4 Negara Arab yang Siap Bantu Qatar Balas Serangan Israel - Sindo news
5 min read
Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,
4 Negara Arab yang Siap Bantu Qatar Balas Serangan Israel
Jum'at, 12 September 2025 - 15:17 WIB
Bangunan di Doha rusak akibat serangan rudal Israel pada Selasa lalu. Empat negara Arab siap bantu Qatar membalas serangan Israel. Foto/Al Jazeera
A
A
A
JAKARTA - Qatar menyatakan akan membalas serangan udara Israel terhadap gedung-gedung di Doha pada Selasa lalu, yang diklaim menargetkan para pemimpin Hamas. Setidaknya, empat negara Arab lainnya menyatakan dukungan dan bantuan kepada Doha untuk misi pembalasannya.
Namun, pembalasan Qatar dan empat negara Arab tersebut belum tentu berupa respons militer. Respons yang paling mungkin adalah pembalasan ekonomi, yakni membekukan proyek investasi strategis yang melibatkan perusahaan atau sekutu-sekutu Israel.
Serangan udara Israel terjadi di distrik West Bay Lagoon, Doha, pada Selasa sore waktu setempat.
Baca Juga: Qatar Dinilai Dikhianati Trump usai Dibom Israel, Padahal Sudah Memberi Jet Mewah Rp6,5 Triliun
Target utama serangan adalah para pemimpin Hamas yang berkediaman di Doha, terutama mereka yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat. Di antara pemimpin Hamas yang diperkirakan hadir dalam pertemuan itu adalah Khalil al-Hayya dan Khaled Meshaal.
Menurut laporan media Israel, serangan itu melibatkan sekitar 15 jet tempur dengan menembakkan 10 bom rudal presisi.
Namun, pembalasan Qatar dan empat negara Arab tersebut belum tentu berupa respons militer. Respons yang paling mungkin adalah pembalasan ekonomi, yakni membekukan proyek investasi strategis yang melibatkan perusahaan atau sekutu-sekutu Israel.
Serangan udara Israel terjadi di distrik West Bay Lagoon, Doha, pada Selasa sore waktu setempat.
Baca Juga: Qatar Dinilai Dikhianati Trump usai Dibom Israel, Padahal Sudah Memberi Jet Mewah Rp6,5 Triliun
Target utama serangan adalah para pemimpin Hamas yang berkediaman di Doha, terutama mereka yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat. Di antara pemimpin Hamas yang diperkirakan hadir dalam pertemuan itu adalah Khalil al-Hayya dan Khaled Meshaal.
Menurut laporan media Israel, serangan itu melibatkan sekitar 15 jet tempur dengan menembakkan 10 bom rudal presisi.
Jumlah korban tewas sebanyak enam orang, termasuk lima anggota Hamas dengan pangkat lebih rendah dan seorang petugas keamanan Qatar.
Para pemimpin Arab telah ramai-ramai menyambangi Qatar untuk menyatakan solidaritas.
"Akan ada respons dari kawasan ini. Respons ini sedang dalam konsultasi dan diskusi dengan mitra lain di kawasan ini," ujar Perdana Menteri (PM) Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani kepada CNN.
"Seluruh kawasan Teluk berada dalam risiko," katanya lagi. "Kami mengharapkan sesuatu yang berarti yang dapat mencegah Israel melanjutkan intimidasi ini," imbuh dia, sembari menuduh PM Israel Benjamin Netanyahu telah membawa kawasan tersebut ke dalam kekacauan.
1. Arab Saudi
Arab Saudi, sebagai kekuatan terbesar di Teluk Arab, mengambil posisi terdepan dalam menyatakan solidaritas. Putra Mahkota Mohammed bin Salman menegaskan, "Riyadh akan berdiri bersama Negara Qatar dalam semua langkah yang diambil, tanpa batas.”
Menurut laporan Anadolu Agency, Arab Saudi bahkan menekankan penggunaan seluruh kapabilitasnya untuk melindungi Qatar, seraya menyerukan tindakan dunia Arab, dunia Islam, dan dunia internasional.
Secara geopolitik, dukungan Arab Saudi tidak hanya bermakna simbolik. Dengan kekuatan militer terbesar di Teluk dan posisi strategis sebagai "penjaga dua kota suci Islam”, komitmen Arab Saudi dapat menekan Israel sekaligus menarik simpati luas dari dunia Muslim.
Menurut laporan Anadolu Agency, Arab Saudi bahkan menekankan penggunaan seluruh kapabilitasnya untuk melindungi Qatar, seraya menyerukan tindakan dunia Arab, dunia Islam, dan dunia internasional.
Secara geopolitik, dukungan Arab Saudi tidak hanya bermakna simbolik. Dengan kekuatan militer terbesar di Teluk dan posisi strategis sebagai "penjaga dua kota suci Islam”, komitmen Arab Saudi dapat menekan Israel sekaligus menarik simpati luas dari dunia Muslim.
2. Uni Emirat Arab (UEA)
Uni Emirat Arab yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu negara penandatangan Abraham Accords (perjanjian normalisasi dengan Israel tahun 2020) kini mengambil sikap berbeda.
Pemerintah Abu Dhabi menyebut serangan Israel terhadap Doha sebagai “pengkhianatan” dan menegaskan bahwa keamanan negara-negara Teluk bersifat tak terpisahkan.
Laporan The National menyebutkan bahwa Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan sedang melakukan tur ke berbagai negara Teluk untuk menyelaraskan langkah kolektif melawan Israel.
Langkah UEA ini menandai pergeseran diplomatik penting. Dari negara yang sempat membuka hubungan resmi dengan Israel, kini UEA menunjukkan kesiapan untuk kembali mengutamakan solidaritas Teluk.
Sikap UEA ini juga dapat memicu "domino effect" bagi negara-negara Arab lain yang masih menjaga hubungan terbatas dengan Israel.
Pemerintah Abu Dhabi menyebut serangan Israel terhadap Doha sebagai “pengkhianatan” dan menegaskan bahwa keamanan negara-negara Teluk bersifat tak terpisahkan.
Laporan The National menyebutkan bahwa Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan sedang melakukan tur ke berbagai negara Teluk untuk menyelaraskan langkah kolektif melawan Israel.
Langkah UEA ini menandai pergeseran diplomatik penting. Dari negara yang sempat membuka hubungan resmi dengan Israel, kini UEA menunjukkan kesiapan untuk kembali mengutamakan solidaritas Teluk.
Sikap UEA ini juga dapat memicu "domino effect" bagi negara-negara Arab lain yang masih menjaga hubungan terbatas dengan Israel.
3. Kuwait
Kuwait, meski relatif kecil secara geografis, dikenal memiliki posisi politik yang tegas dalam isu Palestina dan konflik Timur Tengah.
Menurut laporan Qatar Tribune, Kuwait mengutuk keras serangan Israel dan menyatakan dukungan penuh atas semua langkah yang akan diambil Qatar untuk mempertahankan kedaulatan dan stabilitasnya.
Dukungan Kuwait konsisten dengan tradisi politik luar negerinya yang proaktif dalam mendukung isu-isu Arab, khususnya perjuangan Palestina. Bagi Kuwait, serangan ke Qatar bukan hanya soal solidaritas Teluk, tetapi juga simbol perlawanan terhadap pelanggaran hukum internasional oleh Israel.
Menurut laporan Qatar Tribune, Kuwait mengutuk keras serangan Israel dan menyatakan dukungan penuh atas semua langkah yang akan diambil Qatar untuk mempertahankan kedaulatan dan stabilitasnya.
Dukungan Kuwait konsisten dengan tradisi politik luar negerinya yang proaktif dalam mendukung isu-isu Arab, khususnya perjuangan Palestina. Bagi Kuwait, serangan ke Qatar bukan hanya soal solidaritas Teluk, tetapi juga simbol perlawanan terhadap pelanggaran hukum internasional oleh Israel.
4. Yordania
Meski bukan anggota GCC (Dewan Kerjasama Teluk), Yordania dengan cepat menyuarakan dukungan terhadap Qatar.
Al Jazeera melaporkan bahwa Amman menilai serangan Israel sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional, sekaligus ancaman bagi stabilitas kawasan. Pemerintah Yordania menegaskan dukungan penuh terhadap langkah-langkah Qatar dalam mempertahankan kedaulatannya.
Posisi Yordania sangat penting karena negara ini memiliki perbatasan langsung dengan Israel dan pengalaman panjang dalam konflik regional.
Dukungan Amman terhadap Qatar bukan hanya retorika politik, tetapi juga sinyal kepada Tel Aviv bahwa eskalasi militer tidak akan dibiarkan begitu saja oleh negara tetangganya.
Al Jazeera melaporkan bahwa Amman menilai serangan Israel sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional, sekaligus ancaman bagi stabilitas kawasan. Pemerintah Yordania menegaskan dukungan penuh terhadap langkah-langkah Qatar dalam mempertahankan kedaulatannya.
Posisi Yordania sangat penting karena negara ini memiliki perbatasan langsung dengan Israel dan pengalaman panjang dalam konflik regional.
Dukungan Amman terhadap Qatar bukan hanya retorika politik, tetapi juga sinyal kepada Tel Aviv bahwa eskalasi militer tidak akan dibiarkan begitu saja oleh negara tetangganya.
Tiga Skenario Balasan Negara-negara Arab atas Serangan Israel ke Qatar
Dari kondisi geopolitik kawasan, ada tiga kemungkinan besar arah respons kolektif negara-negara Arab—khususnya empat negara utama (Arab Saudi, UEA, Kuwait, dan Yordania)—dalam menghadapi Israel pasca-serangannya terhadap Doha.
1. Respons Diplomatik
Skenario ini paling mungkin terjadi. Negara-negara Teluk akan mendorong sidang darurat di PBB, OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), dan Liga Arab untuk mengisolasi Israel secara politik.
Arab Saudi bisa memanfaatkan statusnya sebagai pemimpin dunia Islam. Sedangkan Yordania memiliki posisi kuat karena berperan langsung dalam konflik Israel–Palestina.
Hasil yang diharapkan adalah resolusi internasional yang mengutuk Israel, meski veto dari Amerika Serikat berpotensi menjadi penghalang.
Arab Saudi bisa memanfaatkan statusnya sebagai pemimpin dunia Islam. Sedangkan Yordania memiliki posisi kuat karena berperan langsung dalam konflik Israel–Palestina.
Hasil yang diharapkan adalah resolusi internasional yang mengutuk Israel, meski veto dari Amerika Serikat berpotensi menjadi penghalang.
2. Respons Ekonomi
Negara-negara Teluk memiliki senjata utama berupa minyak dan gas, serta aset investasi global. Dalam skenario ini, mereka dapat menggunakan QatarEnergy dan pengaruh Arab Saudi–UEA di OPEC untuk menekan harga energi global.
Mereka juga bisa membekukan proyek investasi strategis yang melibatkan perusahaan atau sekutu-sekutu Israel.
Meskipun langkah ini tidak langsung menyerang Israel secara militer, dampaknya bisa signifikan bagi perekonomian dunia dan memberi tekanan diplomatik besar.
Mereka juga bisa membekukan proyek investasi strategis yang melibatkan perusahaan atau sekutu-sekutu Israel.
Meskipun langkah ini tidak langsung menyerang Israel secara militer, dampaknya bisa signifikan bagi perekonomian dunia dan memberi tekanan diplomatik besar.
3. Respons Militer Simbolik
Ini adalah skenario paling kecil kemungkinan terwujud, tetapi tidak mustahil jika eskalasi berlanjut. Bentuknya bisa berupa latihan militer gabungan di Teluk sebagai unjuk kekuatan dan peningkatan bantuan keamanan ke Qatar, misalnya pengerahan sistem pertahanan udara atau pasukan simbolis dari Arab Saudi atau UEA.
Bahkan, dalam situasi ekstrem, bisa saja muncul skenario serangan balasan terbatas, tetapi ini sangat berisiko karena dapat memicu perang regional dengan implikasi global.
Bahkan, dalam situasi ekstrem, bisa saja muncul skenario serangan balasan terbatas, tetapi ini sangat berisiko karena dapat memicu perang regional dengan implikasi global.
(mas)