Sejarah Pesantren Lirboyo yang Bisa Ubah Sarang Penyamun Jadi Pusat Islam Jawa Timur - Wartakotalive
Sejarah Pesantren Lirboyo yang Bisa Ubah Sarang Penyamun Jadi Pusat Islam Jawa Timur - Wartakotalive.com

WARTAKOTALIVE.COM - Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur disorot usai tayangannya di sebuah televisi swasta viral.
Salah satu tayangan televisi swasta itu dianggap telah melecehkan Pondok Pesantren Lirboyo lantaran memuat gambar-gambar aktivitas santri dan kyai yang disisipi narasi yang dianggap menyesatkan.
Gambar video yang ditampilkan dalam tayangan televisi itu memperlihatkan para santri yang berjalan jongkok saat menghadap kyai hingga memberikan amplop.
Narasi yang termuat pun seakan-akan menyisipkan budaya feodalisme di dalam pesantren.
Narasi tersebut kemudian diprotes sejumlah netizen yang mengaku mantan santri dan merasa hal itu bagian dari penghinaan terhadap pesantren dan kyai.
Namun sebagian netizen lain menganggap bahwa budaya feodalisme di pesantren memang harus dibenahi.
Feodalisme dalam agama yakni sistem atau pola berpikir di mana kekuasaan spiritual atau keagamaan terpusat di tangan segelintir elite (ulama, pemuka, lembaga), dan umat ditempatkan sebagai pihak yang pasif, tunduk, dan tidak setara.
Dengan kata lain agama yang terfeodalisasi bukan lagi sarana pembebasan spiritual, tapi menjadi alat dominasi sosial.
Lalu bagaimana sejarah Ponpes Lirboyo hingga dibela mati-matian oleh santrinya?
Sejatinya sejarah Pesantren Lirboyo memang erat kaitannya dengan hijrahnya warga Kediri, Jawa Timur ke kehidupan yang lebih baik.
Pasalnya ratusan tahun lalu lebih tepatnya tahun 1910, pendirian pesantren di Lirboyo, Kediri, Jawa Tengah itu membuat para warga yang dulunya hidup di kegelapan menjadi terang benderang.
Dimuat situs kedirikota.go.id awalnya Lirboyo, awalnya adalah nama sebuah desa terpencil yang terletak di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.
Dahulu desa ini merupakan sarang penyamun dan perampok, hingga pada suatu ketika atas prakarsa Kyai Sholeh, seorang yang Alim dari desa Banjarmelati berdirilah sebuah pesantren.
Pesantren itu dirintis oleh salah satu menantu Kyai Sholeh yang bernama KH. Abdul Karim, seorang yang Alim berasal dari Magelang Jawa Tengah.
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo erat sekali hubungannya dengan awal mula KH. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 Masehi.
Setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Dlomroh) yang juga putri Kyai Sholeh Banjarmelati, KH Abdul Karim pindah ke Desa Lirboyo.
Saat itu Desa Lirboyo masih dipenuhi dengan kehidupan yang jauh dari moral.
Menetapnya KH Abdul Karim diharapkan bisa menyebarkan syiar Islam lebih luas sehingga kehidupan warga sekitar bisa jauh lebih baik.
Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tentram.
Harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani.
Saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Tiga puluh lima hari setelah menempati tanah waqaf tersebut, KH. Abdul Karim mendirikan surau mungil nan sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Sementara itu dimuat situs Lirboyo.net pada tahun 1910 berdirilah sebuah Pondokan Pesantren yang dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Lirboyo.
Seiring waktu, pesantren tersebut kemudian dihampiri oleh para muslim untuk mendapatkan pengajaran agama Islam.
Hal ini membuat Pesantren Lirboyo bisa jadi menjadi pesantren terbesar di tanah Jawa melihat dari jumlahnya yang mencapai hampir kurang lebih empat puluh ribu santri.
Selain itu pesantren tersebut juga telah melahirkan banyak tokoh Kyai Ulama dan Umara di Indonesia.
Pondok Pesantren Lirboyo juga telah memiliki peran penting yang paling berpengaruh bagi Nahdlatul Ulama dan terutama Pemerintahan Jawa timur.
Terhitung saat ini usia Pondok Pesantren Lirboyo sudah mencapai 113 tahun.