Sosok Kuncoro, Guru Kimia SMA Taruna Nusantara "Buat" Nilai KKM Jadi 80 - Kompas
Sosok Kuncoro, Guru Kimia SMA Taruna Nusantara "Buat" Nilai KKM Jadi 80



KOMPAS.com - Bagi murid sekolah begitu hasil ulangan atau ujian dibagikan, yang dipikirkan pasti "apakah nilaiku melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)?".
Jika nilai yang diperoleh belum memenuhi KKM, artinya harus mengikuti remedi. Guru mata pelajaran (mapel) Kimia di SMA Taruna Nusantara (Tarnus) Magelang, Jawa Tengah Kuncoro Puji Raharjo, sengaja "menetapkan" KKM menjadi 80.
Sebenarnya banyak guru di SMA Taruna Nusantara Magelang yang menaikkan KKM masing-masing dari 67, KKM resmi sekolah. Namun menurut murid-murid, KKM guru lain kebanyakan nilai KKM hanya 75.
Kuncoro mengatakan ia membuat aturan KKM 80 sejak pertama kali mulai mengajar di Taruna Nusantara, tahun 1990. Kata Kuncoro, tentunya para muridnya terkejut saat mengetahui aturan ini.
"Saya bicara gini. Waktu kamu daftar di sini (syarat) minimal berapa? Kan dapat juga 80 bahkan untuk yang beasiswa minimal 90. Kalau KKM-nya turun kan lucu," ungkap Kuncoro, Selasa (7/10/2025) ditemui Kompas.com di SMA Taruna Nusantara.
Menurut Kuncoro aturan yang dibuatnya ini untuk memotivasi para siswa agar giat belajar.
"Otomatis dia akan belajar. Terus akan membangun sistem. Kalau dia tidak bisa belajar sendiri maka dia akan belajar dengan temannya. Di asrama terjadi tutor sebaya namanya, jadi siswa saling mengajari siswa," jelas Kuncoro.
Selain itu, Kuncoro menyebut sekolah Taruna Nusantara dan para murid akan merasa malu jika mendapat nilai jelek.
"Karena di SMA TN itu semuanya juara. Di antara juara pasti ada yang lebih juara. Jadi jangan terkejut," tuturnya.
Kuncoro mengatakan, protes dari siswa berupa kalimat "besok soalnya jangan susah-susah pak" jadi lagu rutin sehari sebelum ulangan.
Ulangannya pun terkadang memang memperbolehkan siswa mengerjakan sambil membuka buku pelajaran.
Banyak yang remedi
Kuncoro mengakui banyak muridnya yang remedi setelah mengikuti ulangan harian.
"Kalau jujur ya banyak yang remedi. Iya setengah lebih (dari jumlah murid per kelas)," ungkap guru yang sebenarnya sudah pensiun tetapi tetap diminta mengajar ini.
Ia bercerita walaupun ada murid yang mendapatkan nilai 78, artinya kurang 2 poin pun tergolong tetap harus mengerjakan remedi.
"Kamu hanya ngerjakan 2 soal saja mau enggak?" Kuncoro menawarkan negosiasi kepada murid.
Namun pada akhirnya para murid tetap memilih mengerjakan seluruh soal ulangan sekaligus untuk belajar tambahan.
Kalaupun tak mau mengikuti remedi tak mengapa, tetapi pada ulangan berikutnya harus mendapat nilai lebih dari 10 supaya menutupi kekurangan nilai sebelumnya.
"Soalnya kalau KKM-nya sesuai sekolah 67, bagi siswa yang nilainya di bawah 67, itu kan kesempatannya kecil untuk mendapatkan nilai yang bagus. Kan kalau remedi itu walaupun dia nilainya 100, yang diambil hanya 67," ucap Kuncoro.
Kuncoro menegaskan ia terbuka jika siswa mempertanyakan mengapa jawabannya di ulangan disalahkan. Ia akan menjabarkan cara mengisi jawaban yang benar.

Campur materi kuliah
Kuncoro membocorkan bahwa materi kimia yang dia ajarkan tidak murni level SMA. Ia memberi sedikit-sedikit materi kimia dari tingkat perkuliahan.
Karena, jika tidak diajarkan maka siswa tak akan paham saat mengerjakan soal seleksi masuk perguruan tinggi.
Ia memberi contoh materi tentang reaksi kimia. Pelajaran level SMA sekadar perubahan warna atau suhu. Kuncoro menambahkan studi kasus minamata desease, pencemaran raksa pada ikan akibat limbah pabrik kimia.
"Kalau untuk mengenali adanya raksa itu akan terjadi perubahan dari apa ke apa. Ini berubah, tandanya ada sesuatu. Nah sesuatu namanya apa? Itu pelajarannya. Sedangkan kasus ini itu sebetulnya pelajaran di S1 untuk analisis kualitatif," ucap pria asal Yogyakarta ini.
Kuncoro kerap memperagakan secara langsung dengan alat dan bahan. Menurut Kuncoro susah atau tidak suatu pelajaran tergantung pada pola pikir setiap siswa.
Walaupun ketat perihal nilai, Kuncoro menyebut ia disenangi para murid di luar kelas. Ia selalu menyisipkan waktu lima menit sebelum bubar kelas untuk mengingatkan para murid yang tinggal jauh dari rumah masing-masing agar tidak melanggar aturan sekolah karena kasihan jika orangtua mengkhawatirkan mereka.