Greta Thunberg: Dalam 48 Jam Israel akan Lakukan Serangan Mematikan ke Sumud Flotilla | Republika Online
Greta Thunberg: Dalam 48 Jam Israel akan Lakukan Serangan Mematikan ke Sumud Flotilla | Republika Online
Greta Thunberg: Dalam 48 Jam Israel akan Lakukan Serangan Mematikan ke Sumud Flotilla
Relawan telah diingatkan oleh pemerintah negaranya akan kemungkinan serangan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemimpin konvoi kemanusiaan Global Sumud Flotilla, Greta Thunberg, mengaku telah mendapatkan informasi intelijen jika Israel akan menyerang armada kemanusiaan tersebut dalam waktu 48 jam. Pesan itu diunggah aktivis iklim asal Swedia tersebut melalui akun Instagram centang biru miliknya beberapa waktu lalu.
"Mengikuti serangan sebelumnya kepada misi kemanusiaan kami ke Gaza, kami telah mendapatkan informasi intelijen yang kredibel jika Israel akan melakukan peningkatan serangan kepada flotilla dalam waktu 48 jam,"ujar Greta seperti dikutip Republika pada Jumat (26/9/2025).
Menurut Greta, beberapa relawan yang berada di konvoi kemanusiaan untuk menembus blokade Gaza tersebut telah dihubungi oleh pemerintah mereka masing-masing. Mereka diperingati akan datangnya serangan Israel yang lebih besar. "Mereka mengingatkan akan serangan Israel yang akan lebih besar dan berpotensi lebih mematikan dari semua yang telah kita saksikan sebelumnya,"ujar dia.
Greta mengatakan, semakin dekat mereka mendekati Gaza, maka semakin besar risiko yang mereka hadapi. Meski demikian, ujar dia, perang psikologis dan kampanye hitam tak akan menghentikan misi kemanusiaan tersebut.
Greta menegaskan, mereka akan terus berjalan karena tujuannya untuk menembus blokade Gaza, bukan tentang Flotilla. "Misi ini berkaitan dengan Gaza, tempat lebih dari dua juta orang terjebak dan kelaparan secara sistematis di bawah pengepungan ilegal,"kata dia.
"Kami menyerukan kepada pemerintah di mana pun untuk memenuhi kewajiban hukum mereka dan mengakhiri keterlibatan mereka dalam genosida, serta memastikan perjalanan yang aman bagi armada yang terdiri dari lebih dari 500 peserta dari 45 negara,"tegas Greta.
Halaman 2 / 3
Sembilan armada Global Sumud Flotilla yang mengarungi Laut Mediterania untuk menembus blokade Gaza, dalam status keadaan berbahaya.
Status emergency itu setelah penyerangan 15 drone yang menyasar kapal-kapal kemanusian itu saat memasuki perairan internasional di dekat Yunani, pada Rabu (24/9/2025) dini hari. Meski demikian, seluruh partisipan 45 negara yang ambil bagian dalam pelayaran akbar tersebut dalam kondisi selamat, dan tetap bertekad melanjutkan pelayaran ke Gaza.
Mengacu situs pemantauan pelayaran Global Sumud Flotilla, Rabu (24/9/2025) Flotilla Tracker mendeteksi ada 52 kapal kemanusian yang saat ini berlayar di Laut Mediterania menuju Gaza.
Dari laman tersebut tercatat 37 kapal di antaranya yang berada di perairan internasional di dekat Pulau Heraklion, Yunani. Dan mengacu situs pemantauan lainnya, Magim Mapim Flotilla dari 37 kapal yang berada di etape paling depan itu sembilan kapal dalam status menyalakan alarm dalam keadaan darurat.
Magic Mapim menginformasikan sembilan armada tersebut di antaranya, Kapal Ohwayla, Kapal Otoria, Kapal Taigete, Kapal Maria Cristina, Kapal Yulara dan Kapal Alma. Lalu Kapal Selvaggia, Kapal Morgana, dan Kapal Zefiro.

Halaman 3 / 3
Salah-satu aktivis yang berada dalam kapal-kapal tersebut, Jasmine Acar mengabarkan pada Rabu (24/9/2025) dini hari serangan 15 drone itu menargetkan armada-armada kemanusian dengan melemparkan benda yang berbahan peledak.
Aktivis lainnya Thiago Avila melalui media sosialnya juga mengabarkan serangan 15 drone itu melepaskan bahan peledak yang memunculkan sedikitnya sebelas ledakan.
Sementara itu, tiga relawan Indonesia yang turut serta pelayaran Global Sumud Flotilla masih tertahan di perairan Malta-Italia. Relawan Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) Wanda Hamidah sudah empat hari tertahan di Pelabuhan Porto Pallo lantaran Kapal Keiser yang ditumpanginya mengalami kerusakan.
Sementara itu, satu relawan Aqso Working Grup (AWG) Muhammad Faturrahman juga tertahan di Pelabuhan Porto Dipozzalo karena Kapal Kamar yang membawanya juga mengalami kerusakan. Adapun Ketua IGPC Muhammad Husein juga mengabarkan Kapal Observer yang membawanya masih berada di Marzememi di Perairan Sisilia, Italia.