Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bali Featured

    5 Pelanggaran Berat Bikin Gubernur Bali Perintahkan Penghentian Pembangunan Lift Pantai Kelingking - Kompas TV

    5 min read

     

    5 Pelanggaran Berat Bikin Gubernur Bali Perintahkan Penghentian Pembangunan Lift Pantai Kelingking

    Kompas.tv - 23 November 2025, 14:05 WIB


    Pansus TRAP DPRD Bali dan Satpol PP Bali menutup sementara pembangunan lift kaca di tebing Pantai Kelingking, Klungkung, Jumat 31/10/2025. Gubernur Bali Wayan Koster memerintahkan penghentian proyek pembangunan lift kaca di tebing Pantai Kelingking, karena ada 5 pelanggaran yang dilakukan perusahaan pengembang, Minggu (23/11/2025). (Sumber: ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)

    DENPASAR, KOMPAS.TV- Pembangunan lift kaca di tebing Pantai Kelingking, Kabupaten Klungkung mengundang polemik yang membuat Gubernur Bali Wayan Koster secara tegas memerintahkan penghentian pembangunan proyek tersebut. Pasalnya, ada lima pelanggaran berat yang terjadi pada pembangunan lift kaca di Pantai Kelingking.

    Perintah ke perusahaan yang membangun proyek tersebut, sebut Koster, berdasarkan pertimbangan lima jenis pelanggaran berat yang telah dilakukan serta rekomendasi Pansus Tata Ruang Aset dan Perizinan DPRD Bali.

    Bersama Bupati Klungkung, I Made Satria, Wayan Koster juga memandang kepentingan masa depan Bali berkaitan dengan menjaga alam, manusia, dan kebudayaan Bali dan penyelenggaraan kepariwisataan berbasis budaya, berkualitas, dan bermartabat.

    “Maka saya memutuskan mengambil tindakan tegas, berupa memerintahkan kepada PT Indonesia Kaishi Tourism Property Investment Development Group menghentikan seluruh kegiatan pembangunan lift kaca,” kata Gubernur Bali, melansir Antara, Minggu (23/11/2025).

    Sebelum memutuskan ini, Gubernur Bali terlebih dahulu menjelaskan bahwa lift kaca di Pantai Kelingking tepatnya Desa Bunga Mekar, Nusa Penida, dibangun terbagi tiga wilayah. Pertama, pada wilayah A di dataran bagian atas jurang, investor membangun loket tiket seluas 563,91 m2 yang merupakan lahan kewenangan Kabupaten Klungkung, pelaksanaannya harus sesuai dengan Perda RTRWP Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2020 dan Perda RTRW Kabupaten Klungkung Nomor 1 Tahun 2013.

    Kedua, pada wilayah B daratan di bagian jurang, berada di alas hak tanah negara, yang merupakan kewenangan pemerintah pusat atau setidaknya Pemprov Bali. Ketiga, pada wilayah C, pantai dan perairan pesisir di dataran bagian bawah jurang atau alas lift kaca, yang merupakan kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Pemprov Bali.

    Dari tiga bagian ini ditemukan tiga jenis bangunan yang dibuat investor yaitu bangunan loket di bibir jurang, bangunan jembatan layang penghubung loket dengan lift kaca, dan bangunan lift kaca sendiri yang berisi restoran dan pondasi.

    Berangkat dari keadaan di lapangan, Pemprov Bali dibantu Pansus TRAP DPRD Bali menghitung temuan pelanggaran seperti pertama, melanggar Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang RTRWP Bali 2009-2029 dengan sanksi administratif pembongkaran bangunan dan pemulihan fungsi ruang.

    Alasan kedua, pelanggaran PP Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dengan sanksi administratif paksaan pemerintah untuk pembongkaran.

    Stage U

    Lalu alasan ketiga, melanggar PP Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dengan sanksi penghentian seluruh kegiatan.

    Alasan keempat, melanggar Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dijabarkan dalam Keputusan Gubernur Bali Nomor 1828 Tahun 2017 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida di Provinsi Bali dengan sanksi administratif berupa pembongkaran bangunan.

    “Dan (alasan) kelima pelanggaran pariwisata berbasis budaya, yang diatur dengan Perda Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali, bentuk pelanggarannya karena mengubah keorisinilan daerah tujuan wisata, sanksinya pidana,” ujar Gubernur Koster.

    Ia menjelaskan keputusan penghentian pembangunan ini diambil Pemprov Bali sebagai penegasan agar ke depan penyelenggaraan usaha atau investasi di Bali memperhatikan aspek peraturan perundang-undangan, pelestarian ekosistem alam, budaya, serta kearifan lokal Bali.

    “Upaya ini merupakan penegasan agar ke depan tidak terjadi kembali berbagai bentuk pelanggaran oleh para pemangku kepentingan,” ucapnya.

    Lebih jauh, selain meminta investor menghentikan pembangunan, Gubernur Bali memberi arahan pembongkaran seluruh bangunan yang melanggar secara mandiri dalam waktu 6 bulan. Investor juga diminta melakukan pemulihan fungsi ruang setelah pembongkaran dalam waktu paling lama 3 bulan.

    Pemprov Bali sendiri sangat mendukung dan membutuhkan investasi, namun ke depan hendaknya didasarkan atas niat baik, mencintai Bali, menjaga Bali, dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan alam, manusia, dan kebudayaan Bali secara bijak, bukan berorientasi pada eksploitasi.

    Tag
    Komentar
    Additional JS