0
News
    Home Featured Makan Bergizi Gratis

    Ke Sekolah Pakai Fortuner, Bayar Gaji Sopir Rp3 Juta, Siswa Protes Diberi Makanan MBG: Memang Kita Tidak Mampu? - Fajar

    4 min read

     

    Ke Sekolah Pakai Fortuner, Bayar Gaji Sopir Rp3 Juta, Siswa Protes Diberi Makanan MBG: Memang Kita Tidak Mampu?

    Sejumlah orang tua siswa di SDIT Al Izzah, Kota Serang, Banten, menolak pemberian makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena memnilai mampu memberi makanan bergizi kepada anak.

    FAJAR.CO.ID -- Penolakan terhadap makanan dari program Makan Bergizi Gratis mulai disuarakan para orang tua siswa, terutama di sekolah elit. Orang tua siswa mengungkapkan, anaknya sehari-hari ke sekolah diantar pakai mobil mewah Fortuner maupun Pajero hingga membayar gaji sopir Rp3 juta per bulan.

    Fakta ini disuarakan beberapa orang tua di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Izzah, Kota Serang, Banten. Mereka menolak program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan meminta agar program MBG lebih baik menyasar sekolah yang lebih membutuhkan dengan mayoritas siswa dari kalangan keluarga tak mampu atau yang jauh dari akses makanan sehat.

    Penolakan terhadap makanan dari program MBG untuk anak-anak di SDIT Al Izzah antara lain disuarakan salah satu orang tua siswa, Hayati Nufus. Dari video yang beredar, Hayati Nufus menilai program MBG yang menyasar sekolah elit salah sasaran. Bahkan, anaknya sempat mempertanyakan makanan dari MBG.

    “Anak saya sampai rumah, ‘Bunda emang boleh ya kita makan MBG? bukannya itu untuk anak yang enggak mampu? Emang Bunda merasa enggak mampu ya sampai aku makan MBG?’” kata Hayati menirukan ucapan anaknya.

    Dia menilai pemberian makanan MBG ke sekolah yang tergolong dari keluarga mampu tidak tepat sasaran. Sebab, rata-rata orang tua siswa mampu memenuhi makanan bergizi untuk anaknya dan paham soal selera atau makanan yang disukai sang anak.

    “Maaf, sebagian besar anak-anak Al Izzah sopirnya satu-satu, kalau kumpul wali murid rata-rata (mobilnya) Pajero, Fortuner, Rp 700 juta itu (harganya). Sopirnya satu-satu, gajinya sebulan Rp3 juta,” ujar Hayati Nufus, dikutip dari video, Rabu (1/10/2025).

    Atas dasar itulah, Hayati menilai program MBG ini sebaiknya memprioritaskan sekolah dengan mayoritas dari keluarga tak mampu.

    Saat ini, memang masih banyak sekolah yang belum mendapatkan jatah makanan MBG. Bahkan, beberapa di antaranya berada di bagian pinggiran kota. Justru, sekolah-sekolah elit yang berada di pusat kota yang lebih dahulu mendapatkan pembagian jatah makan siang gratis dari program Makan Bergizi Gratis.

    Selain Hayati Nufus, orang tua siswa SDIT Al Izzah lainnya yang juga menolak pembagian makanan MBG di sekolah elit itu adalah, Baim Aji. Dia menyatakan menolak keberadaan dapur MBG di lingkungan sekolah.

    Alasan Baim Aji menolak keberadaan dapur MBG di sekolah, karena mengaku khawatir dapat menggantikan eksistensi kantin serta dapat mengganggu kenyamanan dan menimbulkan risiko keamanan.

    "Itu fasilitas sekolah jadi terganggu. Kita mau anak sekolah dengan nyaman. Biasanya ada kantin, tempat makan yang tertata. Siswa (sekarang) harus keluar area sekolah,” ujar Baim.

    Tak hanya keberadaan kantin yang dikhawatirkan akan terganggu. Baim juga menilai lalu lalang orang dan kendaraan dari dapur MBG di sekolah bisa membahayakan keselamatan siswa.

    Ketua Yayasan Al Izzah, Muhamad Arifin, mengaku belum menentukan sikap terkait penolakan orang tua siswa pada program MBG yang menyasar anak-anak di sekolah tersebut.

    Arifin menegaskan, keputusan harus dibicarakan bersama dewan pembina yayasan. "Tapi kita di yayasan itu memang tujuannya adalah mengawal kebijakan dari pemerintah pusat. Bahwa MBG itu berhak bagi anak-anak bangsa Indonesia itu,” ujar Arifin.

    Menurutnya, polling terkait kelanjutan program MBG di SDIT Al Izzah juga telah diedarkan. Hasil polling tersebut, 72 persen orangtua setuju dengan MBG, sedangkan 25 persen menolak.

    Seorang dokter bedah yang aktif di media sosial, Hendra Cipta juga ikut mengomentari pernyataan wali murid yang viral itu.

    Dia menilai, sekilas alasan wali murid menolak makanan MBG terdengar elitis. Akan tetapi, masuk akal juga jika direnungkan lebih dalam.

    “Sekilas omongan ibu ini agak "Tinggi" , kesan awal sok elitis. Tapi kalau kita renungkan, narasi yang diangkatnya sich ‘Masuk Akal’ dan justru ‘Tau Diri',” tutur Hendra Cipta dikutip akun Thread-nya, Kamis (2/10/2025). 

    Harusnya kata dia, sekolah elit tidak perlu mendapat MBG. Cukup sekolah 3T yang diprioritaskan terlebih dahulu.

    “Karena niat mulia Pak presiden menginginkan Anak-anak yang gak mampu yang dapat MBG. Kok malah sekolah elite yang dapat?,” tanyanya.

    “Harusnya sekolah-sekolah 3T yang diprioritaskan lebih dahulu. Jangan salah sasaran begini. Enak kalau ‘Terima Kasih’ yang dikasih; ini justru diprotes; jadi distribusi nya jangan mubazir donk. (*)

    Presiden Prabowo Sentil Direksi BUMN Raup Bonus Saat Perusahaan Rugi: Brengsek Bener Itu
    Komentar
    Additional JS