Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home BPK Coretax Featured Istimewa Keuangan SMA Spesial

    BPK Mesti Telusuri 'Bau Busuk' Pengadaan Coretax, Aplikasi Anak SMA Seharga Rp1,3 Triliun - Inila

    4 min read

     

    BPK Mesti Telusuri 'Bau Busuk' Pengadaan Coretax, Aplikasi Anak SMA Seharga Rp1,3 Triliun

    Oleh
    Share

    Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

    Kecil
    Besar

    Proses pengadaan sistem perpajakan Coretax kini menuai sorotan. Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Melchias Markus Mekeng, mendorong agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit terhadap proses pengadaan sistem yang seharusnya mempermudah wajib pajak tersebut.

    Mekeng menegaskan, kehadiran Coretax semestinya bisa mempermudah masyarakat dan pengusaha dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Namun, realitanya justru berbeda.

    "Ini menurut hemat saya, mungkin minta ke BPK untuk dibuat pemeriksaan untuk tujuan tertentu. Dari sisi proses penetapan vendornya, dari sisi harganya, sistemnya ini sudah proper atau belum. Kalau tidak kan ini merugikan negara," jelas Mekeng kepada Inilah.com, Minggu (26/10/2025).

    Advertisement

    Ia membandingkan dengan kondisi di negara lain di mana masyarakat merasa nyaman membayar pajak. "(Sementara) kita ini mau bayar pajak saja susah," ujarnya.

    Dia menyambut baik langkah Menteri Keuangan yang baru untuk menunda implementasi Coretax. "Jadi ya saya sih sepakat juga kalau memang dianggap oleh Menkeu yang baru ini, bahwa (Coretax) ini tidak bermanfaat ya, harus dilakukan pemeriksaan," tegasnya.

    Meski mendorong pemeriksaan, Mekeng tidak secara spesifik menyebutkan apakah BPK perlu memeriksa mantan Menkeu Sri Mulyani dan mantan Dirjen Pajak Suryo Utomo. "Kalau itu proses berikutnya lah," ujarnya.

    Baca Juga:

    Ia menyerahkan sepenuhnya proses pemeriksaan kepada aparat penegak hukum. "Kan menteri yang sekarang, dia merasa bahwa itu tidak ada manfaat ya dia minta itu supaya di-review, diperiksa gitu lho bahwa nanti pemeriksaannya akan memeriksa orang-orang tertentu, ya silakan saja itu kan proses," pungkas Mekeng.

    Secara terpisah, Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Research Institute, Prianto Budi Saptono, menganalisis kegagalan sistem ini melalui pendekatan Input-Process-Output untuk memahami di mana letak persoalan sebenarnya.

    Menurut Prianto, ketika output atau hasil yang didapat bermasalah, maka akar penyebabnya dapat dilacak dari dua tahapan sebelumnya. "Dengan kata lain, input diproses menjadi output. Ketika output bermasalah, penyebabnya bisa berasal dari tahapan," ujarnya kepada Inilah.com, dikutip Minggu (26/10/2025).

    Tahapan pertama yang krusial adalah input. Prianto menduga, masalah di tahap ini bisa berasal dari proses pengadaan yang tidak sehat.

    "Permasalahan di tahapan input, dapat berasal dari proses pengadaan konsultan karena di antaranya ada markup nilai kontrak dan/atau kongkalikong untuk memenangkan rekanan tertentu," tuturnya.

    Tahapan berikutnya yang tak kalah penting adalah proses. Di sinilah, kompetensi dari para pelaksana teknis memegang peranan kunci. Prianto menyoroti kemungkinan adanya kelemahan dalam hal ini.

    Advertisement

    "Kemudian, kata dia, tahapan kedua yakni proses. Permasalahan di tahapan ini berasal dari kompetensi programmer yang tidak memadai. Sebagai akibatnya, pemrograman bahasa Coretax menjadi masalah seperti apa yang terlihat sekarang ini," tambahnya.

    Prianto menekankan pentingnya tindakan sistematis dan mendalam. Ia merekomendasikan serangkaian audit untuk mengidentifikasi kegagalan di setiap tahapan. Ditekankan, solusi yang diberikan tidak boleh bersifat tambal sulam, tetapi menyentuh akar permasalahannya.

    Sebelumnya,  pengakuan mengejutkan datang dari Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, yang mengakui Coretax tak mumpuni untuk digunakan. Bahkan dia menggandeng peretas putih alias White Hacker untuk menguji aplikasi warisan eks Menkeu Sri Mulyani, usai dilakukan sejumlah perbaikan.

    "Kita juga sudah panggil hacker kita, yang jago-jago, ini bukan orang asing. Orang Indonesia tuh hacker-nya jago-jago banget, saya panggil yang ranking-ranking dunia itu yang jagoan, enggak payah sih. Dan sudah di-test, sudah lumayan," ujar Purbaya kepada wartawan, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (24/10/2025).

    Purbaya mengatakan, sistem Coretax yang telah dikembangkan selama empat tahun oleh pihak asing rupanya sering bermasalah. Bahkan dia menyebut, pihak asing, LG CNS, yang ditunjuk untuk menyelesaikan sistem Coretax juga tak menemukan jalan keluar.

    "Kesimpulannya yang saya bilang tadi, dari problem kritis yang sering dialami pengguna, itu sudah cukup banyak terasa sih, sesuai dengan target awal kita ya, target awal anak buah saya sih, karena depan bisa diberesin, tengah bisa diberesin, yang di bawah yang di LG enggak bisa," kata dia.

    Baca Juga:

    Purbaya langsung menunjuk tim untuk memperbaiki sistem tersebut. Saat dicek kata dia, timnya menemukan hal lucu pada Coretax. Dia menyebut, sistem tersebut seperti dibuat oleh anak lulusan SMA.

    "Komentarnya lucu deh, begitu mereka dapet source codenya, dilihat sama orang saya. Dia bilang wah ini programmer tingkat baru lulusan SMA, jadi yang dikasih ke kita bukan orang jago-jagonya kelihatannya," paparnya.
     

    0 suka
    0 bookmark
    Komentar
    Additional JS