Data Ekonomi Terbaru dari BPS: Neraca Dagang Surplus 63 Bulan, Nilai Tukar Petani Naik | SINDONEWS
Data Ekonomi Terbaru dari BPS: Neraca Dagang Surplus 63 Bulan, Nilai Tukar Petani Naik | Halaman Lengkap
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan beberapa data ekonomi terbaru di tengah panasnya kondisi domestik yang diwarnai aksi demo hingga berujung ricuh. Foto/Dok
-
Badan Pusat Statistik (BPS)melaporkan beberapa
data ekonomiterbaru di tengah panasnya kondisi domestik yang diwarnai
aksi demohingga berujung ricuh. Demonstrasi menuntut pembubaran DPR karena dinilai gagal menjalankan fungsi legislatif, berujung kemarahan dan membesar ketika polisi yang menangani para pendemo hingga menewaskan seorang pengemudi ojek online.
Kini di awal pekan setelah kondisi yang memanas, BPS mengumumkan Neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus USD23,65 miliar sepanjang periode Januari hingga Juli 2025, atau naik USD7,40 miliar dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.
”Dengan demikian, Indonesia telah mencatatkan surplus selama 63 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari-Juli 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD34,06 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit USD10,41 miliar," ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Jakarta, Senin (1/9/2025).
Baca Juga: BPS Minta Tambahan Anggaran Jumbo Rp1,65 Triliun, Buat Apa?
Menurutnya, nilai ekspor Januari-Juli 2025 naik 8,03% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar USD128,13 miliar, atau naik 17,40 persen.
Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah China, Amerika Serikat, dan India. Kontribusi ketiga negara ini sekitar 41,53% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-Juli 2025. China tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas nonmigas Indonesia dengan nilai mencapai USD34,46 miliar (22,64%), disusul Amerika Serikat sebesar USD17,89 miliar (11,75%) dan India sebesar USD10,87 miliar (7,14%).
Ekspor ke China didominasi oleh besi dan baja, bahan bakar mineral, serta produk nikel. Sementara ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian dan aksesorisnya (rajutan), serta alas kaki.
Nilai impor Indonesia pada Januari-Juli 2025 mencapai USD136,51 miliar atau meningkat 3,41% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyumbang utama masih berasal dari sektor nonmigas, dengan nilai impor USD118,13 miliar, naik 6,97%. Sedangkan impor sektor migas mengalami penurunan sebesar 14,79% menjadi USD18,38 miliar.
Dilihat dari sisi penggunaan, peningkatan impor terjadi pada bahan baku atau penolong, serta barang modal. Nilai impor barang modal, sebagai andil utama peningkatan impor, mencapai USD27,38 miliar atau naik 20,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang periode Januari-Juli 2025, Chinamenjadi negara utama asal impor nonmigas Indonesia dengan nilai USD47,67 miliar (40,35%), diikuti Jepang sebesar USD8,77 miliar (7,43%), dan Amerika Serikat sebesar USD5,75 miliar (4,87%). Impor dari China didominasi oleh mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.
Surplus perdagangan nonmigas sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini sebagian besar ditopang oleh lima komoditas utama, yaitu lemak dan minyak hewani/nabati (USD19,24 miliar), bahan bakar mineral (USD15,41 miliar), besi dan baja (USD10,70 miliar), produk nikel (USD4,77 miliar), serta alas kaki (USD3,77 miliar).
Deflasi Agustus 2025
BPS mencatat pada bulan Agustus 2025 terjadi deflasi sebesar 0,08% (m-to-m). Secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 2,31%, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 1,60%.
Pudji menambahkan, bila merunut data historis, terjadi deflasi setiap bulan Agustus dalam empat tahun terakhir. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,29%, dengan andil deflasi sebesar 0,08%. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi sebesar 0,18%, dengan andil inflasi sebesar 0,01%.
”Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi sebesar 0,10 persen, dengan andil inflasi 0,01 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki mengalami deflasi 0,10 persen, dan memiliki andil deflasi 0,01 persen,” tuturnya.
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tomat (0,10%), cabai rawit (0,07%), tarif angkutan udara (0,03%), dan bensin (0,02%). Selain itu, terdapat pula komoditas yang masih memberikan andil inflasi yaitu bawang merah (0,05%), dan beras (0,03%).
Andil inflasi beras disebabkan oleh terjadinya inflasi beras sebesar 0,73% (m-to-m), lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan Juli 2025 yang mencapai 1,35%.
Berdasarkan komponen, deflasi bulan Agustus 2025 utamanya didorong oleh deflasi komponen harga bergejolak dengan andil deflasi sebesar 0,10%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tomat, cabai rawit, dan bawang putih. Selanjutnya, komponen harga diatur pemerintah juga mengalami deflasi, dengan andil deflasi sebesar 0,02%.
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada kelompok ini adalah tarif angkutan udara dan bensin. Sedangkan komponen inti mengalami inflasi, dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah biaya kuliah Akademi/PT, emas perhiasan dan biaya SD.
Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 27 provinsi mengalami deflasi, dan 11 provinsi mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara, yaitu sebesar 1,90%. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 1,37 persen.
Secara tahunan (y-on-y), pada Agustus 2025 terjadi inflasi sebesar 2,31 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 108,51 pada Agustus 2025. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 3,99% dan memberikan andil inflasi sebesar 1,14 persen.
Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah bawang merah, beras, ikan segar, minyak goreng, tomat, kopi bubuk, dan sigaret kretek mesin (SKM).
Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi tahunan cukup dominan adalah emas perhiasan, tarif air minum PAM, bahan bakar rumah tangga, dan nasi dengan lauk.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara tahunan pada Agustus 2025 adalah kelompok transportasi yang mengalami deflasi sebesar 0,29 persen dengan andil deflasi sebesar 0,04 persen. Serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,33% dengan andil deflasi 0,02%. Deflasi kedua kelompok pengeluaran tersebut didorong oleh deflasi bensin, tarif angkutan udara, tarif kereta api dan telepon seluler.
Menurut wilayah, secara tahunan hampir seluruh provinsi mengalami inflasi. Deflasi terjadi hanya di Papua Barat. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 4,42%, dan inflasi terendah terjadi di Maluku Utara, yaitu sebesar 0,43%. Sedangkan Papua Barat mengalami deflasi sebesar 0,87%.
Nilai Tukar Petani Naik
Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Agustus 2025 mencapai 123,57, atau naik 0,76% dibanding Juli 2025. Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,84%, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,08%.
Selain itu, BPS juga mencatat masih terjadinya kenaikan rata-rata harga beras (inflasi) baik di tingkat penggilingan, grosir maupun eceran, masing-masing 1,87%, 0,64 persen dan 0,73% (m-to-m). Meskipun masih terjadi inflasi di ketiga rantai pasok tersebut, namun tingkat inflasinya sudah lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada bulan Juli 2025.
Produksi Beras dan Jagung
Realisasi luas panen padi pada bulan Juli 2025 mencapai 0,94 juta hektare. Angka ini naik 33,20 persen dibanding Juli 2024 (0,70 juta hektare). Kenaikan luas panen ini diikuti oleh peningkatan produksi padi. Diperkirakan produksi padi pada Juli 2025 mencapai 4,81 juta ton GKG, atau naik 35,11 persen dibandingkan Juli tahun lalu.
Potensi luas panen padi 3 bulan setelahnya (Agustus–Oktober 2025) diperkirakan mencapai 3,02 juta hektare atau mengalami kenaikan seluas 0,15 juta hektare, atau sekitar 5,10 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selanjutnya diperkirakan potensi produksi padi Agustus-Oktober 2025 mencapai 15,80 juta ton GKG, atau naik 4,16% dibandingkan tahun lalu. Serta produksi beras Agustus-Oktober 2025 diperkirakan sebesar 9,11 juta ton beras, atau naik sebesar 4,17%.
Realisasi luas panen jagung pada bulan Juli 2025 mencapai 0,25 juta hektare, naik sekitar 5,81% (0,01 juta hektare) dibandingkan Juli 2024, sehingga diperkirakan produksi jagung pada Juli 2025 mencapai 1,46 juta ton jagung pipilan kering kadar air 14 persen (JPK KA 14 persen) atau naik sebesar 7,46% (0,10 juta ton) dibandingkan Juli 2024.
Potensi luas panen jagung Agustus–Oktober 2025 diperkirakan mencapai 0,60 juta hektare atau mengalami penurunan seluas 0,14 juta hektare (19,34 persen) dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Sementara itu, potensi produksi jagung pipilan kering kadar air 14% (JPK KA 14 persen) Agustus-Oktober 2025 diperkirakan sebesar 3,62 juta ton, atau turun sebesar 20,87% dibandingkan Agustus-Oktober 2024.
Kunjungan Wisman dan Wisatawan Nusantara Meningkat
Angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Juli 2025 tercatat mencapai 1,48 juta kunjungan atau naik 13,01% dibandingkan Juli 2024 yang sebanyak 1,31 juta kunjungan. Secara kumulatif sepanjang Januari hingga Juli 2025, total kunjungan wisman mencapai 8,53 juta kunjungan, atau meningkat 10,04% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Secara rinci, kunjungan wisman pada Juli 2025 paling banyak dilakukan oleh wisatawan berkebangsaan Malaysia (14,32%), Australia (11,69%), dan China (9,76%).
Indikator pariwisata selanjutnya yang dirilis oleh BPS adalah jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus), yang pada Juli 2025 tercatat mencapai 100,20 juta perjalanan, atau naik 29,72% dari Juli 2024. Secara kumulatif, sepanjang Januari sampai Juli 2025, jumlah perjalanan wisnus mencapai 713,98 juta perjalanan, atau meningkat 19,25% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Penumpang Moda Transportasi Naik
Pada Juli 2025 jumlah penumpang angkutan udara internasional mencapai 1,8 juta orang, atau naik 14,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan keberangkatan penumpang juga terjadi pada moda kereta dan angkutan laut domestik.
Jumlah penumpang kereta yang berangkat tercatat 50,1 juta orang, naik 9,78 persen dibandingkan Juli 2024. Sedangkan penumpang angkutan laut domestik mencapai 2,9 juta orang, atau naik 11,55 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, penumpang angkutan udara domestik tercatat sebesar 5,5 juta orang atau turun 9,41% dibandingkan Juli 2024. Dan penumpang ASDP mencapai 4,4 juta orang, atau turun 3,42%.
BPS juga mencatat, pada Juli 2025 jumlah barang yang diangkut menggunakan moda angkutan laut domestik mencapai 42,8 juta ton, atau naik 14,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Pulau Jawa Masih Menjadi Motor Utama Perekonomian Indonesia
Sementara itu, jumlah barang yang diangkut kereta tercatat sebesar 6,2 juta ton atau turun 3,43%. Sedangkan jumlah barang yang diangkut angkutan udara domestik tercatat sebesar 54,6 ribu ton atau turun 0,18% dibandingkan Juli 2024.
(akr)