Terungkap Perjanjian Rahasia AS-Israel: Saling Bungkam soal Senjata Nuklir Zionis! - SINDOnews
3 min read
Terungkap Perjanjian Rahasia AS-Israel: Saling Bungkam soal Senjata Nuklir Zionis!
Selasa, 28 Oktober 2025 - 12:56 WIB
Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit ungkap AS dan Israel terikat perjanjian rahasia untuk saling bungkam soal persenjataan nuklir Zionis Israel. Foto/Current Affairs
A
A
A
KAIRO - Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit telah mengungkapkan apa yang disebutnya sebagai "perjanjian rahasia" antara Amerika Serikat (AS) dan Israel. Di bawah perjanjian tersebut, Washington dan Tel Aviv berjanji untuk tetap diam tentang persenjataan nuklir Zionis Israel.
"Perjanjian tersebut menetapkan bahwa Israel berjanji untuk tidak pernah berbicara, berapa pun abad yang telah berlalu, tentang persenjataan nuklirnya, sementara Amerika, pada gilirannya, berjanji untuk tetap diam," ujar Aboul Gheit dalam sebuah wawancara televisi dengan saluran Sada El-Balad Mesir, yang dikutip kantor berita Lebanon Al Mayadeen, Selasa (28/10/2025).
Laporan televisi tersebut menyatakan bahwa bos Liga Arab itu menuduh Washington menipu negara-negara Arab, mengingat pertemuan di Kairo dan Washington di mana para pejabat AS mendesak Mesir untuk meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) sebagai imbalan atas tekanan AS agar Israel mengikutinya.
Baca Juga: Israel Memiliki Bom Nuklir, tapi Ketakutan pada Iran yang Tak Memilikinya
Aboul Gheit mengatakan Mesir menolak, dan mencatat bahwa tekanan tersebut tidak pernah terwujud.
Aboul Gheit, yang merupakan mantan menteri luar negeri Mesir, mencatat bahwa Israel dilindungi oleh kutub militer-politik dominan yang telah menguasai dunia sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990.
"Perjanjian tersebut menetapkan bahwa Israel berjanji untuk tidak pernah berbicara, berapa pun abad yang telah berlalu, tentang persenjataan nuklirnya, sementara Amerika, pada gilirannya, berjanji untuk tetap diam," ujar Aboul Gheit dalam sebuah wawancara televisi dengan saluran Sada El-Balad Mesir, yang dikutip kantor berita Lebanon Al Mayadeen, Selasa (28/10/2025).
Laporan televisi tersebut menyatakan bahwa bos Liga Arab itu menuduh Washington menipu negara-negara Arab, mengingat pertemuan di Kairo dan Washington di mana para pejabat AS mendesak Mesir untuk meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) sebagai imbalan atas tekanan AS agar Israel mengikutinya.
Baca Juga: Israel Memiliki Bom Nuklir, tapi Ketakutan pada Iran yang Tak Memilikinya
Aboul Gheit mengatakan Mesir menolak, dan mencatat bahwa tekanan tersebut tidak pernah terwujud.
Aboul Gheit, yang merupakan mantan menteri luar negeri Mesir, mencatat bahwa Israel dilindungi oleh kutub militer-politik dominan yang telah menguasai dunia sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990.
Lebih lanjut, laporan itu menyebutkan Aboul Gheit berpandangan bahwa Kairo sengaja menahan diri untuk tidak meratifikasi konvensi senjata kimia atau biologi."Karena tidak melihat perlunya penangkal nuklir lantaran kerugiannya jauh lebih besar daripada potensi manfaatnya," imbuh dia.
Menyebut bahwa diplomasi Mesir secara konsisten mengadvokasi Timur Tengah yang bebas dari senjata pemusnah massal, Aboul Gheit mengatakan bahwa inspeksi internasional terhadap fasilitas nuklir Israel bisa menjadi "tak terelakkan".
Dia juga dilaporkan mengatakan bahwa perkembangan semacam itu dapat memicu krisis eksistensial regional, yang memaksa Washington untuk mempertimbangkan kembali perlindungannya yang telah lama berlaku terhadap Israel.
"Israel bahkan tidak dapat menggunakan senjata nuklirnya selama perang 1973," kata Aboul Gheit.
Sementara itu, citra satelit telah mengungkapkan peningkatan pekerjaan konstruksi di Pusat Penelitian Nuklir Shimon Peres Negev, menurut laporan Al Mayadeen, yang menambahkan bahwa situs tersebut telah lama diyakini sebagai pusat program senjata nuklir rahasia Israel.
Disebutkan bahwa citra satelit terbaru, yang diambil pada 5 Juli oleh Planet Labs PBC menunjukkan aktivitas yang meluas di lokasi tersebut, termasuk apa yang tampak seperti fasilitas bawah tanah yang dalam dengan beberapa tingkat.
Laporan itu mengungkap dinding penahan beton tebal dan derek besar terlihat, menunjukkan perkembangan besar di area yang sebelumnya digali.
Disebutkan bahwa para analis berpendapat bahwa ini bisa menandakan pembangunan reaktor air berat baru atau mungkin fasilitas untuk merakit hulu ledak nuklir.
Laporan surat kabar Lebanon juga membandingkannya dengan citra satelit sebelumnya pada tahun 2021 yang menunjukkan tahap awal penggalian, sebuah lubang persegi panjang dengan panjang sekitar 150 meter dan lebar 60 meter, di dekat reaktor air berat asli lokasi tersebut.
Sementara itu, data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) meperkirakan Israel memiliki 90 hulu ledak nuklir. Namun, pembocor program nuklir Israel; Mordechai Vanunu, pernah mengungkap bahwa rezim Zionis memiliki 200 hulu ledak nuklir.
(mas)