Banjir Asia Tenggara Tewaskan 245 Orang, Sumatera-Vietnam Terbanyak - Kompas
Banjir Asia Tenggara Tewaskan 245 Orang, Sumatera-Vietnam Terbanyak
BANDA ACEH, KOMPAS.com - Banjir Asia Tenggara yang melanda Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia menewaskan 245 orang hingga Jumat (28/11/2025) siang WIB.
Korban jiwa terbanyak berada di Vietnam dan Indonesia, yakni masing-masing 98 dan 90 orang. Sementara itu, rumah sakit di Thailand menyatakan kamar jenazahnya penuh dengan 55 korban jiwa, dan banjir di Malaysia merenggut dua nyawa.
Kantor berita AFP melaporkan, hujan deras yang mengguyur Indonesia, Malaysia, dan Thailand selatan dalam beberapa hari terakhir memicu banjir besar dan tanah longsor.
Bencana ini merendam permukiman, menutup akses jalan, dan memutus komunikasi serta aliran listrik di sejumlah wilayah.
Banjir Sumatera terparah
“Kami fokus evakuasi dan pemberian bantuan,” ujar Kabid Humas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Ferry Walintukan, kepada AFP.
Ia menambahkan, akses ke sejumlah lokasi masih terputus. Komunikasi juga belum sepenuhnya pulih.
“Semoga cuaca membaik sehingga kami bisa mengerahkan helikopter ke lokasi yang paling parah terdampak,” katanya.
Di Medan, banjir setinggi pinggul terlihat menggenangi sejumlah ruas jalan. Warga meminta para pengemudi agar melaju perlahan untuk menghindari cipratan air yang masuk ke rumah-rumah mereka.
Beberapa warga tampak mengenakan jas hujan dan helm sepeda motor saat melintasi genangan air di tengah hujan yang masih turun.
Warga tak tidur semalaman
Misniati (53), warga Sumatera Barat, menceritakan dirinya berjuang melawan derasnya arus banjir saat hendak kembali ke rumah.
“Saya melihat jalanan tergenang sepulang dari shalat subuh di masjid,” tuturnya. “Saya mencoba berlari kembali ke rumah memberi tahu suami, dan air sudah mencapai pinggang.”
Ia hampir terseret arus deras sebelum tiba di rumah, yang saat itu sudah digenangi air setinggi dada.
“Kami tidak tidur sama sekali tadi malam, kami cuma memerhatikan air,” ujarnya.
Bencana banjir dan tanah longsor memang kerap terjadi selama musim hujan tahunan yang berlangsung Juni-September.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, intensitas hujan meningkat akibat perubahan iklim.
Pola badai kini menjadi lebih sulit diprediksi. Suhu udara yang lebih hangat menyebabkan udara menyimpan lebih banyak uap air, sehingga meningkatkan curah hujan.
Di sisi lain, suhu laut yang menghangat turut memperkuat badai tropis di kawasan ini.
Banjir Thailand, kamar jenazah penuh

Sedikitnya 55 orang tewas di Provinsi Songkhla. Rumah Sakit Songkhla kini kehabisan ruang di kamar jenazah dan mulai mengandalkan truk-truk berpendingin.
“Kamar jenazah melebihi kapasitasnya, jadi kami membutuhkan lebih banyak,” kata Charn, petugas kamar jenazah di rumah sakit tersebut.
Jurnalis AFP merekam truk-truk pendingin berwarna putih yang diparkir di luar gedung utama rumah sakit.
Warga menyebut banjir naik dengan cepat, bahkan mencapai langit-langit lantai dua dalam waktu singkat.
“Air naik sampai plafon lantai dua,” kata Kamban Wongpanya (67), yang dievakuasi menggunakan perahu.
Pemilik toko bernama Chayaphol Promkleng sempat mengira tokonya aman karena saat itu banjir hanya setinggi mata kaki. Namun, keesokan harinya, ia mendapati tokonya sudah terendam air setinggi pinggang.
“Tidak ada yang bisa saya lakukan. Saya meninggalkan toko untuk menyelamatkan diri,” ujarnya.
Pemerintah Thailand pada Jumat langsung menskors Bupati Hat Yai karena diduga gagal menangani situasi darurat ini secara efektif.
Banjir Vietnam tewaskan nyaris 100 orang

Hujan lebat yang mengguyur kawasan selatan-tengah Vietnam sejak akhir Oktober memicu banjir berulang di sejumlah destinasi wisata populer.
Kota pesisir Nha Trang terendam banjir pekan lalu, dan tanah longsor memutus akses di jalur dataran tinggi sekitar kota wisata Dalat.
Puluhan ribu rumah di Dak Lak terendam banjir, sedangkan empat komune di provinsi itu masih tergenang pada Minggu, menurut Kementerian Lingkungan Hidup.
Kementerian juga menyebut lebih dari 80.000 hektar lahan padi dan tanaman pangan di Dak Lak, serta empat provinsi lain mengalami kerusakan dalam sepekan terakhir.
Jumlah ternak dan unggas yang mati atau hanyut melebihi 3,2 juta ekor.
Banjir juga rendam Malaysia

Wilayah utara negara bagian Perlis menjadi salah satu lokasi yang paling terdampak.
Sistem cuaca yang sebelumnya dikategorikan sebagai badai tropis kini diturunkan statusnya menjadi depresi tropis.
Akan tetapi, badai ini tetap membawa hujan lebat saat mencapai daratan pada Jumat pagi, memperparah kondisi di wilayah yang sebelumnya sudah dilanda banjir.