Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Haedar Nashir Kasus Pesantren Trans7

    Haedar Nashir: Kasus Trans 7 dan Pesantren Harus Jadi Momentum Introspeksi Bersama - PWMU.CO

    3 min read

     

    Haedar Nashir: Kasus Trans 7 dan Pesantren Harus Jadi Momentum Introspeksi Bersama - PWMU.CO

    10/16/2025 21:04 -

    pwmu.co -

    Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, menanggapi perbincangan publik yang ramai terkait kasus antara Trans 7 dan salah satu pondok pesantren.

    Menurut Haedar, peristiwa tersebut seharusnya menjadi momentum bagi semua pihak-baik media, lembaga keagamaan, maupun masyarakat luas-untuk melakukan introspeksi bersama.

    “Dari kasus ini, kita semua bisa belajar. Baik media, lembaga keagamaan, maupun masyarakat, mari menjadikan hal ini sebagai pengingat untuk terus meningkatkan kualitas moral dan profesionalisme,” ujarnya saat ditemui awak media usai membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah–‘Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (16/10/2025).

    Kebebasan Berekspresi Harus diiringi Etika dan Tanggung Jawab

    Haedar menegaskan bahwa kebebasan berekspresi memang dijamin dalam kehidupan demokrasi, namun tetap memiliki batas.

    “Kebebasan berekspresi itu ada batasnya. Batas moral, etika, dan tanggung jawab sosial. Jangan sampai kebebasan itu justru menimbulkan keresahan dan perpecahan di masyarakat,” tuturnya.

    Dalam konteks kehidupan berbangsa, Haedar mengingatkan agar media massa maupun warganet menggunakan kebebasan secara bijak. “Gunakan kebebasan dengan mengedepankan nilai-nilai keadaban publik,” tambahnya.

    Hormati Kyai dan Pesantren sebagai Penjaga Moral Bangsa

    Lebih lanjut, Haedar menekankan pentingnya sikap hormat kepada para kiai dan pesantren yang selama ini berperan besar dalam mencerdaskan umat, menjaga moral bangsa, serta menanamkan nilai-nilai kebangsaan.

    “Penghormatan kepada para kiai dan pesantren bukan berarti menutup ruang kritik. Tapi kritik harus disampaikan dengan cara yang santun, objektif, dan membangun,” ujar Guru Besar Sosiologi ini.

    Iklan Landscape UM SURABAYA

    Ajak Media dan Warganet untuk Menahan Diri

    Haedar juga mengimbau masyarakat, khususnya pengguna media sosial, agar tidak memperkeruh suasana dengan komentar yang provokatif.

    “Kami harapkan media sosial juga bisa cooling down kalau ada masalah. Jangan sampai istilahnya, kolamnya keruh tapi ikannya tidak dapat,” katanya.

    Menurutnya, dalam kehidupan kebangsaan, masalah pasti ada. Namun, penyelesaiannya harus dilakukan secara dewasa dan dalam koridor yang tepat.

    Di akhir pernyataannya, Haedar mengingatkan agar lembaga-lembaga keagamaan dan kemasyarakatan terus berbenah dan meningkatkan kualitas agar tetap dipercaya publik.

    “Kita semua harus meningkatkan kualitas agar memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Dengan begitu, lembaga keagamaan bisa terus memberi sumbangan terbaik bagi bangsa dan negara,” tandasnya.(*)

    Komentar
    Additional JS