Hasil Riset Mengejutkan: Orang Sering Marah Justru Lebih Fokus dan Kreatif di Tempat Kerja - Merdeka
Hasil Riset Mengejutkan: Orang Sering Marah Justru Lebih Fokus dan Kreatif di Tempat Kerja
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa emosi marah dapat meningkatkan kreativitas dan produktivitas seseorang.

Marah sering dianggap sebagai emosi negatif yang dimiliki oleh manusia. Dalam kondisi marah, seseorang biasanya tidak diperkenankan untuk mengemudikan kendaraan atau membalas pesan hingga perasaan tersebut mereda. Namun, berdasarkan informasi dari Fortune pada Senin, 10 November 2025, amarah sebenarnya dapat memberikan manfaat dalam pekerjaan seseorang.
Sebuah penelitian mengamati sekelompok orang yang marah dan menemukan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas dengan keterampilan pemecahan masalah yang lebih baik serta respons yang lebih cepat.
Studi tersebut mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan emosi lainnya, amarah dapat membantu manusia menyelesaikan tugas dengan lebih efisien, terutama pada tingkat yang menantang.
"Dalam berbagai penelitian, orang yang marah lebih sering berhasil mencapai tujuan mereka," ungkap Heather Lench, seorang profesor ilmu psikologi dan otak di Texas A&M University.
Lench juga menjelaskan bahwa produktivitas individu ketika marah dapat meningkat di tempat kerja. Dalam penelitiannya, dia memaparkan beberapa temuan, di mana sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian dipicu untuk merasakan kemarahan sebelum dihadapkan pada teka-teki kata yang harus mereka pecahkan.
Marah Dapat Mempercepat Waktu Reaksi dan Meningkatkan Respons

Penelitian yang dilakukan oleh Lench mengungkapkan bahwa individu yang merasakan kemarahan dapat menyelesaikan teka-teki hingga 40 persen lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang berada dalam keadaan emosi netral. Namun, peningkatan ini hanya terjadi pada teka-teki yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, sementara untuk teka-teki yang lebih mudah tidak menunjukkan perbedaan signifikan.
Lebih lanjut, Lench menjelaskan bahwa peserta yang marah dapat menyelesaikan level dalam video game dengan lebih baik. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kemarahan dapat mempercepat waktu reaksi, sehingga mereka lebih cepat dalam menghadapi tantangan yang ada dalam permainan tersebut.
Dalam tes terakhir, Lench memanipulasi pikiran peserta dengan memberikan gambaran tentang potensi kerugian finansial yang mungkin mereka hadapi. Akibatnya, peserta merasakan kemarahan dan berusaha untuk mencegah kerugian tersebut. "Kita merasa marah ketika ada perbedaan antara apa yang kita inginkan dengan apa yang kita hadapi sehingga capaian tersebut terhalang. Marah seharusnya dapat mengatasi halangan tersebut dan membantu kita mendapatkan apa yang kita inginkan," ujarnya.
Amarah Memiliki Beberapa Manfaat

Berbagai penelitian telah mengungkapkan keuntungan dari emosi marah yang dialami individu. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kemarahan dapat meningkatkan kreativitas seseorang. Ketika marah, individu sering kali menghasilkan banyak ide, sehingga membuat mereka lebih produktif.
Dalam konteks negosiasi, pihak yang menunjukkan kemarahan cenderung memiliki peluang lebih besar untuk menang dibandingkan lawan mereka. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan pihak lawan untuk mengalah ketika berhadapan dengan orang yang benar-benar marah, bukan yang berpura-pura marah.
Banyak karya terkenal lahir dari emosi marah yang dirasakan oleh penciptanya. Salah satu contohnya adalah film The Incredibles. Pada tahun 2019, Brad Bird, seorang sutradara dan animator di Pixar, mengungkapkan bahwa ia pernah marah kepada timnya karena mereka bekerja dengan cara yang dianggap tidak memuaskan.
Contoh lain yang menarik adalah merek pakaian terkenal Puma dan Adidas, yang didirikan oleh dua saudara laki-laki asal Jerman yang terlibat dalam perselisihan. Perseteruan di antara mereka menjadi latar belakang pendirian dua merek besar tersebut.
Mengelola Amarah Merupakan Kunci untuk Meningkatkan Produktivitas

Para peneliti merekomendasikan agar individu dapat mengelola kemarahan mereka. Hal ini penting karena kemarahan yang tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak negatif, seperti menyakiti orang lain di tempat kerja yang berpotensi menyebabkan pemecatan.
Kemarahan yang tidak dikelola dengan baik juga dapat berujung pada tindakan curang. Dalam sebuah studi, Lench mengungkapkan bahwa beberapa peserta yang gagal cenderung mengalami kemarahan dan melakukan kecurangan untuk mencapai hasil yang mereka inginkan.
Dengan demikian, Lench menyimpulkan bahwa kemarahan dapat berfungsi sebagai alat yang efektif dalam menyelesaikan masalah, asalkan dikelola dan diarahkan dengan benar.
Jika tujuan seseorang adalah menyelesaikan tugas, maka kemarahan dapat menjadi pendorong yang bermanfaat. Namun, jika seseorang hanya berusaha untuk terlihat baik melalui tindakan curang, maka kemarahan tidak akan membawanya pada keberhasilan.
Meskipun emosi positif umumnya lebih disukai oleh manusia, emosi negatif juga memiliki potensi untuk memberikan manfaat apabila diarahkan dengan tujuan yang konstruktif. Oleh karena itu, emosi negatif yang muncul sebaiknya tidak dihindari, melainkan dikelola dengan baik.
Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada emosi yang sepenuhnya merugikan atau menguntungkan. Dengan pengelolaan yang tepat, setiap emosi yang muncul dapat membantu individu dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.
Kata Pertama Uya Kuya Usai Dengar Vonis MKD Bareng Eko Patrio-Ahmad Sahroni di DPR