Kesaksian Aktivis Bantuan Gaza Disiksa Pasukan Israel: Barang Dicuri hingga Dicegah Salat - SindoNews
3 min read
Kesaksian Aktivis Bantuan Gaza Disiksa Pasukan Israel: Barang Dicuri hingga Dicegah Salat
Senin, 06 Oktober 2025 - 10:21 WIB
Para aktivis Global Sumud Flotilla mendarat di Istanbul setelah ditahan secara ilegal oleh pasukan Israel. Mereka memberikan kesaksian penyiksaan oleh pasukan Israel. Foto/Muhammed Enes Y?ld?r?m/Anadolu Agency
A
A
A
ISTANBUL - Para aktivis Turki bagian dari Global Sumud Flotilla telah bersaksi atas kekerasan fisik dan psikologis, cercaan rasial, dan pelecehan oleh pasukan Israel setelah penahanan ilegal mereka di perairan internasional.
Jaksa Turki sekarang melanjutkan penyelidikan atas serangan terhadap para aktivis tersebut.
Sebuah pesawat yang membawa para aktivis dari Global Sumud Flotilla—armada bantuan untuk Gaza—, yang diserang dan ditahan oleh pasukan Israel di perairan internasional, mendarat pada Sabtu pekan lalu di Bandara Istanbul.
Pesawat yang berangkat dari Bandara Ramon di Eilat, Israel, tiba pukul 15.50 waktu setempat (12.50GMT).
Baca Juga: Aktivis Greta Thunberg Dipukuli dan Dilecehkan di Penjara Israel
Sebanyak 137 orang dari armada kemanusiaan, termasuk 36 warga negara Turki dan 23 warga negara Malaysia, tiba dengan penerbangan tersebut.
Jaksa Turki sekarang melanjutkan penyelidikan atas serangan terhadap para aktivis tersebut.
Sebuah pesawat yang membawa para aktivis dari Global Sumud Flotilla—armada bantuan untuk Gaza—, yang diserang dan ditahan oleh pasukan Israel di perairan internasional, mendarat pada Sabtu pekan lalu di Bandara Istanbul.
Pesawat yang berangkat dari Bandara Ramon di Eilat, Israel, tiba pukul 15.50 waktu setempat (12.50GMT).
Baca Juga: Aktivis Greta Thunberg Dipukuli dan Dilecehkan di Penjara Israel
Sebanyak 137 orang dari armada kemanusiaan, termasuk 36 warga negara Turki dan 23 warga negara Malaysia, tiba dengan penerbangan tersebut.
Setelah dipindahkan dari Israel ke Istanbul, para aktivis dibawa ke Institut Kedokteran Forensik Istanbul untuk pemeriksaan kesehatan sebelum memberikan kesaksian kepada jaksa sebagai saksi.
Salah satu aktivis, Hasmet Yazici, mengatakan kapalnya dibom oleh pesawat nirawak di perairan terbuka, menyebabkan cedera fisik dan merusak layar. Kapal-kapal serbu Israel juga mengganggu kapal tersebut, mencoba menenggelamkannya, sebelum pasukan komando Zionis naik dan mengambil alih kendali.
Yazici mengatakan para aktivis dipaksa duduk di lantai beton selama tiga jam di pelabuhan Ashdod, dengan tangan terikat di belakang punggung dan kepala ditundukkan ke tanah.
“Ketika orang tua dan lemah yang tidak bisa bertahan dalam posisi itu selama berjam-jam berganti posisi, mereka memaksa kepala mereka ke tanah dengan menendang mereka, memborgol mereka dalam posisi sujud, dan membuat mereka menunggu selama satu hingga dua jam,” katanya, seperti dikutip dari Anadolu, Senin (6/10/2025).
Yazici mengatakan ketika mereka ingin memberikan kesaksian dalam bahasa Turki, seorang petugas keamanan perempuan Israel yang berdiri di dekatnya berkata, “Orang Turki kotor, kalian sudah bau.”
Dia mengatakan ketika para aktivis menuduhnya melakukan rasisme, mereka diancam.
“Mereka bertanya mengapa kami memasuki wilayah Israel tanpa izin. Saya menjawab, ‘Kami tidak memasuki wilayah Israel; kalian membawa kami secara paksa dari perairan internasional'. Mereka bertanya mengapa kami pergi ke Gaza. Saya menjawab bahwa ada genosida yang terjadi di sana, bahwa mereka membunuh anak-anak, bahwa kami membawa bantuan kemanusiaan, dan bahwa kami berangkat ke Gaza sesuai dengan hukum internasional,” kata Yazici.
Dia mengatakan mereka mencoba memaksanya menandatangani tiga dokumen, tetapi karena dia tidak tahu bahasa Ibrani sehingga menolak untuk menandatangani.
Aktivis lainnya, Bekir Develi, mengatakan para aktivis menjadi sasaran kekerasan psikologis dan fisik oleh tentara Israel.
Dia beraksi bahwa tangannya diborgol erat di belakang punggungnya, mengakibatkan memar.
Develi mengatakan dia dan rekan-rekannya diberi makan dua hari setelah ditahan, tetapi tidak ada air yang disediakan selama empat hari, dan ketika mereka meminta air, mereka menjadi sasaran kekerasan fisik.
Bahkan, para aktivis Muslim dicegah ketika hendak salat.
"Ketika kami mencoba salat, mereka turun tangan," ujar Develi, seraya menambahkan bahwa barang-barang pribadinya, termasuk uangnya, dicuri oleh pasukan Israel.
Sedangkan aktivis bernama Mesut Cakar mengatakan setelah ditahan dan tiba di pelabuhan, dia dan rekan-rekannya dipaksa menunggu sekitar satu jam dalam posisi borgol terbalik, dengan kepala di atas aspal panas.
Dia mengatakan bahwa saat mereka menunggu, temannya dari kapal, Mustafa Cakmakci, mengalami patah lengan.
"Mereka tidak memperlakukan warga negara Eropa di sana dengan cara seperti itu. Mereka hanya menunjukkan perilaku yang memalukan terhadap warga negara Turki. Mereka mencuri beberapa barang pribadi saya," kata Cakar.
Menurutnya, para aktivis diangkut dalam ruang sempit seperti kandang dengan kendaraan polisi selama dua jam sebelum dibawa ke penjara Israel, di mana mereka ditahan di area serupa selama dua hingga tiga jam, tidak diberi air, dan dipaksa minum dari keran toilet selama tiga hari penahanan mereka.
Dia mengatakan pasukan Israel menginterogasi dan menyerang seorang warga negara Australia.
"Dua aktivis penderita asma kesulitan bernapas. Mereka tidak diberi obat apa pun. Mereka juga membangunkan kami setiap dua jam dan memindahkan kami ke lokasi berbeda di penjara," kata Cakar.
Menurutnya, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengunjungi penjara tersebut, setelah itu para petugas memisahkan para aktivis ke dalam kandang dan sel, dan sering memindahkan mereka ke area lain.
Mereka tertawa sambil merokok di depan para aktivis dan mengambil foto serta video, imbuh dia.
(mas)