Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Jepang

    Jepang Dihantam Badai PHK, Ribuan Pekerja Lansia Terpaksa Pensiun Dini - Viva

    3 min read

     

    Jepang Dihantam Badai PHK, Ribuan Pekerja Lansia Terpaksa Pensiun Dini

    Jumat, 21 November 2025 - 16:00 WIB
    Oleh :

    Share :

    Jakarta, VIVA – Jepang kini menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan program pensiun dini yang mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Fenomena ini muncul di tengah tekanan demografis yang semakin nyata, di mana angka kelahiran menurun, populasi menua, dan harapan hidup yang semakin panjang. 

    Baca Juga :

    Perusahaan-perusahaan besar seperti Panasonic Holdings Corp, Japan Display Inc, Mitsubishi Electric Corp, dan Meiji Holdings Co berupaya menyeimbangkan tenaga kerja yang menua dengan kebutuhan untuk meningkatkan daya saing di pasar global.

    Hingga 10 November 2025, tercatat 11.045 karyawan dari perusahaan publik menjadi target program pensiun dini, angka tertinggi sejak 2021 menurut data Tokyo Shoko Research Ltd. Lebih dari 90 persen dari karyawan ini berasal dari perusahaan yang terdaftar di Tokyo Stock Exchange Prime Market, khususnya di sektor peralatan listrik, makanan, produk logam, dan mesin. 

    Baca Juga :

    Program ini sebagian besar menargetkan karyawan berusia 50 tahun ke atas, menandai pergeseran dari model pekerjaan seumur hidup tradisional Jepang yang selama ini menjadi ciri khas budaya kerja nasional.

    Ilustrasi Pensiun Dini

    Banyak perusahaan masih memperpanjang usia pensiun hingga minimal 65 tahun, namun sejumlah besar justru mendorong karyawan senior untuk keluar lebih awal sebagai bagian dari restrukturisasi. Langkah ini dinilai penting untuk meningkatkan efisiensi, menghilangkan pekerjaan yang redundan, dan memperkuat produktivitas. 

    “Fokus kini adalah menghilangkan tugas-tugas redundan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi,” kata Shintaro Iwai, ekonom dari Dai-ichi Life Research Institute, sebagaimana dikutip dari Fast Bull, Jumat, 21 November 2025.

    Menariknya, program pensiun dini ini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang sedang merugi. Dari 41 perusahaan yang melaksanakan program tersebut tahun ini, 28 perusahaan tetap mencatat keuntungan, dan 77 persen dari PHK berasal dari perusahaan yang masih profit. 

    Meiji dan Olympus menjadi contoh perusahaan yang memotong tenaga kerja senior meski laba tetap sehat. Langkah ini juga didorong oleh tekanan dari investor aktivis dan bursa saham Tokyo yang menuntut return lebih tinggi dan efisiensi perusahaan. 

    Dengan kata lain, perusahaan mencari cara untuk menurunkan biaya, membebaskan nilai perusahaan, dan meningkatkan daya saing, bahkan jika mereka masih menguntungkan.

    Fenomena ini menjadi tanda pergeseran besar dalam dunia kerja Jepang. Model pekerjaan seumur hidup yang selama ini dijunjung tinggi, mulai tergeser oleh kebutuhan untuk adaptasi terhadap pasar yang kompetitif dan tenaga kerja yang semakin mobile. 

    Mobilitas karier bagi karyawan mid-career kini lebih dihargai, sementara karyawan senior dihadapkan pada keputusan sulit terkait pensiun dini. Bagi pekerja senior, investor, dan pengamat ekonomi, gelombang PHK ini menjadi indikator penting tentang arah pasar tenaga kerja Jepang dan tantangan demografis yang harus dihadapi.

    Secara keseluruhan, Jepang sedang mengalami transformasi besar dalam manajemen tenaga kerja. Gelombang PHK dan pensiun dini tertinggi dalam empat tahun terakhir ini menegaskan bahwa perusahaan tidak bisa lagi mempertahankan strategi lama.

    Ilustrasi wisuda/lulus kuliah.
    Komentar
    Additional JS