Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Banjir Dunia Internasional Featured Lintas Peristiwa

    Dinilai Remehkan Banjir, Walikota Hat Yai Diminta Mundur Warganet Thailand - Tribunnews

    7 min read

     

    Dinilai Remehkan Banjir, Walikota Hat Yai Diminta Mundur Warganet Thailand - Tribunnews.com

    Editor: Tiara Shelavie

    Facebook / narongponnapatalung
    WALIKOTA HAT YAI - Tangkap layar dari Walikota Hat Yai Narongporn Na Phatthalung saat memimpin rapat pada 8 Agustus 2025 lalu.Narongporn menjadi bulang-bulanan warganet karena dinilai meremehkan ancaman banjir dan gagal mempersiapkan evakuasi massal. 
    Ringkasan Berita:


    TRIBUNNEWS.COM - 
    Banjir bandang yang melanda kota Hat Yai di Provinsi Songkhla, sejak akhir pekan lalu telah menimbulkan kemarahan besar di kalangan warganet di Thailand.

    Kemarahan ini bisa dimaklumi mengingat per Jumat (28/11/2025) tercatat sudah 145 korban jiwa melayang, ribuan rumah terendam, dan infrastruktur lumpuh total.

    Puncak kemarahan warganet di Thailand sendiri tertuju pada Walikota Narongporn Na Phatthalung.

    Narongporn menjadi bulan-bulanan warganet karena dinilai meremehkan ancaman banjir dan gagal mempersiapkan evakuasi massal.

    Seruan agar walikota mundur kian menggema di media sosial, dengan warganet menuntut akuntabilitas penuh dari pemimpin lokal.

    Hal ini bisa dilihat dari sejumlah komentar keras yang mendera akun media sosial ofisial milik Pemkot Hat Yai.

    “Lebih dari 100 nyawa melayang. Bagaimana kalian bertanggung jawab?” tulis pengguna Facebook Pan Praphan Sirisophone.

    Pengguna Facebook Klaw Sangkhom juga menulis "Jika saya menjadi anda (Walikota Hat Yai), saya akan mengumumkan mengundurkan diri. Aku tidak tahu ke mana aku akan pergi setelah ini."

    Kecaman senada juga dilayangkan akun Ton Tan yang menulis: "Saya benar-benar merindukan kalimat "jaga-jaga". Sepertinya kamu tidak mengenal kata "Musibah". Anda benar-benar meremehkannya."

    Adapun sebagian besar kemarahan dari warganet di Thailand ini bermula dari apa yang dianggap banyak pihak sebagai sikap Walikota Narongporn yang dinilai terlalu meremehkan ancaman hujan lebat yang tak kunjung reda di wilayahnya.

    Alih-alih melakukan mitigasi dengan perencanaan evakuasi, Narongporn terus memberikan jaminan-jaminan kepada warganya bahwa banjir besar tak akan mendera Hat Yai,

    Pemerintah kota Hat Yai hanya memberi peringatan kepada sejumlah permukiman di dekat kanal-kanal yang mengalir ke Danau Songkhla, bukan peringatan untuk seluruh wilayah kota.

    “Kami menjamin banjir akan surut pada Sabtu jika tidak ada hujan lagi,” kata Narongporn pada Jumat pekan lalu (21/11/2025)

    Bahkan pada malam ketika hujan lebat kembali mengguyur kota, Walikota Hat Yai mengulangi pesan yang sama.

    Narongporn menyatakan bahwa peringatan siaga darurat bendera merah hanya berlaku bagi beberapa komunitas warga saja.

    “Kita akan melewati situasi ini. Air tidak akan merayap masuk ke rumah-rumah kalian seperti hari ini,” katanya saat meninjau pompa raksasa yang dipasang untuk mempercepat pengurasan.

    Adapun Narongporn terus menekankan bahwa keberadaan Kanal U-tapao dan Kanal Bhuminartdhamri akan membawa air berlebih ke Danau Songkhla sehingga situasi akan terus terkendali.

    Karena jaminan-jaminan yang diberikan oleh Narongporn ini, banyak warga Hat Yai yang kemudian enggan mengungsi.

    Alhasil, sebagian besar dari korban tewas di Provinsi Songkhla diyakini berada di Hat Yai karena kota ini paling parah terdampak.

    Tim penyelamat dari Pusat Operasi Tanggap Darurat Banjir pemerintah Thailand memperkirakan jumlah korban jiwa di kota ini saja akan melampaui 100 orang.

    Menanggapi kontroversi tersebut, pada Jumat (28/11/2025), Walikota Narongporn pun menyampaikan permohonan maaf.

    Narongporn mengakui adanya kesalahan dan kekurangan dalam penanganan kota.

    "Saya ingin menyampaikan permohonan maaf yang tulus kepada seluruh warga Hat Yai atas kesalahan penanganan situasi banjir ini. Bencana alam kali ini sangat berat dan melebihi kemampuan kami," ujarnya kepada program berita Channel 3.

    Berdasarkan pemberitahuan terbaru dari Pemerintah Thailand, per Jumat korban tewas akibat banjir di wilayah selatan Thailand telah mencapai 145 orang.

    Angka ini menjadi pembaruan akumulasi terbaru setelah sebelumnya dilaporkan 85 korban jiwa tewas pada Rabu (26/11/2025).

    Provinsi Songkhla tercatat sebagai daerah dengan korban jiwa tertinggi, di mana lebih dari 100 orang dilaporkan meninggal di wilayah ini, termasuk kawasan Hat Yai yang menjadi episentrum banjir terparah. 

    Korban terbanyak di luar Provinsi Songkhla ditemukan di Provinsi Nakhon Si Thammarat (9 orang).

    Setelahnya jumlah korban terbanyak diikuti oleh Provinsi Pattani (6 orang), Yala dan Satun (masing-masing 5 orang), Narathiwat dan Phatthalung (masing-masing 4 orang), serta Trang (2 orang).

    Meski sebagian besar genangan air mulai surut, pemerintah Thailand terus mengoperasikan tempat penampungan untuk pengungsi, dengan kapasitas tambahan mencapai 20.840 orang.

    (Tribunnews.com/Bobby)

    Komentar
    Additional JS