Serangan ke Jantung Qatar di Doha Adalah Penghinaan Luar Biasa Israel ke Amerika Serikat - Tribunnews.com
Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,
Serangan ke Jantung Qatar di Doha Adalah Penghinaan Luar Biasa Israel ke Amerika Serikat - Tribunnews.com
Serangan ke Jantung Qatar di Doha Ada Penghinaan Luar Biasa Israel ke Amerika Serikat
TRIBUNNEWS.COM - Serangan Israel ke Qatar digambarkan sebagai penghinaan langsung terhadap Amerika Serikat (AS).
Hal itu karena Qatar, sekutu dekat Washington yang menjadi tuan rumah pangkalan Pentagon terbesar di kawasan Timur Tengah, menjadi penengah atas permintaan Gedung Putih.
"Dengan menyerang Doha tanpa peringatan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya tidak hanya mengabaikan kedaulatan Qatar tetapi juga kepentingan strategis Amerika," tulis ulasan RNTV, Kamis (11/9/2025).
Pejabat Gedung Putih dilaporkan marah karena tim Netanyahu tidak memberitahu rencana serangan tersebut, bahkan ketika salah satu penasihat seniornya baru saja bertemu dengan utusan Trump, Steve Witkoff, CNN melaporkan.
"Serangan-serangan itu terjadi di saat yang sangat sensitif dalam negosiasi gencatan senjata," ujar mantan duta besar AS untuk Israel, Edward Djerejian.
Ia mencatat kalau pemerintahan Trump telah mendorong "gencatan senjata yang komprehensif, pembebasan semua sandera, pertukaran tahanan, dan bergerak maju serta mengakhiri perang di Gaza."
Para pemimpin Qatar mengecam serangan itu sebagai tindak "terorisme negara", sekaligus memperingatkan kalau keterlibatan Qatar dalam mediasi Perang Gaza Israel-Hamas kini kemungkinan dipertimbangkan kembali.
Dampaknya berisiko tidak hanya merusak upaya gencatan senjata, tetapi juga ambisi Trump di Timur Tengah, termasuk memperluas Perjanjian Abraham dan membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Teluk.
"Serangan itu juga memperkuat narasi yang lebih luas bahwa Netanyahu memprioritaskan pemberantasan Hamas ketimbang pengembalian sandera Israel secara aman," papar ulasan tersebut.
Para analis mengatakan serangan itu kemungkinan besar akan menggagalkan putaran negosiasi terbaru gencatan senjata, sekaligus memastikan kalau Israel akan melaksanakan pembantaian yang lebih berdarah di Gaza, di mana puluhan ribu warga sipil telah terbunuh.
Gedung Putih berusaha cuci tangan dari tindakan Israel.
"Pengeboman sepihak di Qatar, negara berdaulat dan sekutu dekat Amerika Serikat ... tidak memajukan tujuan Israel atau Amerika," kata sekretaris pers Karoline Leavitt.
Trump sendiri kemudian menulis di Truth Social bahwa "ini adalah keputusan yang dibuat oleh Perdana Menteri Netanyahu, bukan keputusan yang saya buat."
Namun, keraguan tetap ada tentang apakah Trump benar-benar tidak memiliki suara.
Fakta bahwa F-35 buatan AS mungkin telah digunakan dalam serangan tersebut telah memicu spekulasi bahwa Washington setidaknya secara diam-diam mengetahui operasi tersebut.
Pertanyaan masih menggantung mengenai hubungan pribadi Trump dengan Qatar, setelah ia menerima jet Boeing 747 awal tahun ini yang kini berfungsi sebagai pengganti Air Force One-nya.

Dampak Serangan Israel ke Qatar Bagi Reputasi Trump
Presiden Donald Trump kini berhadapan dengan meningkatnya tekanan internasional setelah Israel melakukan serangan udara terhadap pejabat Hamas di lingkungan perumahan Doha, Qatar, sebuah operasi militer yang menurutnya tidak dapat dihentikannya.
"Saya tidak senang dengan keseluruhan situasi ini," kata Trump kepada para wartawan pada Selasa malam saat ia memasuki sebuah restoran steak di Washington, DC.
"Ini bukan situasi yang baik ... kami tidak senang dengan bagaimana hal itu terjadi."
Bagi Trump, dampaknya mungkin bukan karena posisinya di mata pemilih di dalam negeri, di mana agenda penegakan hukumnya mendominasi berita utama, melainkan lebih karena bagaimana sekutu dan pesaing memandang kepemimpinannya di luar negeri.
Serangan di Doha, yang dilakukan di bawah pengawasan kehadiran militer AS di Pangkalan Udara Al Udeid, menimbulkan keraguan apakah Amerika masih dapat menjamin keamanan mitra-mitranya.
Di mata banyak pemimpin asing, peristiwa hari Selasa sekali lagi membuktikan kalau Trump memiliki pengaruh yang kecil terhadap Netanyahu.
"Realitas ini menggerogoti janjinya untuk mewujudkan perdamaian di Gaza dan menimbulkan keraguan baru atas klaimnya sebagai presiden yang dapat mengakhiri perang," tulis ulasan RNTV.
(oln/rntv/*)