Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Asta Cita Featured Istimewa Menag Prabowo Subianto Spesial

    Setahun Kawal Asta Cita Presiden, Menag: Agama tak Boleh Berhenti di Mimbar | Republika Online

    4 min read

     

    Setahun Kawal Asta Cita Presiden, Menag: Agama tak Boleh Berhenti di Mimbar | Republika Online



    REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setahun sudah Presiden Prabowo Subianto memimpin pemerintahan. Sebagai seorang pembantu presiden, Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar menakhodai Kementerian Agama (Kemenag) agar terus sejalan dengan visi dan misi Kepala Negara.

    Momen satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo pun dijadikan sebagai tonggak Kemenag. Menurut Menag, kementerian ini telah menghadirkan wajah kehidupan beragama yang lebih inklusif, produktif, dan menyejahterakan di Tanah Air.

    Baca Juga :

    Sponsored

    “Asta Cita bukan sekadar rencana politik, tapi arah moral bangsa. Nilai agama tidak boleh berhenti di mimbar, tetapi harus hidup dalam kebijakan yang memuliakan manusia,” ujar Menag Nasaruddin Umar di Jakarta, Selasa (21/10/2025).

    Ia menjelaskan, menjaga kerukunan menjadi prioritas utama Kemenag. Program Si-Rukun — sistem deteksi dini potensi konflik keagamaan — kini aktif digunakan di berbagai daerah. Sebanyak 500 penyuluh agama dilatih menjadi aktor resolusi konflik, dan 600 penceramah diberi pembekalan dakwah moderat serta literasi digital.

    Baca Juga :

    Kemenag juga melahirkan 1.192 kader lintas agama melalui Akademi Kepemimpinan Mahasiswa Nasional (Akminas), dan merekonstruksi 25 pesantren eks-Jamaah Islamiyah dengan lebih dari 5.000 santri sebagai upaya deradikalisasi berbasis pendidikan.

    “Kerukunan adalah prasyarat pembangunan. Indonesia hanya bisa maju bila umatnya damai dan saling menghormati,” ucap Nasaruddin.

    Baca Juga :

    Survei Poltracking bahkan menempatkan “menjaga kerukunan antarumat beragama” sebagai capaian tertinggi pemerintahan Prabowo–Gibran, dengan tingkat kepuasan publik mencapai 86,7 persen.

    Tak hanya di rumah ibadah, nilai agama kini juga hidup di ruang sosial. Melalui partisipasi aktif dalam program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG), lebih dari 1,7 juta siswa madrasah dan santri pesantren telah menerima manfaat.

    Selain itu, Kemenag juga memberdayakan 4.450 UMKM lewat pinjaman tanpa bunga (qardul hasan) dalam program Masjid Berdaya dan Berdampak (MADADA), serta memberikan pelatihan kepada 1.350 takmir masjid agar mampu mengelola ekonomi berbasis masjid.

    “Inilah makna dakwah sosial. Kemenag berupaya agar ajaran agama hadir bukan hanya di rumah ibadah, tapi di ruang publik: berbagi makanan, menjaga kesehatan, dan memperkuat keluarga,” ucapnya.

    Selama setahun ini, kesejahteraan guru juga naik signifikan. Untuk pertama kalinya, menurut Nasaruddin, tunjangan profesi guru non-PNS dinaikkan dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 2 juta per bulan. Sebanyak 206.325 guru telah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), meningkat 700 persen dibanding tahun sebelumnya.

    Halaman 2 / 2

    Selain itu, Kemenag menyalurkan lebih dari 9 triliun rupiah untuk Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) RA dan BOS Madrasah. Ada juga 156 ribu penerima KIP Kuliah, 6.453 Beasiswa Indonesia Bangkit, serta 2.270 Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB).

    Langkah inklusif Kemenag juga ditandai dengan berdirinya Sekolah Tinggi Agama Khonghucu Indonesia Negeri (SETIAKIN) di Bangka Belitung, yang pertama di Indonesia.

    Kemenag memperkuat peran ekonomi umat lewat 37 Kampung Zakat, 29 inkubasi wakaf produktif, dan 10 Kota Wakaf di berbagai provinsi. Lebih dari 105 ribu sertifikat tanah wakaf telah diterbitkan, dan 40 hektare Hutan Wakaf digulirkan sebagai wujud integrasi antara ekonomi dan ekoteologi.

    Tak berhenti di situ, Kemenag kini juga menggagas pembentukan Lembaga Pengelola Dana Umat (LPDU) untuk mengelola zakat, infak, dan wakaf secara profesional dan transparan. Gerakan ekoteologi juga digelorakan, seperti penanaman lebih dari sejuta pohon, pembangunan 13 KUA green building, dan penerbitan buku Tafsir Ayat-Ayat Ekologi.

    Di akhir refleksi, ia pun menegaskan bahwa keberhasilan Kemenag bukan hanya diukur dari capaian angka, tetapi dari sejauh mana nilai agama benar-benar membumi dalam kebijakan publik.

    “Agama tidak boleh berhenti di mimbar. Agama harus mewujud dalam kebijakan yang menyejahterakan, mendidik, dan memuliakan manusia. Inilah semangat Asta Cita yang kami kawal dengan sepenuh hati,” jelas Nasaruddin.

    Komentar
    Additional JS