Australia Bikin Perjanjian Keamanan dengan Indonesia, Jawab Isu Rusia Ingin Kerahkan Pesawat Pengebom Nuklir ke RI - SINDOnews
2 min read
Australia Bikin Perjanjian Keamanan dengan Indonesia, Jawab Isu Rusia Ingin Kerahkan Pesawat Pengebom Nuklir ke RI
Kamis, 13 November 2025 - 10:59 WIB
Presiden Prabowo Subianto sampaikan pernyataan pers bersama Perdana Menteri Australia Anthony Albanese usai meninjau Kapal HMAS Canberra di Garden Island Naval Base, Sydney, Australia, Rabu (12/11/2025). Foto/Biro Pers Media dan Informasi Setpres RI
A
A
A
SYDNEY - Australia dan Indonesia sepakat membuat Perjanjian Keamanan Bersama selama kunjungan Presiden Prabowo Subianto, kemarin. Meski demikian, Canberra menyadari bahwa Indonesia telah memiliki hubungan jangka panjang dengan Rusia.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Penny Wong menepis kekhawatiran tentang hubungan jangka panjang Indonesia dengan Rusia.
Diumumkan pada hari Rabu, Perjanjian Keamanan Bersama Australia-Indonesia dimodelkan secara ketat berdasarkan kesepakatan tahun 1995 yang disepakati oleh Perdana Menteri Paul Keating saat itu, meskipun kemudian dibatalkan selama krisis Timor Timur empat tahun kemudian.
Baca Juga: Spesifikasi Tupolev Tu-95, Pesawat Pengebom Nuklir Rusia yang Disebut Akan Dikerahkan ke Indonesia
Rinciannya belum dirampungkan, tetapi diperkirakan Perdana Menteri Anthony Albanese akan menandatanganinya pada kunjungan berikutnya ke Indonesia pada Januari mendatang.
Pada hari Kamis (13/11/2025), Menlu Wong mengatakan kepada Channel 9 bahwa pakta tersebut bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan tetangga terbesar Australia dan untuk menjaga keamanan di kawasan ini.
“Kita tahu bahwa memiliki hubungan yang kuat dengan tetangga kita, dengan kawasan kita, sangatlah penting saat ini," katanya.
Selama kampanye Pemilu bulan Mei, hubungan antara Jakarta dan Moskow menjadi sorotan dalam negeri Australia menyusul laporan bahwa Kremlin meminta kepada Indonesia untuk mengerahkan pesawat pengebom nuklir Tu-95 ke pangkalan udara di Biak, Papua, yang berjarak kurang dari 1.300 kilometer dari Darwin.
Laporan itu kemudian dibantah sebagai "tidak benar" oleh Menteri Pertahanan Richard Marles.
Menlu Wong, yang juga sebagai senator, ditanya apakah permintaan pengerahan pesawat Tu-95 tersebut masih diajukan oleh Rusia. Dia menjawab: "Kami tahu bahwa Indonesia telah memiliki hubungan yang panjang dengan Rusia."
"Cara terbaik kami menanggapi hal itu adalah dengan melakukan apa yang sedang kami lakukan, yaitu memperkuat hubungan kami dengan Indonesia, untuk memastikan kemitraan kami memungkinkan kami untuk lebih dekat dan berdiskusi tentang masalah-masalah yang sulit atau sensitif," paparnya.
Rusia, imbuh Wong, memiliki hubungan diplomatik yang panjang dengan beberapa negara, selain Indonesia, di kawasan ini.
Ketika ditanya oleh Sky News tentang respons China atas Perjanjian Keamanan Bersama yang baru diumumkan dengan Australia, Senator Wong menjawab: "Ya, saya tidak berbicara atas nama China. Saya berbicara atas nama Australia."
Awal tahun ini, Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, sebuah blok internasional yang memfasilitasi kerja sama antara kekuatan non-Barat di Eropa dan Asia, dan China serta Rusia merupakan anggota pendirinya.
Bagi Australia, Indo-Pasifik tetap menjadi fokus strategis utama untuk memperdalam kemitraan perdagangan, keamanan, dan pembangunan ekonomi, serta mengimbangi pengaruh China di kawasan ini.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Penny Wong menepis kekhawatiran tentang hubungan jangka panjang Indonesia dengan Rusia.
Diumumkan pada hari Rabu, Perjanjian Keamanan Bersama Australia-Indonesia dimodelkan secara ketat berdasarkan kesepakatan tahun 1995 yang disepakati oleh Perdana Menteri Paul Keating saat itu, meskipun kemudian dibatalkan selama krisis Timor Timur empat tahun kemudian.
Baca Juga: Spesifikasi Tupolev Tu-95, Pesawat Pengebom Nuklir Rusia yang Disebut Akan Dikerahkan ke Indonesia
Rinciannya belum dirampungkan, tetapi diperkirakan Perdana Menteri Anthony Albanese akan menandatanganinya pada kunjungan berikutnya ke Indonesia pada Januari mendatang.
Pada hari Kamis (13/11/2025), Menlu Wong mengatakan kepada Channel 9 bahwa pakta tersebut bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan tetangga terbesar Australia dan untuk menjaga keamanan di kawasan ini.
“Kita tahu bahwa memiliki hubungan yang kuat dengan tetangga kita, dengan kawasan kita, sangatlah penting saat ini," katanya.
Selama kampanye Pemilu bulan Mei, hubungan antara Jakarta dan Moskow menjadi sorotan dalam negeri Australia menyusul laporan bahwa Kremlin meminta kepada Indonesia untuk mengerahkan pesawat pengebom nuklir Tu-95 ke pangkalan udara di Biak, Papua, yang berjarak kurang dari 1.300 kilometer dari Darwin.
Laporan itu kemudian dibantah sebagai "tidak benar" oleh Menteri Pertahanan Richard Marles.
Menlu Wong, yang juga sebagai senator, ditanya apakah permintaan pengerahan pesawat Tu-95 tersebut masih diajukan oleh Rusia. Dia menjawab: "Kami tahu bahwa Indonesia telah memiliki hubungan yang panjang dengan Rusia."
"Cara terbaik kami menanggapi hal itu adalah dengan melakukan apa yang sedang kami lakukan, yaitu memperkuat hubungan kami dengan Indonesia, untuk memastikan kemitraan kami memungkinkan kami untuk lebih dekat dan berdiskusi tentang masalah-masalah yang sulit atau sensitif," paparnya.
Rusia, imbuh Wong, memiliki hubungan diplomatik yang panjang dengan beberapa negara, selain Indonesia, di kawasan ini.
Ketika ditanya oleh Sky News tentang respons China atas Perjanjian Keamanan Bersama yang baru diumumkan dengan Australia, Senator Wong menjawab: "Ya, saya tidak berbicara atas nama China. Saya berbicara atas nama Australia."
Awal tahun ini, Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, sebuah blok internasional yang memfasilitasi kerja sama antara kekuatan non-Barat di Eropa dan Asia, dan China serta Rusia merupakan anggota pendirinya.
Bagi Australia, Indo-Pasifik tetap menjadi fokus strategis utama untuk memperdalam kemitraan perdagangan, keamanan, dan pembangunan ekonomi, serta mengimbangi pengaruh China di kawasan ini.
(mas)