Perburuan Anggota Geng Bersenjata Oleh Hamas Dimulai, Sempat Baku Tembak dan Puluhan Tertangkap | Republika Online
Perburuan Anggota Geng Bersenjata Oleh Hamas Dimulai, Sempat Baku Tembak dan Puluhan Tertangkap | Republika Online
Hamas berkomitmen buru para anggota geng bersenjata.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Sumber-sumber keamanan mengatakan kepada Aljazeera, dikutip Senin (13/10/2025), bahwa dinas keamanan telah mengambil kendali penuh atas milisi atau geng bersenjata di Kota Gaza.
Operasi penyisiran menyeluruh telah dilakukan di daerah tersebut menyusul dimulainya tahap pertama gencatan senjata Gaza.
Sponsored
Sumber-sumber tersebut mengkonfirmasi kepada Aljazeera bahwa sejumlah orang yang dituduh mengeksekusi para pengungsi dan berkolaborasi dengan penjajah telah terbunuh dalam bentrokan dengan milisi di Gaza.
Mereka juga mengungkapkan bahwa pihak keamanan menangkap sekitar 60 anggota milisi dan memindahkan mereka ke lokasi yang aman.
Scroll untuk membaca
Sebelumnya, seorang sumber terkemuka di Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan kepada Aljazeera bahwa terjadi baku tembak di Kota Gaza dengan milisi bersenjata yang berafiliasi dengan penjajah yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka. Pihak keamanan memberlakukan pengepungan terhadap milisi tersebut saat ini.
Sumber tersebut menambahkan bahwa elemen-elemen milisi membunuh para pengungsi ketika mereka kembali dari Jalur Gaza selatan ke Kota Gaza.
Pemimpin Kementerian Dalam Negeri menegaskan Dinas Keamanan mengepung elemen-elemen milisi di dalam Kota Gaza, berkamuflase dengan berbaur bersama mereka untuk mengendalikan anasir geng tersebut, dan bertekad untuk menegakkan ketertiban serta meminta pertanggungjawaban dari mereka yang terlibat dalam pembunuhan.
Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Nasional di Gaza mengumumkan pada Ahad (13/10/2025) mereka telah mulai mengambil langkah-langkah terkait situasi keamanan dan sosial untuk memulihkan keamanan dan stabilitas di Jalur Gaza setelah gencatan senjata berlaku.
Kementerian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pintu pertobatan dan amnesti umum telah dibuka bagi siapa saja yang bergabung dengan geng dan tidak terlibat dalam melakukan tindak pidana pembunuhan.
Mereka harus menyerahkan diri ke Dinas Keamanan dalam jangka waktu satu pekan mulai Senin pagi, hingga akhir Ahad, 19 Oktober 2025, guna menyelesaikan status hukum dan keamanan serta menutup file mereka untuk selamanya, tambahnya.
Amnesti bagi mereka yang bergabung dengan geng di masa lalu didasarkan pada nilai-nilai keadilan dan tanggung jawab nasional, untuk menjaga persatuan internal, memperkuat pertahanan dalam negeri, membentengi masyarakat, dan memulihkan ketertiban umum, kata pernyataan itu.
Beberapa geng kriminal mengambil keuntungan dari situasi kekacauan selama perang dan melakukan tindakan kriminal guna merusak ketertiban umum dengan masuk tanpa izin ke properti warga dan mencuri bantuan kemanusiaan, katanya.
Mereka yang terkena dampak dari amnesti umum adalah individu-individu yang bergabung dengan beberapa geng ini dan tidak ikut serta dalam pembunuhan atau kejahatan terhadap rakyat mereka.
Peringatan konsekuensi
Kementerian Dalam Negeri di Gaza memperingatkan siapa pun yang menolak untuk menyerahkan diri atau bersikeras terus melanggar hukum bahwa tindakan tegas akan diambil terhadap mereka sesuai dengan ketentuan hukum.
Lembaga ini menekankan situasi keamanan publik apa pun atau hak-hak warga negara tidak akan dikompromikan.
Pernyataan Kementerian Dalam Negeri itu muncul ketika pasukannya terus dikerahkan di daerah-daerah di mana tentara pendudukan Israel mundur.
Dengan dukungan Israel, geng-geng bersenjata telah terbentuk dalam beberapa bulan terakhir, beberapa di antaranya mengkhususkan diri dalam mencuri bantuan dan properti pribadi.
Sementara yang lain, seperti kelompok Yasser Abu Shabab, telah aktif melawan perlawanan di bawah perlindungan tentara penjajah.
Advertisements
general_URL_gpt_producer-20250813-12:48
arrow_forward_ios
Baca selengkapnya
Sementara itu, sumber-sumber Palestina melaporkan bahwa wartawan Saleh al-Jaafrawi ditembak mati pada Ahad (13/10/2024) oleh geng bersenjata di selatan Kota Gaza.
Sumber-sumber tersebut mengatakan bahwa al-Jaafrawi ditembak oleh anggota "milisi bersenjata" ketika dia sedang meliput kehancuran di lingkungan al-Sabra.
Para aktivis di media sosial mengedarkan foto-foto jurnalis tersebut beberapa saat setelah kematiannya dan mengkonfirmasi bahwa dia diculik dan dieksekusi oleh orang-orang bersenjata.
Wartawan Aljazeera, Nour Khaled, mengatakan bahwa pagi itu, orang-orang bersenjata menargetkan sejumlah pemuda di lingkungan al-Sabra, termasuk wartawan Saleh al-Jaafrawi, yang terkena tujuh peluru.
Seorang sumber terkemuka di Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan kepada Al Jazeera bahwa terjadi bentrokan di Kota Gaza dengan "milisi bersenjata yang berafiliasi dengan penjajah" yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka.
Belakangan, sumber keamanan mengkonfirmasi kepada Aljazeera bahwa dinas keamanan telah mengambil kendali penuh atas milisi bersenjata di Kota Gaza dan melakukan operasi penyisiran menyeluruh.
Sejumlah orang yang dituduh mengeksekusi para pengungsi dan berkolaborasi dengan penjajah terbunuh dalam baku tembak tersebut, kata sumber-sumber itu.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan bentrokan antara pasukan keamanan dan militan di lingkungan al-Sabra.
Jurnalis Saleh al-Jaafrawi adalah salah satu tokoh media yang paling menonjol selama perang genosida Israel di Gaza, mendokumentasikan kejahatan penjajah Israel terhadap warga sipil melalui akun Instagram-nya selama dua tahun.
Karena liputannya tentang perang pemusnahan dan kelaparan, Israel memasukkan al-Jaafrawi ke dalam "daftar merah" sebagai bentuk persiapan untuk menargetnya, seperti yang telah dilakukan terhadap jurnalis lain seperti koresponden Al Jazeera, termasuk Anas al-Sharif.
Youve reached the end