Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Donald Trump Featured Nuklir Rusia Vladimir Putin

    Trump Merespons Uji Rudal Nuklir Burevestnik Rusia: Putin Harusnya Akhiri Perang, Bukan Tes Misil SindoNews

    4 min read

     

    Trump Merespons Uji Rudal Nuklir Burevestnik Rusia: Putin Harusnya Akhiri Perang, Bukan Tes Misil

    Selasa, 28 Oktober 2025 - 10:06 WIB


    Presiden AS Donald Trump menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin harusnya mengakhiri perang di Ukraina ketimbang uji rudal nuklir Burevestnik. Foto/White House
    A
    A
    A
    WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah merespons pengumuman Presiden Rusia Vladimir Putin tentang kesukesan uji coba rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik. Menurutnya, pengumuman Putin tidak pantas di tengah meningkatnya ketegangan antara Moskow dan Washington terkait perang Rusia-Ukraina.

    Putin mengatakan pada hari Minggu bahwa Rusia telah berhasil menguji coba rudal jelajah Burevestnik yang unik dan berkemampuan nuklir, yang digambarkan Kremlin sebagai bagian dari upaya untuk memastikan keamanan nasional negara.

    Ketika ditanya pada hari Senin oleh wartawan di Air Force One tentang uji coba rudal nuklir Rusia, Trump mengatakan Putin seharusnya fokus mengakhiri perang dengan Ukraina daripada menguji coba rudal.

    Baca Juga: 7 Rudal Jelajah Terkuat di Dunia, Burevestnik Bertenaga Nuklir yang Paling Mengerikan

    "Saya rasa Putin juga tidak pantas mengatakan ini: Kalian seharusnya mengakhiri perang, perang yang seharusnya berlangsung selama satu minggu kini telah memasuki tahun keempat, itulah yang seharusnya kalian lakukan alih-alih menguji coba rudal," kata Trump, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (28/10/2025).

    Lebih lanjut, Trump membanggakan kapal selam nuklir AS yang mudah menjangkau wilayah Rusia.

    "Mereka tahu kami punya kapal selam nuklir, yang terhebat di dunia, tepat di lepas pantai mereka, jadi maksud saya, kapal itu tidak perlu menempuh jarak 8.000 mil," kata Trump.

    "Kami menguji coba rudal setiap saat," imbuh Trump.

    Sehari sebelumnya, mengenakan seragam militer dalam pertemuan dengan para jenderal tinggi Rusia, Putin memuji rudal tersebut sebagai sebuah terobosan.

    “Ini benar-benar senjata unik, yang tidak dimiliki negara lain di dunia,” ujarnya, sembari memerintahkan persiapan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk membawa sistem tersebut ke layanan militer.

    Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, memberi tahu Putin bahwa uji coba telah berlangsung pada hari Selasa, dengan rudal tersebut terbang sekitar 8.700 mil (14.000 km) selama 15 jam.

    Sergei Ryabkov, seorang ajudan dekat Putin, mengatakan kepada media Rusia bahwa Moskow telah memberi tahu AS sebelumnya tentang rencana uji coba rudal tersebut.

    Putin pertama kali memperkenalkan Burevestnik yang dia klaim "tak terkalahkan" pada tahun 2018. Menurutnya, rudal tersebut memiliki jangkauan yang hampir tak terbatas dan dapat menghindari sistem pertahanan rudal AS.

    "Tidak ada yang mau mendengarkan kami. Jadi dengarkan sekarang," katanya saat itu.

    Sistem rudal nuklir ini menjadi berita utama media-media internasional pada tahun 2019 setelah uji coba yang gagal di Arktik menyebabkan ledakan yang menewaskan sedikitnya lima ilmuwan Rusia.

    Terlepas dari klaim Putin, para pakar telah meragukan klaim bahwa rudal tersebut tak terkalahkan.

    "Rudal jelajah bertenaga nuklir Rusia, Burevestnik, bukannya tak terkalahkan...Pesawat NATO bisa mencegatnya," tulis Jeffrey Lewis, pakar nonproliferasi nuklir di Middlebury Institute, Monterey, California, di X.

    "Masalahnya, Burevestnik merupakan langkah lain dalam perlombaan senjata yang tidak menawarkan kemenangan bagi kedua belah pihak," ujarnya.

    Meskipun Moskow dan Washington berulang kali menyatakan keinginan untuk menghentikan perlombaan senjata, hanya sedikit kemajuan yang dicapai. Kremlin baru-baru ini mengkritik upaya Trump untuk mengembangkan perisai rudal—yang dikenal sebagai Golden Dome—yang diklaimnya akan membuat AS kebal terhadap serangan musuh.

    November lalu, Moskow menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir, sebuah langkah yang secara luas dianggap menandakan kesiapannya untuk merespons secara agresif terhadap ancaman yang dirasakan.

    Tak lama kemudian, Rusia mengerahkan rudal Oreshnik barunya yang berkemampuan nuklir di medan perang di Ukraina.

    Waktu uji coba Burevestnik Rusia patut dicatat, terjadi di tengah meningkatnya sikap Kremlin terhadap persenjataan nuklir dan jeda dalam perundingan AS-Rusia mengenai perang di Ukraina.

    Pekan lalu, Putin mengawasi latihan pasukan nuklir strategis Rusia, yang mencakup latihan peluncuran rudal. Dia juga memperingatkan akan adanya "respons yang sangat serius, bahkan menghancurkan" jika Ukraina melancarkan serangan lebih lanjut jauh di dalam wilayah Rusia dengan rudal Tomahawk—yang belum dipasok oleh AS.

    Televisi pemerintah Rusia pada hari Minggu secara terbuka menggambarkan latihan tersebut sebagai peringatan bagi Barat.

    Sergei Karaganov, seorang analis kebijakan luar negeri Rusia yang berpengaruh dan berpandangan agresif, mengatakan dalam sebuah acara bincang-bincang bahwa latihan tersebut merupakan "latihan untuk serangan pertama, yang dimaksudkan sebagai hukuman atau peringatan jika terjadi agresi lebih lanjut terhadap Rusia."

    Hubungan antara Putin dan Trump terpukul serius setelah pemerintah AS mengumumkan sanksi mendadak Rabu lalu terhadap dua produsen minyak terbesar Rusia dan sekitar tiga lusin anak perusahaan mereka—tindakan yang dapat sangat merusak pendapatan energi vital Moskow.

    Kejengkelan lebih lanjut terhadap Washington terlihat dalam sebuah wawancara akhir pekan lalu oleh menteri luar negeri veteran Rusia, Sergei Lavrov, yang mengatakan bahwa posisi pemerintahan Trump terkait perang di Ukraina telah "berubah secara radikal".

    Dalam wawancara dengan seorang reporter Hungaria, Lavrov mengkritik seruan Trump agar Rusia dan Ukraina membekukan garis depan dan menyetujui gencatan senjata—sebuah gagasan yang ditolak Moskow.
    (mas)
    Komentar
    Additional JS