Iran Sita Kapal Tanker di Selat Hormuz Saat Berlayar ke Singapura, AS Pantau lewat Drone - Kompas.com
Iran Sita Kapal Tanker di Selat Hormuz Saat Berlayar ke Singapura, AS Pantau lewat Drone
TEHERAN, KOMPAS.com – Iran menyita sebuah kapal tanker berbendera Kepulauan Marshall saat melintasi Selat Hormuz pada Jumat (14/11/2025), menurut pejabat Amerika Serikat (AS) yang enggan disebutkan namanya.
Penahanan tersebut membuat kapal memasuki perairan teritorial Iran dan menjadi pencegatan pertama dalam beberapa bulan terakhir di jalur pelayaran strategis tersebut.
Pemerintah Iran belum memberikan pernyataan resmi mengenai insiden ini. Situasi berlangsung di tengah meningkatnya ancaman balasan Teheran setelah perang 12 hari dengan Israel pada Juni lalu yang berujung pada serangkaian serangan AS ke situs nuklir Iran.
"Kapal tanker bernama Talara sedang berlayar dari Ajman, Uni Emirat Arab, menuju Singapura ketika dicegat pasukan Iran," kata pejabat pertahanan AS tersebut, sebagaimana diberitakan ABC News.
Sebuah drone MQ-4C Triton milik Angkatan Laut AS memantau area di atas posisi Talara selama berjam-jam pada Jumat, berdasarkan data pelacakan penerbangan yang dianalisis Associated Press.
Sementara itu, perusahaan keamanan maritim swasta, Ambrey, menggambarkan pencegatan itu dilakukan oleh tiga kapal kecil yang mendekati Talara sebelum insiden berlangsung.
Pusat Operasi Perdagangan Maritim Inggris Raya (UKMTO) mengonfirmasi laporan terpisah mengenai insiden tersebut. UKMTO menyebut ada kemungkinan aktivitas negara yang memaksa Talara berbelok ke perairan teritorial Iran.
Columbia Shipmanagement yang berbasis di Siprus menyatakan telah kehilangan kontak dengan kapal tanker yang membawa gasoil berkadar sulfur tinggi itu.
“Perusahaan tersebut telah memberi tahu otoritas terkait dan bekerja sama dengan semua pihak terkait termasuk badan keamanan maritim dan pemilik kapal untuk memulihkan kontak dengan kapal tersebut. Keselamatan awak kapal tetap menjadi prioritas utama kami,” ujar perusahaan itu dalam keterangan tertulis.
Angkatan Laut AS selama ini menuding Iran sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangkaian serangan ranjau limpet terhadap kapal-kapal tanker pada 2019.
AS juga menyalahkan Iran atas serangan drone mematikan terhadap kapal tanker milik Israel pada 2021 yang menewaskan dua awak kapal asal Eropa.
Ketegangan mulai meningkat setelah Presiden AS Donald Trump pada masa jabatan pertamanya menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015. Penarikan diri itu memicu gelombang aksi balasan Iran terhadap kapal-kapal komersial di kawasan Teluk.
Penyitaan besar terakhir oleh Iran terjadi pada Mei 2022 ketika dua kapal tanker Yunani ditahan selama beberapa bulan hingga akhirnya dibebaskan pada November tahun yang sama.
Serangan terhadap rute pelayaran kemudian mereda setelah kelompok Houthi yang didukung Iran melancarkan serangan besar terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah selama perang Israel–Hamas.
Dampak serangan Houthi tersebut membuat aktivitas pelayaran di jalur penting itu menurun tajam.
Ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat kembali meningkat pada tahun ini. Konflik Gaza memperburuk situasi hingga memicu perang 12 hari berskala penuh pada Juni.
Iran berkali-kali menyatakan mampu menutup Selat Hormuz, muara sempit di Teluk Persia yang menjadi jalur sekitar 20 persen perdagangan minyak global.
Armada ke-5 Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain tetap berpatroli di kawasan tersebut guna menjaga kelancaran pelayaran internasional.