kegagalan Albanese untuk menandatangani perjanjian pertahanan dengan PNG, negara kepulauan Pasifik terbesar, terjadi setelah upaya Perdana Menteri Australia pekan lalu yang gagal untuk mengamankan kemitraan keamanan dengan negara Pasifik lainnya, Vanuatu.

    Kedua perjanjian keamanan tersebut dipandang sebagai bagian dari upaya Australia untuk melawan China sebagai kekuatan yang sedang bangkit di kawasan Pasifik.

    "Menunggu sedikit lebih lama untuk menandatangani perjanjian dengan PNG sangat dapat dimengerti," kata Albanese, dilansir Al Jazeera, Dia menambahkan bahwa ia memperkirakan perjanjian tersebut akan ditandatangani dalam "beberapa minggu mendatang".

    "Rancangannya telah disepakati. Komunike hari ini, sebagaimana telah ditandatangani, menguraikan secara tepat isi perjanjian tersebut," kata Albanese, menurut Australian Broadcasting Corporation (ABC).

    Marape mengatakan kepada para wartawan bahwa "tidak ada titik kritis", yang mengindikasikan bahwa perjanjian pertahanan bersama tersebut dapat segera ditandatangani.

    Marape juga mengatakan bahwa China tidak terlibat dalam penundaan penandatanganan perjanjian dengan Australia.

    Baca Juga: 6 Negara yang Diserang Israel sebagai Upaya Mewujudkan Greater Israel

    Perdana Menteri Australia sebelumnya mengatakan bahwa penundaan tersebut disebabkan oleh kegagalan rapat kabinet PNG untuk mencapai kuorum anggota guna mengesahkan perjanjian tersebut.

    Pekan lalu, para pejabat di Vanuatu mengatakan bahwa mitra koalisi pemerintah memerlukan pengawasan lebih lanjut terhadap kemitraan keamanan dengan Australia, yang bernilai sekitar $500 juta dolar Australia (USD326,5 juta), karena ada kekhawatiran bahwa hal itu dapat membatasi akses negara tersebut terhadap pendanaan infrastruktur dari negara lain.

    China adalah kreditor eksternal terbesar Vanuatu dan telah memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan China untuk melaksanakan proyek infrastruktur besar di negara tersebut.

    Marape dari PNG menyampaikan nada yang lebih optimis pada hari Rabu, mengatakan kepada para wartawan bahwa bekerja sama dalam pertahanan merupakan kepentingan bersama negaranya dan Australia.

    "Saya telah membuat pilihan sadar bahwa Australia tetap menjadi mitra keamanan pilihan kami," kata Marape, menurut kantor berita Reuters.

    Penundaan Australia dalam menjalin hubungan pertahanan yang lebih erat dengan PNG dan Vanuatu di kawasan Pasifik terjadi ketika kesepakatan kapal selam AUKUS yang sangat digembar-gemborkan antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, masih berada di bawah bayang-bayang peninjauan terhadap kesepakatan awal tahun 2021 oleh Pentagon.

    Para pejabat pertahanan AS mengatakan mereka memerintahkan peninjauan tersebut untuk menilai kembali apakah kesepakatan tersebut sejalan dengan agenda "America First" Presiden Donald Trump.

    Meskipun telah ada peninjauan, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan pada bulan Juni bahwa ia yakin rencana AUKUS untuk menyediakan teknologi propulsi nuklir AS yang dijaga ketat kepada Australia, senilai ratusan miliar dolar, untuk membangun kapal selam nuklir generasi mendatang, akan dilanjutkan.

    Dalam percakapan yang menegangkan dengan seorang reporter Australia pada hari Selasa, Trump mengungkapkan bahwa Albanese akan segera mengunjunginya di Washington, DC.

    Ketika ditanya apakah pantas bagi seorang presiden untuk memiliki begitu banyak urusan bisnis, Trump mengatakan kepada reporter ABC bahwa ia "merusak" hubungan antara AS dan Australia.

    "Anda merugikan Australia. Menurut pendapat saya, Anda sangat merugikan Australia saat ini, dan mereka ingin bekerja sama dengan saya," kata Trump kepada reporter tersebut.

    "Anda tahu, pemimpin Anda akan segera datang menemui saya. Saya akan menceritakan tentang Anda kepadanya. Anda memberikan nada yang sangat buruk," kata Trump, sebelum dengan tegas meminta reporter tersebut untuk "diam".

    Albanese dijadwalkan menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York minggu depan.
    (ahm)
    Komentar
    Additional JS