Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Kasus SMPN 19 Tangsel Spesial

    Cerita Tragis di Balik Bullying hingga Tewas Siswa SMPN 19 Tangsel - Beritasatu

    4 min read

     

    Cerita Tragis di Balik Bullying hingga Tewas Siswa SMPN 19 Tangsel

    Minggu, 16 November 2025 | 09:41 WIB
    AB
    S
    S

    Ilustrasi bullying (Freepik/Istimewa)

    Tangerang Selatan, Beritasatu.com - Di sebuah gang sempit di Kampung Maruga, Ciater, suasana duka menyelimuti rumah keluarga Muhamad Hisyam (MH). Kursi-kursi plastik yang ditata terburu-buru menandakan ada kabar besar yang baru datang, kabar yang tak pernah diinginkan siapa pun. Hisyam (13) siswa kelas VII SMPN 19 Tangerang Selatan yang sebelumnya kritis akibat dugaan perundungan, akhirnya mengembuskan napas terakhir setelah sepekan dirawat intensif di RS Fatmawati, Jakarta Selatan.

    ADVERTISEMENT

    Hisyam meninggal pada Minggu (16/11/2025) pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Telepon berdering di rumah keluarga. Dari ujung sambungan, suara paman korban, yang menunggu Hisyam di rumah sakit, terdengar berat. “Adik sudah pergi,” begitu kira-kira pesan yang disampaikan.

    BACA JUGA

    Sepekan Dirawat, Siswa SMP Serpong Korban Bullying Meninggal Dunia

    Kabar itu kemudian dibenarkan oleh kuasa hukum keluarga, Alvian. “Pagi tadi keluarga di rumah mendapat kabar dari pihak rumah sakit. Sekarang mereka menuju RS Fatmawati untuk menjemput jenazah,” ujarnya saat dihubungi Minggu (16/11/2025).

    ADVERTISEMENT

    Perjalanan keluarga ke rumah sakit itu bukan lagi perjalanan untuk menunggu keajaiban, melainkan perjalanan terakhir mengantar pulang seorang anak yang hidupnya direnggut terlalu cepat. “Mohon doanya untuk almarhum,” kata Alvian menutup percakapan singkatnya.

    Kronologi kejadian

    Hisyam dilarikan ke rumah sakit setelah peristiwa tragis 20 Oktober 2025. Di ruang kelasnya, saat jam istirahat hampir tiba, ia dipukul menggunakan bangku besi oleh teman sekelasnya. Pukulan itu mengenai kepala.

    Menurut keluarga, itu bukan kali pertama. Sejak awal tahun ajaran, Hisyam disebut sering mengalami kekerasan hingga kerap pulang dengan tubuh lemas. Namun hari itu menjadi yang paling fatal.

    Setelah pulang ke rumah, kondisi Hisyam memburuk cepat. Penglihatannya kabur, tubuhnya seperti lumpuh, dan sehari kemudian ia sudah tak memiliki tenaga untuk berdiri. Keluarga baru diberi tahu sehari setelah kejadian, sebuah hal yang membuat mereka semakin terpukul. “Kami baru tahu tanggal 21 Oktober 2025. Sudah terlambat,” kata Rizki, sepupu korban.

    Mediasi sempat dilakukan. Pihak terduga pelaku disebut bersedia menanggung biaya pengobatan, namun janji itu tak pernah terrealisasi. Keluarga merasa ditinggalkan, baik oleh pihak pelaku maupun pihak sekolah yang kemudian menyarankan mereka mengadu ke dinas tanpa ada pendampingan berarti.

    Tindakan polisi

    Perkara ini sempat ditangani Polres Tangerang Selatan. Tiga kali penyidik datang ke sekolah, lima orang telah dimintai keterangan awal. KPAI juga turun tangan, mendesak proses hukum berjalan karena dugaan kekerasan fisik terhadap anak tidak bisa dianggap kasus ringan. Namun penyelidikan itu kini memasuki babak baru korban telah tiada.

    Pemerintah Kota Tangerang Selatan menyebut RS Fatmawati menemukan indikasi penyakit bawaan yang memperparah kondisi Hisyam, namun keluarga tetap yakin pukulan bangku besi dan rangkaian perundungan yang dialaminya adalah pemicu utama. Kini, mereka menanti satu hal adalah keadilan.

    BACA JUGA

    Kabar Terbaru Kasus Dugaan Bullying Siswa SMPN 19 Tangsel

    Di tengah segala kehilangan itu, keluarga hanya ingin masyarakat mengingat Hisyam bukan sebagai angka statistik kasus bullying, melainkan sebagai anak yang berhak tumbuh dengan aman. Rumah tempat ia dibesarkan kini dipenuhi pelayat, bukan tawa anak remaja yang seharusnya sedang sibuk belajar dan bermain.

    Komentar
    Additional JS