USAI TEMBAK MATI Guru, Pekerja Jalan, dan Dua TNI, KKB Minta TNI Jangan Gunakan Serangan Udara - Tribun-medan
USAI TEMBAK MATI Guru, Pekerja Jalan, dan Dua TNI, KKB Minta TNI Jangan Gunakan Serangan Udara - Tribun-medan.com
TRIBUN-MEDAN.COM - Dalam rentang waktu akhir September hingga pertengahan Oktober 2025, berbagai serangan bersenjata, pembakaran fasilitas pendidikan, dan aksi teror terhadap warga sipil dilakukan Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat.
Anehnya, usai membunuh pekerja jalan, guru, dan anggota TNI, Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengeluarkan pernyataan keras bahwa pihaknya akan melancarkan serangan ulang terhadap pos militer di Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, jika TNI melakukan serangan balasan.
Sebby Sambom juga menyampaikan imbauan kepada Presiden Prabowo dan Panglima TNI agar tidak melakukan serangan balasan menggunakan pesawat tempur atau drone di area warga sipil wilayah konflik bersenjata Papua.
Ancaman ini tidak hanya terbatas pada satu wilayah, tetapi juga mencakup daerah lain seperti Pegunungan Bintang, Intan Jaya, Paniai, Yahukimo, dan Nduga.
Sebby juga menegaskan bahwa TNI-Polri harus segera meninggalkan Papua dan membantu evakuasi warga pendatang guna menghindari serangan dari berbagai Komando Daerah Pertahanan (Kodap) TPNPB.
Ia menyatakan, “Patuhi aturan zona perang kami, dan kalian akan selamat.”
Kontak Senjata dan Korban Jiwa
Sejak akhir September hingga 11 Oktober 2025, terjadi kontak senjata di berbagai titik yang menewaskan dua prajurit TNI dan melukai beberapa lainnya.

Salah satu korban adalah Praka Amin Nurohman dari Yonif 410/Alugoro yang tewas dalam serangan terhadap Pos Moyeba di Distrik Moskona Utara.
Serangan ini juga mengakibatkan perampasan senjata laras panjang milik korban.
Kodam XVIII/Kasuari melalui Letkol Justianus Daniel Manalu mengecam keras aksi tersebut dan menyatakan komitmen untuk mengejar pelaku.
“Ini bentuk kekejaman dan kekejian yang dilakukan OPM terhadap TNI, Polri, maupun masyarakat umum,” ujarnya.
Serangan Balasan dan Klaim TPNPB
TPNPB-OPM mengklaim bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di dua lokasi berbeda pada 11 Oktober.
Letda Fauzy A dari Yonif 733/AVT tewas di Kiwirok, Pegunungan Bintang, sebagai balasan atas serangan udara TNI menggunakan pesawat Super Tucano yang menjatuhkan bom MK-81 dan MK-82 di pemukiman warga.
Sementara itu, Kodap IV Sorong Raya juga mengklaim menembak mati Praka Amin Nurohman dan merebut senjata miliknya.
Serangan terhadap Fasilitas Pendidikan
Kekerasan juga menyasar sektor pendidikan.
Pada 7 Oktober 2025, KKB Ngalum Kupel membakar SMP Negeri Kiwirok di Desa Sopamikma, Distrik Kiwirok.
Ini bukan kali pertama sekolah tersebut menjadi target; pada 2021, bangunan yang sama juga dibakar.
Brigjen Pol. Faizal Ramadhani dari Operasi Damai Cartenz menyebut aksi ini sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan menegaskan komitmen aparat untuk memburu pelaku.
Guru dan Pekerja Sipil Jadi Korban
Selain aparat, warga sipil juga menjadi korban.
Pada 10 Oktober, Melani Wamea (31), seorang guru di Sekolah Jhon D. Wilson, tewas dianiaya saat menuju lokasi penanaman pohon di Kampung Holuwon, Yahukimo.
Sementara itu, pada 8 Oktober, seorang pekerja jalanan ditembak mati di perbatasan Kampung Ndugusiga dan Bambu Kuning. Pelaku diduga kelompok KKB pimpinan Daniel Aibon Kogoya.
Serangan terhadap Pos TNI
Pada 25 September, kontak tembak terjadi antara Satgas Pamtas RI–PNG Yonif 753/AVT dan KKB di Distrik Kiwirok.
Pratu Haris Umaternate gugur, dan dua rekannya terluka.
(*/Tribun-medan.com)
Artikel telah tayang sebagian di TribunJambi.com