Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Kasus SMAN 72 Jakarta Spesial

    Fakta Baru Ledakan SMAN 72 Jakarta: Pelaku Beli Bahan Bom via Online, Ngaku ke Orang Tua untuk Ekskul - Liputan6

    8 min read

     

    Fakta Baru Ledakan SMAN 72 Jakarta: Pelaku Beli Bahan Bom via Online, Ngaku ke Orang Tua untuk Ekskul


    Menurut polisi, anak berhadapan dengan hukum itu juga beralasan laptopnya rusak, sehingga orang tua tidak banyak menaruh curiga dengan aktivitasnya di internet.

    Share
    Pasca Ledakan, SMAN 72 Jakarta Dijaga Ketat Personel Gabungan
    Ledakan pertama meletup dari dalam musala lantai tiga. Tampak dalam foto, petugas kepolisian berjaga di gerbang SMAN 72 Jakarta pada Jumat 7 November 2025. (AP Photo/Dita Alangkara)
    ... Selengkapnya

      Liputan6.com, Jakarta- Polisi mengungkap bahan peledak yang dimiliki anak berhadapan dengan hukum (ABH) dalam kasus ledakan SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Selatan dibeli secara online. ABH berdalih bahan itu untuk keperluan ekstrakurikuler.

      “Kalau barang-barang paket yang diterima itu, itu kan untuk ekstrakurikuler sekolah. Jadi tidak ada kecurigaan dari keluarga juga,” tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto kepada wartawan, Jumat (21/11/2025).

      BACA JUGA:

      “Iya seperti itu (beli online dikirim paket). Karena kan orang tuanya yang menerima,” sambungnya.

      Menurut Budi, anak berhadapan dengan hukum itu juga beralasan laptopnya rusak, sehingga orang tua tidak banyak menaruh curiga dengan aktivitasnya di internet.

      “Ya itu tentang sifat gelagat ABH sehari-hari. Terus ditanyakan, secara umum nggak ada perubahan. Terus termasuk dia menggunakan web, kan kalau menurut si ABH ke orang tuanya bahwa laptopnya itu rusak,” jelas dia.

      Budi mengatakan, keluarga mengakui bahwa sifat dan karakter dari anak berhadapan dengan hukum yang terlibat kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta ini memang tergolong pendiam. Sama halnya dalam bersosialisasi di lingkungan sekolah.

      “Ya itu kaget, nggak menyangka kan (keluarganya),” Budi menandaskan.

      Terinspirasi Penembakan Massal di Luar Negeri

      Mabes Polri mengungkapkan terduga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta mengalami perundungan atau bullying. Masalah ini membuat pelaku mudah terjerumus konten negatif di sosial media.

      Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyampaikan, terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta memang tidak terpapar jaringan terorisme. Namun, perundungan yang dialami mempermudah dirinya melakukan aksi nekat.

      “Salah satu kasus menonjol adalah peristiwa kejadian yang ada di SMA Negeri 72 Jakarta Utara pada 7 November 2005 yang lalu. Yang melibatkan anak, meski fenomena tersebut berbeda dengan radikalisasi online,” tutur Trunoyudo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

      “Di mana pelaku melakukan aksi karena menjadi korban bullying dari rekannya, dan meniru pelaku penembakan massal di luar negeri sebagai metode untuk melakukan aksi balas dendam, dan bukan melakukan aksi karena keyakinan atas salah satu paham atau ideologi,” sambungnya.

      Menurut Trunoyudo, pengalaman dirundung memang dapat mempermudah anak dan pelajar terpapar radikalisme. Jaringan terorisme memanfaatkan sosial media hingga game online untuk menarik minat secara perlahan.

      “Propaganda didisiminasi dengan menggunakan video pendek, animasi, meme, serta musik yang dikemas menarik untuk membangun kedekatan emosional dan memicu ketertarikan ideologis. Maka dari hasil assessment kerentanan anak dipengaruhi oleh sejumlah faktor sosial. Seperti apa, di antaranya adalah bullying dalam status sosial, broken home dalam keluarga,” jelas dia.

      Kurangnya perhatian dari keluarga juga dapat memudahkan anak dan pelajar terpapar radikalisme. Tidak ketinggalan usia yang memasuki remaja dan pencarian identitas jati diri.

      “Marginalisasi sosial, serta minimnya kemampuan literasi digital dan pemahaman agama,” kata Trunoyudo.

      BACA JUGA:

      Kondisi Terkini Pelaku

      Pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta masih menjalani perawatan meski kondisinya sudah jauh lebih baik. Namun demikian, anak berhadapan dengan hukum itu belum bisa dimintai keterangan.

      Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Budi Hermanto mengatakan, pelaku masih mengalami lemas dan pusing setelah alat selang makanan dilepas. Sehingga pemeriksaan belum bisa dilakukan.

      "Penyidik masih berkoordinasi dengan dokter yang menangani karena kondisinya masih lemas dan pusing pasca dilepas alat selang makanan," kata dia kepada wartawan, Senin (17/11/2025).

      Budi menambahkan, sebelum pelaku dimintai keterangan, penyidik juga harus memastikan kondisi medisnya benar-benar memungkinkan. Pemeriksaan jiga akanmelibatkan sejumlah lembaga pendamping sesuai prosedur Anak Berhadapan dengan Hukum.

      "Harus berkoordinasi dengan KPAI, Bapas, APSIFOR dan P3A dalam proses meminta keterangan," tandas dia.

      BACA JUGA:

      Ramai-Ramai Murid SMAN 72 Jakarta Ajukan Pindah Sekolah

      Insiden ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta berdampak pada proses belajar-mengajar di sekolah tersebut. Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengungkapkan bahwa sejumlah siswa kini mengajukan permohonan pindah sekolah karena merasa tidak nyaman kembali belajar di lokasi kejadian.

      Pramono menyampaikan hal itu setelah berdiskusi dengan Kepala SMAN 72 baru-baru ini.

      "Ternyata dampaknya juga di luar dugaan saya, banyak siswa yang kemudian minta pindah sekolah,” ujarnya di Gedung A Lantai 3 Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025).

      Dia menekankan perlunya langkah penyelamatan psikologis agar para siswa tidak semakin tertekan pasca-insiden.

      "Inilah yang juga menjadi pikiran. Saya sudah minta kepada sekolah dan termasuk Ibu Kepala Dinas, ini dirumuskan secara baik. Karena saya enggak mau kemudian dampaknya sampai panjang,” katanya.

      BACA JUGA:

      Kronologi Ledakan Versi Guru SMAN 72 Jakarta

      Ledakan terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta, Jalan Prihatin, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025). Insiden itu terjadi saat khotbah Jumat tengah berlangsung.

      Hal itu diungkap Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohamad Yohan berdasar keterangan salah satu guru Matematika SMA 72 Jakarta. Dia mengatakan, ratusan siswa dan guru saat itu sedang mengikuti khotbah Jumat di aula sekolah.

      "Ketika khotbah Jumat sedang berlangsung, tiba-tiba terdengar suara ledakan cukup keras dari arah belakang aula," kata Yohan dalam keterangannya, Jumat (7/11/2025).

      Saksi mata, Totong menceritakan, ledakan terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Saat itu, siswa dan guru SMA Negeri 72 sedang melaksanakan salat Jumat di masjid.

      "Saya kan lagi salat Jumat, di saf paling depan, ya langsung meledak. Pas ledakan langsung bubar, langsung pada keluar semua karena takut," cerita Totong, Jumat (7/11/2025).

      Totong mengaku mendengar suara ledakan keras dari tiga arah berbeda, baik di dalam maupun luar area sekolah. Menurutnya, ledakan itu terjadi secara berurutan, bukan dalam satu waktu bersamaan.

      "Ledakan tidak barengan. Setelah di satu titik, satu lagi. Jarak suaranya nggak lama," ujarnya.

      Setelah ledakan di tiga titik terjadi, Totong menyebut jemaah langsung menghubungi ambulans dan aparat penegak hukum. Tak lama, ambulans tiba di lokasi.

      Dia melihat puluhan orang mengalami luka-luka akibat ledakan tersebut. Mereka langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.

      "Korban dibawa ke RS Islam Cempaka Putih," ucapnya.

      Infografis Nestapa Si Anak Penyendiri di Balik Ledakan SMAN 72 Jakarta.
      Infografis Nestapa Si Anak Penyendiri di Balik Ledakan SMAN 72 Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
      Komentar
      Additional JS