Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Spesial

    Gerakan Pilah Sampah di Bantul Jadi Solusi, Bisa Kurangi 6 Ton Sampah per Hari - NU Online

    3 min read

     

    Gerakan Pilah Sampah di Bantul Jadi Solusi, Bisa Kurangi 6 Ton Sampah per Hari

    NU Online  ·  Kamis, 11 September 2025 | 21:00 WIB


    Ilustrasi pemilahan sampah. (Foto: freepik)

    Rikhul Jannah

    Jakarta, NU Online

    Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Hilmy Muhammad mengapresiasi gerakan pilah sampah yang dilaksanakan di Bantul. Menurutnya, gerakan tersebut menjadi pelopor memilah sampah dari rumah dan mengolah sampah organik melalui sistem biopori.


    Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mencatat, Kabupaten Bantul menghasilkan sekitar 95 ton sampah per hari, dengan 75 persen berasal dari rumah tangga, dan sekitar 50 persen merupakan sampah organik.


    Jika setiap keluarga mampu mengurangi dan mengolah minimal satu kilogram sampah organik per hari melalui pemilahan dan biopori, maka potensi pengurangan sampah bisa mencapai enam ton per hari. Jumlah itu setara dengan hampir tujuh persen dari total timbunan sampah harian Bantul.

    Baca Juga

    Ini Hukum Tidak Mengelola dan Membuang Sampah Sembarangan


    “Angka ini (sampah di Bantul) relatif signifikan. Masalah sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa dikurangi sejak dari hulu,” ujar Gus Hilmy, sapaan akrabnya, melalui keterangan yang diterima NU Online pada Kamis (11/9/2025).


    Gus Hilmy menekankan bahwa pengelolaan sampah tanpa pemilahan terbukti gagal di banyak tempat, karena keterbatasan tenaga dan sarana petugas kebersihan.


    "Oleh sebab itu, menjadikan kalurahan, ketua RW, ketua RT sebagai pelopor memilah sampah di rumah tangga adalah langkah visioner. Dalam peribahasa Arab disebutkan, an-nas ala dini mulukihim. Artinya, rakyat itu mengikut apa yang menjadi kebiasaan pemimpinnya." kata Gus Hilmy.


    Ia menegaskan bahwa gerakan di hulu harus disambut dengan serius hingga ke hilir, agar dapat berjalan secara efektif.


    “Jangan sampai di awal bagus, tapi finishing-nya tidak tuntas,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta itu.

    Baca Juga

    Menyulap Sampah Organik Jadi Kompos


    Ia menambahkan, pengolahan sampah pada sisi hilir dapat menghasilkan bahan atau barang yang memiliki nilai ekonomis, seperti kerajinan tangan berupa tas, gantungan kunci, dan hiasan dinding.


    Mindset pengelolaan sampah di hilir haruslah memberi nilai tambah. Misalnya melalui pengolahan menjadi kompos, energi alternatif, atau produk daur ulang yang bernilai ekonomi,” jelasnya.


    Senator asal Yogyakarta itu berharap gerakan pilah sampah di Bantul dapat ditiru oleh kabupaten/kota lainnya.


    “Jika pola ini diterapkan luas, minimal separuh persoalan sampah bisa teratasi dari hulu. Kampanye moral seperti ‘Sampahmu, Tanggung Jawabmu’ akan membentuk budaya bersih, disiplin, hidup sehat, dan bertanggung jawab,” pungkasnya.

    Komentar
    Additional JS