AS Terus Meneror Maduro, Kali Ini 2 Pesawat Pengebom B-52 Dekati Venezuela - SINDOnews
2 min read
AS Terus Meneror Maduro, Kali Ini 2 Pesawat Pengebom B-52 Dekati Venezuela
Jum'at, 07 November 2025 - 10:58 WIB
Pesawat pengebom B-52 AS terbang mendekati Venezuela dengan dalih operasi anti-narkoba. Namun, Venezuela khawatir tujuan sebenarnya adalah menggulingkan rezim Presiden Nicolas Maduro. Foto/USAF
A
A
A
CARACAS - Sepasang pesawat pengebom B-52 Amerika Serikat (AS) telah terbang di atas Laut Karibia dekat Venezuela pada hari Kamis. Ini merupakan unjuk kekuatan keempat oleh pesawat-pesawat militer Amerika dalam beberapa pekan terakhir, yang secara tidak langsung meneror rezim Presiden Nicolas Maduro.
Penerbangan dua pesawat pengebom B-52 ini terjadi di tengah kampanye militer Washington terhadap para tersangka penyelundup narkoba di wilayah tersebut. Meski pengerahan aset-aset tempur Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS selama ini diklaim bertujuan untuk mengekang perdagangan narkoba, tetapi memicu kekhawatiran di Caracas bahwa penggulingan rezim Maduro adalah tujuan sebenarnya.
Data dari situs pelacakan Flightradar24, yang dikutip AFP, Jumat (7/11/2025), menunjukkan kedua pesawat pengebom tersebut terbang sejajar dengan pesisir Venezuela, kemudian berputar di timur laut Caracas sebelum kembali menyusuri pesisir dan berbelok ke utara, lalu terbang lebih jauh ke laut.
Baca Juga: Terungkap, Pasukan Khusus AS Incar Habisi Presiden Venezuela Maduro dengan 3 Cara
Ini setidaknya keempat kalinya pesawat militer AS terbang di dekat Venezuela sejak pertengahan Oktober, di mana B-52 telah melakukannya pada satu kesempatan sebelumnya, dan pesawat pengebom B-1B pada dua kesempatan lainnya.
Amerika Serikat juga telah memerintahkan kelompok tempur kapal induk USS Gerald R Ford ke Amerika Latin, di samping pengerahan jet-jet tempur siluman F-35 ke Puerto Riko, dan saat ini enam kapal Angkatan Laut AS berada di Karibia sebagai bagian dari apa yang disebutnya sebagai upaya antinarkotika.
Pasukan Washington telah melakukan serangan terhadap setidaknya 17 kapal yang diduga penyelundup narkoba—16 kapal dan sebuah kapal selam—sejak awal September, menewaskan setidaknya 67 orang, menurut data resmi AS.
Namun Amerika Serikat belum merilis bukti bahwa kapal-kapal yang menjadi targetnya digunakan untuk menyelundupkan narkoba atau menimbulkan ancaman bagi negara yang dipimpin Presiden Donald Trump tersebut.
Ketegangan regional meningkat akibat kampanye dan peningkatan kekuatan militer AS, dengan Venezuela menuduh Washington berencana menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
Kementerian Luar Negeri Rusia pada Sabtu pekan lalu mengecam pengerahan kekuatan militer yang berlebihan oleh AS di Laut Karibia dengan dalih melawan perdagangan narkoba. Kementerian itu dan menegaskan kembali dukungannya terhadap pemimpin Venezuela.
"Kami dengan tegas mengecam penggunaan kekuatan militer yang berlebihan dalam melaksanakan operasi antinarkoba," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
"Tindakan tersebut melanggar undang-undang domestik AS...dan norma-norma hukum internasional," lanjut dia.
Dalam komentarnya, Zakharova mengatakan: "Rusia menegaskan dukungan tegas kami terhadap kepemimpinan Venezuela dalam mempertahankan kedaulatan nasionalnya."
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro menandatangani perjanjian kemitraan strategis di Moskow pada bulan Mei. Moskow dilaporkan telah mengerahkan sistem pertahanan rudal ke Caracas untuk membantu Venezuela mempertahankan diri.
Penerbangan dua pesawat pengebom B-52 ini terjadi di tengah kampanye militer Washington terhadap para tersangka penyelundup narkoba di wilayah tersebut. Meski pengerahan aset-aset tempur Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS selama ini diklaim bertujuan untuk mengekang perdagangan narkoba, tetapi memicu kekhawatiran di Caracas bahwa penggulingan rezim Maduro adalah tujuan sebenarnya.
Data dari situs pelacakan Flightradar24, yang dikutip AFP, Jumat (7/11/2025), menunjukkan kedua pesawat pengebom tersebut terbang sejajar dengan pesisir Venezuela, kemudian berputar di timur laut Caracas sebelum kembali menyusuri pesisir dan berbelok ke utara, lalu terbang lebih jauh ke laut.
Baca Juga: Terungkap, Pasukan Khusus AS Incar Habisi Presiden Venezuela Maduro dengan 3 Cara
Ini setidaknya keempat kalinya pesawat militer AS terbang di dekat Venezuela sejak pertengahan Oktober, di mana B-52 telah melakukannya pada satu kesempatan sebelumnya, dan pesawat pengebom B-1B pada dua kesempatan lainnya.
Amerika Serikat juga telah memerintahkan kelompok tempur kapal induk USS Gerald R Ford ke Amerika Latin, di samping pengerahan jet-jet tempur siluman F-35 ke Puerto Riko, dan saat ini enam kapal Angkatan Laut AS berada di Karibia sebagai bagian dari apa yang disebutnya sebagai upaya antinarkotika.
Pasukan Washington telah melakukan serangan terhadap setidaknya 17 kapal yang diduga penyelundup narkoba—16 kapal dan sebuah kapal selam—sejak awal September, menewaskan setidaknya 67 orang, menurut data resmi AS.
Namun Amerika Serikat belum merilis bukti bahwa kapal-kapal yang menjadi targetnya digunakan untuk menyelundupkan narkoba atau menimbulkan ancaman bagi negara yang dipimpin Presiden Donald Trump tersebut.
Ketegangan regional meningkat akibat kampanye dan peningkatan kekuatan militer AS, dengan Venezuela menuduh Washington berencana menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
Kementerian Luar Negeri Rusia pada Sabtu pekan lalu mengecam pengerahan kekuatan militer yang berlebihan oleh AS di Laut Karibia dengan dalih melawan perdagangan narkoba. Kementerian itu dan menegaskan kembali dukungannya terhadap pemimpin Venezuela.
"Kami dengan tegas mengecam penggunaan kekuatan militer yang berlebihan dalam melaksanakan operasi antinarkoba," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
"Tindakan tersebut melanggar undang-undang domestik AS...dan norma-norma hukum internasional," lanjut dia.
Dalam komentarnya, Zakharova mengatakan: "Rusia menegaskan dukungan tegas kami terhadap kepemimpinan Venezuela dalam mempertahankan kedaulatan nasionalnya."
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro menandatangani perjanjian kemitraan strategis di Moskow pada bulan Mei. Moskow dilaporkan telah mengerahkan sistem pertahanan rudal ke Caracas untuk membantu Venezuela mempertahankan diri.
(mas)