Kementan: Indonesia Surplus Beras 4 Juta Ton, Swasembada Tetap Jadi Prioritas - Tribunnews.
Kementan: Indonesia Surplus Beras 4 Juta Ton, Swasembada Tetap Jadi Prioritas - Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Yudi Sastro, menyampaikan bahwa Indonesia diproyeksikan mengalami surplus beras sebesar 4 juta ton pada tahun ini.
Hal tersebut disampaikannya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (17/10/2025).
Yudi menjelaskan bahwa tolok ukur utama swasembada pangan saat ini masih berfokus pada dua komoditas strategis, yakni padi dan jagung.
“Untuk swasembada, kita memang fokus pada dua komoditas utama: padi dan jagung. Ukurannya adalah produksi. Tahun ini, insyaallah, kita surplus beras sekitar 4 juta ton,” ujarnya.
Menurut Yudi, produksi beras nasional tahun ini diperkirakan mencapai 34 juta ton, sementara konsumsi berada di angka 30 juta ton.
Dengan selisih tersebut, Kementan memastikan cadangan beras nasional tetap aman hingga musim panen berikutnya.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah belum menjadikan ekspor sebagai prioritas. Fokus utama saat ini adalah menjaga ketersediaan pangan dalam negeri dan menyeimbangkan neraca produksi serta konsumsi.
“Ekspor belum jadi pembahasan utama. Bantuan ke Palestina kemarin lebih bersifat sosial. Apalagi harga beras kita relatif tinggi, jadi prioritasnya tetap untuk kebutuhan dalam negeri,” jelasnya.
Terkait strategi peningkatan produksi, Yudi memaparkan bahwa Kementan menerapkan dua pendekatan: intensifikasi dan ekstensifikasi.
Namun, untuk jangka pendek, intensifikasi menjadi prioritas karena hasilnya lebih cepat terlihat.
“Ekstensifikasi seperti cetak sawah butuh waktu. Yang lebih cepat adalah optimalisasi lahan yang sudah ada,” katanya.
Selain itu, pemerintah juga mendorong penggunaan benih unggul, pemenuhan pupuk, dan pemberian insentif harga agar petani tetap aktif menanam tanpa jeda.
“Insentif harga sangat berpengaruh. Lahan yang biasanya diberakan kini langsung ditanami kembali. Petani jadi lebih bersemangat,” tambahnya.
Yudi juga menyoroti pentingnya inovasi teknologi pertanian melalui konsep precision farming dan smart farming untuk meningkatkan produktivitas nasional.
“Kita sudah mulai ke arah sana, seperti pemupukan berbasis IoT. Tapi memang belum masif. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita dorong,” ujarnya.
Ia menutup dengan menekankan bahwa transformasi teknologi dan peningkatan produktivitas adalah kunci agar sektor pertanian tetap menjadi pilar penting dalam pembangunan nasional.
“Inilah ruang kita untuk terus memperkuat kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan,” pungkasnya.