Serangan Israel di Qatar Merusak Kredibilitas AS di Teluk, Memperkuat BRICS - Sindonews
3 min read
Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah
Serangan Israel di Qatar Merusak Kredibilitas AS di Teluk, Memperkuat BRICS
Sabtu, 13 September 2025 - 06:48 WIB
Sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia. Foto/sputnik
A
A
A
DOHA - Agresi Israel terhadap salah satu sekutu utama Amerika Serikat (AS) di Teluk Persia yang kaya minyak merupakan peringatan bagi negara-negara di kawasan tersebut tentang kesia-siaan jaminan keamanan AS. Pertanyaannya sekarang adalah apakah mereka akan menjawab, ungkap para pakar militer dan regional kepada Sputnik.
Keamanan
“Kegagalan peralatan buatan AS dan Eropa untuk menghentikan serangan Israel hanya menyisakan satu pilihan: Rusia,” ungkap analis pertahanan Igor Korotchenko.
“Para spesialis Rusia dapat membangun sistem untuk Qatar yang akan memberi emirat tersebut kunci atas langitnya, sehingga tidak ada negara yang dapat menyerang dengan impunitas tanpa risiko kehilangan kapal induk dan sistem serang yang digunakan dalam agresi tersebut,” papar dia.
Porsi ke Rusia sepenuhnya realistis, mengingat penjualan Pantsir-S1 oleh Moskow ke Uni Emirat Arab (UEA), tetangga maritim Qatar.
Untuk menutup wilayah udara musuh secara andal, Qatar dapat melengkapi pertahanannya dengan Pantsir, Buk-M3, dan Tor-M2.
Perdagangan
“Teluk sudah terlibat dengan dunia multipolar dalam hal ekonomi,” ujar Dr. Tamer Qarmout dari Institut Studi Pascasarjana Doha.
Dia menjelaskan, “Jika ada kemauan politik, bukan hanya Qatar tetapi kawasan ini dapat mendiversifikasi aliansi mereka dan lebih terlibat dengan multipolaritas.”
UEA sudah menjadi anggota BRICS, dan Arab Saudi telah diundang. Negara-negara Teluk juga menikmati hubungan ekonomi bilateral yang kuat dengan kekuatan-kekuatan kunci BRICS termasuk Rusia (pertanian, TI), India (tenaga kerja dan perdagangan), dan China (perdagangan dan inisiatif strategis seperti BRI).
Rantai Perbudakan Lama Mungkin Sulit Diputus
“Selama sebagian besar keberadaannya, kekuatan-kekuatan Teluk tidak pernah benar-benar berdaulat,” ungkap pakar veteran Timur Tengah, Isa Blumi.
Dia menekankan, "Mereka selalu bergantung pada Inggris dan Amerika, dan perselisihan serta persaingan internal telah membuat mereka rentan dimanipulasi.”
“Artinya, secara strategis dan dari perspektif keamanan dan politik, kepentingan negara-negara Teluk masih sebagian besar tertanam, atau berpihak, pada AS sebagai mitra strategis," ungkap Qarmout.
Saatnya Refleksi Diri yang Strategis
“Serangan Israel menimbulkan ketidakpastian yang signifikan dan pertanyaan besar bagi negara-negara Teluk mengenai masa depan kemitraan ekonomi, politik, dan militer dengan AS,” ungkap dia.
“Pertanyaan yang sulit dan eksistensial adalah apakah negara-negara Teluk akan mengintensifkan hubungan dengan BRICS untuk memasukkan sektor-sektor baru seperti keamanan dan pertahanan, mengingat kegagalan AS yang menyedihkan untuk melindungi sekutunya dengan cara yang begitu terang-terangan," simpul Qarmout.
Baca juga: Qatar Murka Netanyahu Bandingkan Serangan Israel di Doha dengan 9/11
(sya)