Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Pesantren Al Khoziny Ponpes Al Khoziny Spesial

    Terkuak Cara Taufan Tetap Hidup Meski 3 Hari Terjebak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny - Tribunlampung

    9 min read

     

    Terkuak Cara Taufan Tetap Hidup Meski 3 Hari Terjebak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny - Tribunlampung.co.id

    Tribun X
    SURYA.CO.ID/Yusron Naufal Putra
    KORBAN SELAMAT - Taufan Saputra Dewa, santri Pondok Pesantren Al Khoziny yang selamat dan kini dirawat di RSUD Notopuro Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (2/10/2025). Ia selamat setelah 3 hari terjebak di reruntuhan ponpes. 

    TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Sidoarjo - Terkuak cara Taufan Saputra Dewa (13) tetap hidup meski terjebak selama 3 hari di bawah reruntuhan bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) yang ambruk pada Senin (29/9/2025). 

    Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia. Pondok pesantren berfungsi tidak hanya sebagai tempat untuk menuntut ilmu agama, tetapi juga sebagai tempat pembinaan akhlak, kedisiplinan, dan kehidupan bermasyarakat.

    Santri asal Dupak, Surabaya, itu turut menjadi korban runtuhnya musala ponpes. Musala tersebut ambruk saat para santri tengah melaksanakan salat asar berjamaah. 

    Taufan yang terlambat bergabung, baru ikut di rakaat kedua, sebelum akhirnya mendengar suara gemuruh dan seketika bangunan roboh. Ia tertimpa puing dan terjebak dalam posisi telentang, dengan jarak seng hanya sekitar tiga jari dari wajahnya.

    “Saya yakin saya bisa hidup,” kata Taufan saat diwawancarai  Surya.co.id di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025), tempat ia dirawat pasca evakuasi.

    Selama 3 hari di bawah reruntuhan, Taufan tetap sadar dan terus berdoa agar segera diselamatkan. Selain itu, ia bisa selamat karena mendapat suplai air minum dan makanan dari petugas penyelamat yang mengetahui keberadaannya.

    Petugas akhirnya berhasil mengevakuasi Taufan pada Rabu sore (1/10/2025). Saat ini, ia masih menjalani perawatan medis, akibat kaki kirinya yang terluka karena terjepit puing bangunan. “Kondisi saya sekarang lumayan baik,” ujar Taufan yang kini dirawat didampingi keluarganya.

    Peristiwa ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny ini menimbulkan kepanikan di kalangan santri dan warga sekitar. Proses evakuasi korban, dilakukan oleh tim gabungan yang bekerja tanpa henti selama beberapa hari.

    Hingga kini, pihak berwenang masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab ambruknya bangunan musala tersebut. Diduga, struktur bangunan tidak mampu menahan beban, namun penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung.

    Pihak ponpes dan otoritas terkait, diminta untuk mengevaluasi keselamatan bangunan agar kejadian serupa tidak terulang. Terlebih kejadian ini menyebabkan banyak korban luka.

    Santri Ikut Ngecor

    Terkuak para santri ikut membantu proses pengecoran di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny. Nahasnya, ponpes tersebut ambruk pada Senin (29/9/2025) sore.

    Hal ini diungkap oleh Rizki Ramadhan, santri di Ponpes Al Khoziny. Ia mengaku membantu proses pengecoran di ponpes yang terletak di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

    "Itu di bawah itu waktunya anak-anak jemaah dan di atas itu waktu kerja terus ngesor gitu ngambrek (di bawah rubuh). (Saya membantu) pembangunan di lantai paling atas, pengecoran," katanya dikutip dari Tribunnews, Kamis (2/10/2025). 

    Sementara itu, tim SAR gabungan memastikan, penyebab ambruknya bangunan tiga lantai itu karena kegagalan konstruksi. "Konstruksi bangunan yang utamanya empat lantai, ada kegagalan konstruksi, kemudian berubah menjadi tumpukan atau pancake model," kata Kepala Subdirektorat Pengendali Operasi Bencana dan Kondisi Membayakan Manusia dari Direktorat Operasi Kantor Basarnas Pusat, Emi Freezer, Rabu (1/10/2025).

    Struktur bangunan pancake mengacu pada jenis reruntuhan progresif di mana lantai bangunan runtuh secara vertikal dan bertumpuk akibat kegagalan elemen menahan beban. Tim SAR melihat, pusat gravitasi struktur pancake terjadi di sisi kiri bangunan (apabila dilihat dari sisi kanan).

    Dari posisi trap yang ada di bawah, terdapat perbedaan ketinggian antara level di bangunan bagian dasar."Saat posisi gravity of center yang ada di posisi tengah ini menutup akses, maka akses di sebelah tertutup sama sekali karena sudah sama-sama flat dengan lantai dasar," bebernya.

    Kondisi itu membuat akses ke sisi lainnya hanya bisa dijangkau dengan interaksi suara atau verbal. Selain itu, flexible search cam dapat dimasukkan ke celah kecil yang berada di himpitan kolom tiang utama.

    "Kalau melihat konstruksi dari sebuah bangunan secara standarnya adalah apabila dia mengalami kegagalan konstruksi, harusnya dia patah. Bukan melengkung atau artinya kalau kita melihat ini adalah elastisitasnya sangat tinggi," papar Emi.

    Tim SAR menyimpulkan, ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny karena ketidakmampuan menahan beban secara keseluruhan dari standarnya. "Dari bukti ini maka kemampuan untuk menahan beban secara keseluruhan tidak sesuai dengan beban yang ada di sana. Akibatnya adalah maka tercipta void ruang celah-celah sempit yang ada di dalam yang kesulitan untuk kita bisa akses," jelasnya.

    Terpisah, Pakar Teknik Sipil ITS, Muji Himawan menerangkan, bangunan yang ambruk itu terhubung ke bangunan sekitarnya. Semua elemen struktur dinyatakan hancur, mulai dari beton, pelat, hingga balok.

    Kondisi ini menyulitkan petugas melakukan proses evakuasi terhadap korban yang tertimbun di dalam puing-puing. “Jadi ada sebagian elemen-elemen struktur yang mencantol, berhubungan, join, konek dengan beberapa gedung di sebelahnya,” kata Muji. 

    Akan tetapi, Himawan tidak menyebut pasti terkait bangunan apa saja yang terhubung dengan titik Tempat Kejadian Perkara (TKP). Di sekitar lokasi tersebut, terdapat asrama dan ruang belajar santri.

    Tim SAR Suplai Makan Minum 

    Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi ungkap upaya Tim SAR menolong korban ambruknya bangunan  pondok pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

    Menurutnya, Tim SAR terus melakukan komunikasi dan menyuplai makan minum serta infus kepada korban yang masih terjebak di reruntuhan bangunan Ponpes.

    "Tim dapat mencapai korban melalui celah-celah di bawah reruntuhan. Selama mendapatkan suplai makan minum serta infus, maka memungkinkan korban dapat bertahan lebih lama alias lebih dari batas waktu krusial 72 jam," kata Syafii di sela memantau jalannya evakuasi, Rabu (1/10/2025).

    Sejauh ini kondisi para korban itu masih memberikan tanda-tanda kehidupan serta mendapatkan suplai oksigen, makan minum, hingga infus dan vitamin serta obat-obatan dari petugas. 

    Dalam operasi SAR ini, disebutnya bahwa pihaknya akan terus memprioritaskan para korban dengan status kesadaran merah untuk terus mendapatkan suplai-suplai vital tersebut sembari menanti upaya tim SAR gabungan untuk menembus reruntuhan.

    Disebutnya bahwa personel yang hadir dalam proses evakuasi kali ini berjumlah 379 personel yang berasal dari 65 instansi berbeda.

    Menurut Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Basarnas, Emi Freezer, sampai hari ketiga pencarian, tim penyelamatan gabungan menemukan 15 titik korban di bawah reruntuhan bangunan. 

    Dari 15 titik tersebut, delapan korban di antaranya dalam tingkat kesadaran warna hitam alias tidak bisa berkomunikasi. Sementara tujuh lainnya berada di tingkat kesadaran merah atau masih bisa berkomunikasi dengan petugas. 

    Freezer menyebut bahwa hingga kini tim penyelamatan gabungan telah berhasil mengevakuasi 11 korban dari bawah reruntuhan. Dari 11 korban tersebut tiga diantaranya meninggal dunia.

    Korban Beri Sinyal

    Pihak Ponpes Al Khoziny mengatakan, terdapat santri yang masih tertimbun memukul-mukul beton bangunan memberikan sinyal kehidupan.

    Suara seperti retakan pun terdengar.

    "Kebetulan teman-teman yang masih ada di dalam tumpukan itu seperti secara naluri kepengin mendapatkan pertolongan dengan memukul-mukul beton," kata Ketua Alumni Pusat Al Khoziny Sidoarjo, Zainal Abidin, Selasa (30/9/2025).

    Suara tersebut menimbulkan kebingungan di antara petugas Basarnas sehingga melakukan penyelamatan diri.

    "Situasi seperti itu menjadikan teman-teman Basarnas juga sedikit bingung, akhirnya pada lari semua," ujarnya.

    "Artinya tidak ada gerakan dari bangunan itu, tidak ada runtuhan lagi," imbuh Zainal, melansir Kompas.com.

    Sementara itu, beredar rekaman video yang diperoleh dari regu penyelamat Surabaya dalam proses evakuasi santri.

    Tim berhasil berkomunikasi dengan dua korban yang masih terjebak.

    "Yusuf, umurmu berapa?" kata petugas, yang dijawab korban dengan 16 tahun.

    "Apa yang luka?" tanya petugas lagi.

    Yusuf pun menjawab tidak ada luka, hanya perutnya terjepit di sebelah kiri.

    Petugas lalu berbincang dengan santri lain bernama Haikal, "Kamu yang sakit apa, nak?"

    "Semuanya sakit. Semuanya sakit," jawab Haikal.

    "Oke, semangat ya. Sabar ya, sabar. Ini yang satu sudah selamat. Kamu sabar ya. Sabar ya, nak ya. Ini aku Azis dari Rescue Surabaya ya. Sabar ya," balas petugas.

    Komentar
    Additional JS