6.000 Kasus Keracunan Makanan Akibat MBG, Begini Cara Deteksi Dini Menurut Dokter Anak
2 min read
Kesehatan,
6.000 Kasus Keracunan Makanan Akibat MBG, Begini Cara Deteksi Dini Menurut Dokter Anak
Kasus keracunan makanan pada anak-anak semakin meluas di berbagai wilayah Indonesia. Foto/Istimewa.
A
A
A
JAKARTA - Kasus keracunan makanan pada anak-anak semakin meluas di berbagai wilayah Indonesia. Kejadian yang diduga akibat program Makanan Bergizi Gratis ( MBG ) ini sudah mencatatkan hampir 6.000 kasus keracunan, hingga dinyatakan status KLB (Kejadian Luar Biasa).
Dokter Spesialis Anak, Dr. Yogi Prawira mengatakan untuk mencegah keracunan pada anak semakin serius, bisa dilihat pada tanda-tanda awal. Ini dapat mencegah kondisi anak yang keracunan memburuk.
"Keracunan pada anak itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, baik di luar negeri maupun di Indonesia. Tentu kita mendukung program dari pemerintah, tapi ketika ada KLB, maka kita perlu melakukan mitigasi," kata Dr. Yogi dalam konferensi pers secara daring, dikutip Jumat (26/9/2025).
Baca juga: LSI Denny JA Ingatkan Waspadai Tangan Jahil Rusak MBG: Darurat Yes, Setop Program No
Dr. Yogi mengatakan bahwa tanda-tanda keracunan makanan dapat dideteksi sejak dini. Ia juga mengungkapkan bahwa keracunan makanan dan alergi berbeda. Sebab, efek yang ditimbulkan pada tubuh juga berbeda.
"Alergi dan keracunan berbeda. Kalau keracunan setelah mengkonsumsi makanan. sedangkan alergi merupakan reaksi tubuh saat mengkonsumsi makanan tapi sifatnya individual. Kalau keracunan muncul beberapa jam hingga beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan. Kalau alergi biasanya beberapa menit atau jam setelah mengkonsumsi makanan," ujarnya.
Baca juga: Marak Kasus Keracunan MBG, DPR Sentil SPPG: Bahan Baku Asal, Cara Masak Abai Higienitas
Meski dapat terjadi beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan, gejala keracunan sudah dapat dilihat dari beberapa tanda yang muncul, seperti dibagikan Dr. Yogi:
1. Demam, nyeri kepala atau pusing, pandangan kabur
2. Mual, muntah, nyeri perut, BAB cair, BAB berdarah
3. Dehidrasi (mulut kering, kehausan terus-menerus, pusing, berkemih lebih sedikit, warna air kemih pekat, lemas)
4. Kelemahan anggota gerak.
"Pada saat kita melakukan pemantauan anak yang dicurigai keracunan, maka ini harus segera dibawa ke rumah sakit. Pada anak, risiko dehidrasi lebih besar ketimbang usia dewasa. Ada komplikasi dari dehidrasi bisa alami gangguan lainnya. Kita harus bisa lebih hati-hati dalam memantau," ujar Dr. Yogi.
Untuk menghindari keracunan makanan, Dr. Yogi menyarankan selalu menjaga kebersihan. Menurutnya, menerapkan cuci tangan seperti yang disosialisasikan saat pandemo Covid-19 harus tetap diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Secara prinsip, keracunan makanan bisa terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Penting bagi kita untuk mengajarkan kepada anak-anak untuk selalu menjaga kebersihan," tuturnya.
Dokter Spesialis Anak, Dr. Yogi Prawira mengatakan untuk mencegah keracunan pada anak semakin serius, bisa dilihat pada tanda-tanda awal. Ini dapat mencegah kondisi anak yang keracunan memburuk.
"Keracunan pada anak itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, baik di luar negeri maupun di Indonesia. Tentu kita mendukung program dari pemerintah, tapi ketika ada KLB, maka kita perlu melakukan mitigasi," kata Dr. Yogi dalam konferensi pers secara daring, dikutip Jumat (26/9/2025).
Baca juga: LSI Denny JA Ingatkan Waspadai Tangan Jahil Rusak MBG: Darurat Yes, Setop Program No
Dr. Yogi mengatakan bahwa tanda-tanda keracunan makanan dapat dideteksi sejak dini. Ia juga mengungkapkan bahwa keracunan makanan dan alergi berbeda. Sebab, efek yang ditimbulkan pada tubuh juga berbeda.
"Alergi dan keracunan berbeda. Kalau keracunan setelah mengkonsumsi makanan. sedangkan alergi merupakan reaksi tubuh saat mengkonsumsi makanan tapi sifatnya individual. Kalau keracunan muncul beberapa jam hingga beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan. Kalau alergi biasanya beberapa menit atau jam setelah mengkonsumsi makanan," ujarnya.
Baca juga: Marak Kasus Keracunan MBG, DPR Sentil SPPG: Bahan Baku Asal, Cara Masak Abai Higienitas
Meski dapat terjadi beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan, gejala keracunan sudah dapat dilihat dari beberapa tanda yang muncul, seperti dibagikan Dr. Yogi:
1. Demam, nyeri kepala atau pusing, pandangan kabur
2. Mual, muntah, nyeri perut, BAB cair, BAB berdarah
3. Dehidrasi (mulut kering, kehausan terus-menerus, pusing, berkemih lebih sedikit, warna air kemih pekat, lemas)
4. Kelemahan anggota gerak.
"Pada saat kita melakukan pemantauan anak yang dicurigai keracunan, maka ini harus segera dibawa ke rumah sakit. Pada anak, risiko dehidrasi lebih besar ketimbang usia dewasa. Ada komplikasi dari dehidrasi bisa alami gangguan lainnya. Kita harus bisa lebih hati-hati dalam memantau," ujar Dr. Yogi.
Untuk menghindari keracunan makanan, Dr. Yogi menyarankan selalu menjaga kebersihan. Menurutnya, menerapkan cuci tangan seperti yang disosialisasikan saat pandemo Covid-19 harus tetap diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Secara prinsip, keracunan makanan bisa terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Penting bagi kita untuk mengajarkan kepada anak-anak untuk selalu menjaga kebersihan," tuturnya.
(nnz)