Dari Kuli Bangunan Jadi Pengusaha Kostum Robot, Eko Purnomo Sukses Tembus Pasar Internasional - Singgalang Riau
Dari Kuli Bangunan Jadi Pengusaha Kostum Robot, Eko Purnomo Sukses Tembus Pasar Internasional - Singgalang Riau
SINGGALANG - Tak pernah terbayang bagi Eko Purnomo, seorang mantan kuli bangunan asal Desa Jarakan, Gondang, Tulungagung, bahwa kehidupannya akan berubah total berkat kreativitas dan kerja keras.
Seperti dikutip dari video unggahan kanal Youtube Pecah Telur yang berjudul 'Kuli Bangunan Sukses Raup Untung Jualan Kostum! Sempat Dihujat Se-Indonesia' dikutip pada Jumat, 19 September 2025.
Bermula dari coba-coba membuat kostum robot di sela-sela kerja bangunan, kini Eko menjelma menjadi pengusaha kreatif Tulungagung yang karyanya menembus pasar mancanegara.
Namanya sempat viral karena disalahpahami netizen. Foto kostum Iron Man buatannya dikira hasil penjarahan rumah pejabat, hingga dirinya dihujat habis-habisan.
Namun dari hujatan itu, pintu rezeki justru terbuka lebar. Orderan deras mengalir dari berbagai daerah, bahkan sampai luar negeri.
Kini, Eko tak lagi mengandalkan tenaga di proyek bangunan. Dari rumah sederhananya, ia mampu memproduksi kostum Iron Man dan patung robot Transformers dengan detail menawan. Karyanya dipakai untuk pameran, koleksi pribadi, hingga event internasional.
“Kalau dulu sehari kerja kuli hanya dapat Rp70 ribu, sekarang satu kostum saja bisa jutaan rupiah,” ujarnya penuh rasa syukur.

Dengan modal nekat, ia membeli bahan EVA foam—busa sintetis yang biasa digunakan untuk sandal jepit.
Sepulang kerja bangunan, ia belajar membuat pola kostum secara otodidak dari gambar di internet.
“Malamnya saya kerjakan, siangnya kerja bangunan. Capek memang, tapi semangatnya lebih besar,” kata Eko.
Untuk promosi, ia tak segan berkeliling kampung dengan motor butut, membawa papan bertuliskan “Menerima Pembuatan Kostum”.
Ia juga ngamen bersama istri di alun-alun Tulungagung, mengenakan kostum buatannya agar orang melihat langsung karyanya.
Awalnya, pesanan hanya datang dari orang-orang sekitar. Namun, setelah Eko aktif mengunggah proses pembuatan kostum di Facebook.
Di mana pelan-pelan jangkauan konsumennya melebar ke berbagai kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat. Dari situlah, usaha kostum robot mulai menemukan jalannya.
Tantangan dalam Mengembangkan Usaha
Meski akhirnya sukses, perjalanan Eko penuh tantangan. Salah satu momen paling berat adalah ketika fotonya viral karena disalahpahami.
Postingan kostum Iron Man yang ia buat menjelang dikirim justru dipelintir seolah-olah hasil jarahan dari kerusuhan.

“Bayangkan, saya dihujat satu Indonesia bahkan sampai Malaysia. Dibilang penjarah, dibilang miskin karena bawa barang curian. Padahal itu buatan tangan saya sendiri,” ungkap Eko.
Hujatan itu membuat mentalnya sempat jatuh. Ia merasa kerja kerasnya tidak dihargai. Namun, tak lama kemudian justru terjadi hal mengejutkan.
“Setelah dihujat, orderan malah masuk sampai belasan hanya dalam seminggu. Dari situlah saya sadar, kadang cobaan bisa jadi pintu rezeki,” katanya.
Selain tantangan dari netizen, Eko juga menghadapi kendala teknis. Membuat kostum robot tidak semudah yang dibayangkan. Proporsi tubuh harus presisi agar mirip dengan versi film.
“Kalau kepalanya kebesaran atau kakinya kepanjangan, hasilnya jadi aneh. Detail itu yang paling sulit,” jelasnya.
“Waktu pandemi, saya benar-benar tidak ada pemasukan dari kostum. Tapi saya tetap bikin, tetap belajar, karena yakin suatu saat orderan kembali,” ujar Eko optimistis.
Strategi Bangkit Mengembangkan Usaha
Kunci bangkitnya usaha Eko adalah kreativitas dalam promosi. Ia aktif di media sosial, khususnya Facebook, dengan cara membagikan proses pembuatan kostum.
“Saya posting dari awal potong pola sampai jadi. Orang jadi percaya ini benar-benar buatan tangan, bukan barang pabrikan,” kata Eko.
Selain promosi digital, ia juga mempertahankan cara-cara unik. Ia kerap memajang kostum di depan rumah agar menarik perhatian warga sekitar.

Tak jarang, ia mendapat order hanya dari orang yang lewat lalu tertarik dengan karya tersebut.
“Kadang ada yang cuma lihat-lihat, eh besoknya pesan. Jadi apa pun cara promosinya, saya jalani,” ujarnya.
Strategi lainnya adalah kerja sama dengan istri. Ia menyebut sang istri sebagai partner penting dalam produksi.
“Istri biasanya bantu bikin pola. Setelah pola jadi, dia tinggal menggandakan. Saya yang bagian finishing, mengecat, dan detail. Jadi kami benar-benar tim,” jelas Eko.
Dalam produksi, ia menjaga kualitas. Satu kostum Iron Man bisa selesai dalam dua minggu, sementara untuk Transformers yang lebih besar dan rumit bisa tiga minggu atau lebih.
Kesuksesan yang Diraih Hingga Sekarang
Kini, Eko bisa tersenyum bangga. Pesanan kostum dan patung robot buatannya tidak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga dari Malaysia hingga Eropa.
Harga per kostum mencapai Rp6 juta, sementara patung robot dengan detail rangka bisa lebih dari Rp7 juta.
“Kalau Transformer yang besar, bisa puluhan juta rupiah,” ungkapnya.
Kesuksesan ini membuat Eko mampu menghidupi keluarganya lebih layak. Dari hasil kerja kerasnya, ia bisa menyekolahkan anak-anaknya dan perlahan memperbaiki kondisi ekonomi.

“Dulu hasil kuli bangunan kadang buat makan saja tidak cukup. Sekarang alhamdulillah bisa untuk kebutuhan anak-anak, bahkan nabung sedikit,” ucapnya haru.
Karyanya kini tidak hanya dipakai untuk pameran dan acara hiburan, tetapi juga menjadi koleksi pribadi. Banyak penggemar film superhero yang rela antre untuk memesan karya Eko.
“Ada yang pesan khusus Iron Man cewek sebelum ada filmnya, ada juga yang pesan karakter tertentu untuk dipajang di rumah,” cerita Eko.
Kesuksesan Eko juga membuatnya dikenal luas. Banyak media meliput kisahnya, bahkan mahasiswa dan pelajar sering datang untuk belajar membuat kostum.
“Saya selalu bilang ke mereka, harus sabar, telaten, dan jangan cepat menyerah. Kalau setengah-setengah, hasilnya tidak maksimal,” katanya memberi pesan.
Rencana Masa Depan Usaha
Meski sudah meraih kesuksesan, Eko tak ingin berhenti di sini. Ia punya mimpi untuk membangun workshop khusus yang bisa menampung tenaga kerja lokal.
Ia juga ingin membuat semacam kursus atau pelatihan untuk berbagi ilmu. Menurut Eko, banyak anak muda yang berbakat, hanya butuh arahan agar bisa menghasilkan karya.
“Saya sering kedatangan orang yang pengin belajar. Ada yang minta polanya saja, ada yang pengin finishing sendiri. Kalau ada tempat khusus, saya bisa lebih maksimal berbagi ilmu,” tambahnya.
Selain itu, ia juga berencana memperluas pasar dengan mengikuti pameran berskala nasional maupun internasional.

“Kalau bisa ikut pameran, lebih banyak orang tahu karya kita. Harapan saya, dari Tulungagung ini bisa dikenal dunia,” ujarnya penuh semangat.
Bagi Eko, usaha ini bukan sekadar bisnis, tetapi juga jalan hidup.